Setelah beberapa hari Resya menjalani hari sekolahnya seperti biasa, kali ini Resya harus membendung semua kesedihan di dalam dirinya. Hari ini adalah hari jum'at selesai sepulang sekolah Rayen tidak menjemputnya, melainkan Resya pulang dengan angkutan umum. Dan sesampainya di rumah terlihat lah beberapa barang seperti koper dan tas di ruang tamu. Tak hanya itu ayah dan bunda Resya pun juga ada di ruang tamu.
"Lho bun? Ini koper siapa?"tanya Resya bingung.
Seuntas senyum dari bibir bundanya pun terukir di sana.
"Ini koper bang Rayen. Kan bunda pernah bilang kalo bang Rayen-" belum selesai Raisya mengucapkan semuanya, Resya pun menjawab.
"Ohh, iya Syasa tau."suaara Resya yang sedikit emosi tetapi tak berani menatap bundanya.
"Kamu siap-siap sana Sya!Sehabis ini kita mau pergi ke bandara. Nganterin abang kamu."perintah Daniel kepada Resya.
"Iya."Resya pun meninggalkan mereka di ruang tamu, lalu beranjak ke kamar nya. Tiba-tiba air mata jatuh tepat di pipi Resya.
"Jadi?Bang Rayen bakalan pergi?"suara Resya pelan.
"Nanti siapa yang nganterin Syasa sekolah? Terus siapa yang nemenin Syasa kemana-mana? Nanti siapa yang jagain Syasa bang?"tanya Resya pada diri sendiri."Syasa masih kecil bang!!Syasa gak mau kalo abang tinggalin Syasa!Pasti nanti ayah sibuk sama urusan kantor, bunda sendiri pasti sering banget keluar rumah, nanti Syasa harus keluar sendiri gitu?"Kali ini pipi Resya di basahi dengan air matanya yang terus mengalir.
"Abang jahattt!Abang gak sayang Syasa!!!!"meledaklah tangisan Resya,walaupun dari luar tidak terdengar, karena Resya menangis di bawah bantal.
"Syasa?Ayo nak turun, nanti abang kamu telat."teriak Raisya dari bawah. Resya pun tak mendengarnya karena Resya tertidur sehabis menangis tadi. Bundanya pun mengetuk tetapi tak ada jawaban.
"Tidur yah Syasanya."ucap Raisya sembari menuruni anak tangga.
"Lho tante?Kenapa gak di bangunin?"tanya Dinda pacar Rayen yang juga datang untuk melihat keberangkatan Rayen.
"Ga usah Din, kasian, lagi pula Syasa kalo udah tidur kaya gitu, di bangunin juga bakal marah-marah."Raisya menjelaskan.
"Ohh iyaiya tante."balas Dinda.
'Jangan pernah sedih apapun keadannya yaa, abang pergi dulu' ucap Rayen dalam hati.
"Ayok jalan, nanti terlambat."ajak Daniel, lalu mereka semua berangkat menuju bandara tanpa kehadiran Resya. Resya masih tertidur pulas di rumahnya.
Di bandara..
"Abang di sana belajar yang bener, jangan telat makan, jangan lupa sholat ya nakk!"Ucap Raisya yang menangis sembari memeluk Rayen."Iya bun. Rayen di sana belajar yang bener kok bun, Rayen juga ga akan lupain sholat,dan gak akan lupa makan. Janji!"jawab Rayen yang ingin menangis tapi ia harus kuat.
"Buat ayah bangga nak!"peluk Daniel pada Rayen lalu menepuk punggung Rayen yang berarti menyemangati.
"Iya yah. Rayen akan buat bangga ayah nanti."balas Rayen lalu melepas pelukan Daniel.
Di sebelah Raisya ada Dinda yang sedari tadi berdiam diri tanpa ada sepatah kata pun sembari menatap ke lantai.
"Dinn?"panggil Rayen, Dinda pun langsung memeluk dengan erat dan menangis di pelukan Rayen.
"Kamu di sana baik-baik ya, jangan liat cewe-cewe di sana aku gak suka, terus jangan lupa makan, jangan lupa sholat,jangan lupain aku, dan jangan lupa kamu harus balik lagi ke sini! Kabarin aku terus kalo sempet kalo bisa kabarin aku ya!hiks..hiks.."tangisan Dinda semakin kencang, Raisya pun juga menangis di pelukan Daniel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You
Ficção AdolescenteBagi Resya Calista, perempuan yang selalu mementingkan segala sesuatu hal yang menyangkut persahabatannya dengan Hasna meyakinkan bahwa cinta itu rumit dan menyakitkan, lalu berujung pada kesedihan. Resya hanya berharap hidupnya tidak sulit seperti...