Resya turun dari kamar untuk sarapan pagi..
"Pagi Yah, Bun." sapa Resya yang masih dalam posisi menuruni anak tangga.
"Pagi sayang! Sarapan dulu Syasa!" Bunda Raisya menyiapkan roti dengan selai coklat di atas piring.
"Iyaa Bundaa, Abang mana?" Resya memperhatikan sekeliling ruangan, namun ia tidak menemukan keberadaan Abangnya itu.
"Abang sudah jalan 5 menit yang lalu, Syasa Ayah yang antar ke sekolah." ucap Ayah Daniel.
"Emangnya Abang ada urusan apa? Kok pagi-pagi udah jalan Bun?"
"Bunda gak tau sayang, mungkin lagi ada urusan penting sama dosennya," Bunda Raisya mengambil tempat di sebelah Ayah Daniel dan mulai memakan rotinya.
"Gimana Sya sekolah kamu?" tanya Daniel dengan serius.
"Baik kok yah, semuanya baik-baik aja." jawab Resya.
"Alhamdulillah, Ayah dengar kamu mencalonkan diri untuk menjadi ketua osis periode ini?"
"Iya yah, Syasa coba-coba aja, kemarin Bu Hanna juga nyaranin soalnya, jadi yaudah gitu."
"Sya? Jadi anggota Osis apalagi Ketua Osis di sekolah berat sayang, kalo kamu gak mau juga gapapa, kamu jujur aja sama Bu Hanna, atau mau Bunda temenin?" Bunda Raisya terlihat khawatir dengan Resya yang sepertinya jika menjadi anggota Osis akan menyita waktu banyak Resya yang seharusnya untuk istirahat.
"Gak usah Bun, Syasa juga pengen aja, pengen sibukkin diri Syasa." Resya mencoba untuk tidak semakin membuat Bunda nya khawatir.
"Sudah, tidak apa-apa Bunda, biarin Syasa mecoba hal baru, untuk periode tahun ini saja."Ayah Daniel juga mencoba membuat suasananya menjadi baik.
"Syasa? Ayah tunggu di mobil ya!" Ayah Daniel beranjak dari kursinya, lalu mengambil tas kerjanya. Bunda Raisya yang menyadari hal itu langsung mencium punggung tangan suaminya. Resya meneguk segelas susunya dengan terburu-buru.
"Pelan-pelan sayang, nanti keselek." ucap Bunda Raisya. Sedangkan Resya hanya cekikikan saja.
"Bunda Syasa jalan yaa, assalammualaikum." Resya berpamitan dengan Bundanya, mencium punggung tangan Bundanya, lalu menghampiri Ayahnya yang sudah ada di dalam mobil.
"Sudah Sya?" tanya Daniel yang melihat Resya masuk ke dalam mobilnya.
"Udah kok yah."
"Oke, jalan sekarang ya." Ayah Daniel mendorong pedal gas mobilnya dengan kakinya, pagar sudah dibuka sejak tadi, jadi nanti hanya tinggal Bunda Resya saja yang menutupnya. Tidak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang SMA Cendrawasih, Syasa turun dari mobil setelah berpamitan pada Ayah nya.
Resya melangkahkan kakinya masuk ke perkarangan sekolahnya. Ia melihat pemandangan yang sedikit mencurigakan. Ia mempercepat langkahnya menyusul salah satu seseorang yang ia rasa aneh dipagi ini.
"Risa!" Resya memanggil namanya, ya itu adalah Risa. Risa hanya menoleh kebelakang, tanpa berniat menjawab sapaan pagi dari Resya.
"Lo jalan sendirian? Gabriel mana?" tanya Resya. Yang membuatnya bingung sedari tadi adalah sosok Gabriel yang seharusnya berada di sebelah Risa. Tapi hari ini kenapa Gabriel tidak seperti biasanya, apakah Gabriel tidak masuk sekolah hari ini?
"Di kelas." jawab Risa. Lihat saja, Risa adalah tipe teman yang ditanya dengan seantusias apapun tetap saja jawabannya singkat padat dan jelas.
"Lo lagi ada masalah?"nada Resya berubah menjadi serius.
"Gak penting."
"Cerita! Gue temen lo, gak usah sok kuat!" Resya jalan terlebih dahulu meninggalkan Risa yang berdiri di koridor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You
Teen FictionBagi Resya Calista, perempuan yang selalu mementingkan segala sesuatu hal yang menyangkut persahabatannya dengan Hasna meyakinkan bahwa cinta itu rumit dan menyakitkan, lalu berujung pada kesedihan. Resya hanya berharap hidupnya tidak sulit seperti...