Salah Paham

24 7 0
                                    

Hari masuk sekolah terus berganti, waktu berjalan begitu cepat, kebiasaan Reyon yang selalu berada di dekat Resya pun semakin jelas terasa. Seperti sepasang kekasih yang sedang merajut cinta masa putih abu-abunya.

"Res? Malem ini aja," bujuk Reyon yang berharap jika Resya akan menganggukan kepalanya. Namun harapannya salah, Resya malah tidak memperdulikan ucapan Reyon.

"Temenin gue," ucapnya lagi.

"Gak! Lo nyusahin! Minggir gue mau ke kelas!" Resya mendorong tubuh Reyon pelan ke arah kiri, lantaran tadi Reyon sangat menghalangi jalannya.

"Satu jam aja Res." Reyon masih berusaha meskipun posisinya sekarang berada di sebelah kiri Resya, langkahnya yang santai ia sejajarkan dengan langkah Resya yang tergesa-gesa.

"Syasaaa! Guten Morgen sayang! Ih pagi-pagi udah zina aja lo!" sapaan pagi yang memalukan sudah berhasil terlontar dari mulut Rani.

"Kalo ngomong jangan ngasal!" Resya menepuk bahu milik Rani.

"Ngapain si lo berdua?" tanya Rani.

"Ga-"

"Bilangin sama temen lo, nanti malem gue tunggu di kedai kopi deket Nat-Nat Ice Cream🍦!" jawab Reyon lalu meninggalkan Resya dan Rani yang masih diam seperti patung tak bernyawa.

"LO KENCAN!?" keluar sudah persekongkolan ini, tadi Rani, sekarang Raya sudah meneriaki dari dalam kelas.

"Berisik banget dedemit! Malu apa sih, kok Kak Rendi mau sama lo!? Gue kalo jadi Kak Rendi mau buang lo ke Mesir aja lah, biar sekalian ketemu Fir'aun di sana lo!" balas Rani, sepertinya Rani sedikit terganggu dengan teriakan Raya, karena ini masih pagi.

"Ciee Syasa kencan, jangan kencan buta ya hehe, good luck!" tiba-tiba kepala Rachel muncul di depan jendela, hal itu membuat Resya sedikit terkejut. Bisa-bisanya Rachel tertular virus tidak waras dari Raya, jangan sampai tertular virus putusnya urat malu dari Raya juga, jangan! Cukup Raya saja.

"Sya nanti spill spill lah, ngapain aja sama Reyon," mimik wajah Rani seperti macan yang mendapatkan mangsa empuk.

"Gue gak akan jalan juga, pusing banget lo pada." dengan santainya balasan itu berasal dari sang oknum yang memilih untuk masuk ke kelas.

"Lo harus dateng! Siapa tau lo mau di jedor! AKKKKK! OMG! aku tertembak panah cinta Reyon!" Raya memeragakan seseorang yang terkena anak panah di dadanya terasa sangat sakit.

"Pagi-pagi jan drama ye! Idup lo udah banyak drama, jangan riweh sendiri!" Rani meneloyor kepala Raya dengan pelan.

"Dateng Sya, hargain Reyon," ucap Risa yang diselingi dirinya fokus menatap layar ponsel miliknya.

"Iya bener tuh Sya, hargain aja apa salahnya, tapi Ris kira kira kalo dihargain tuh laku berapa ya? Bisa kaya gak sih?" tambah Rachel yang tengah mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan mata yang melihat langit-langit kelas.

"Bawa pulang adeknya, gue muak!" Risa memilih untuk pergi ke kantin, menjalankan ritual sarapan.

"Lo mau tips cepet kaya gak Chel?" tanya Raya, sepertinya ada yang tidak beres, lihat saja nanti.

"Eh mau lah gila aja, gue mau punya duit banyak juga Ray," jawab Rachel antusias.

"Nah, lo sediain dulu nih, lilin, kembang tujuh rupa, sama bakul."

"Hah? Buat apa?"

"Mau kaya gak? Ikutin aja!"

"Iya iya oke,"

"Terus nan-"

"Dongo beneran lo asli, lo di suruh ngepet gila sama Raya, gak bener lo Ray!" potong Rani disela-sela keseriusan di antara Raya dan Rachel.
"Ntar gue kasih duit deh ah lo jangan ngepet juga Rachel, dosa hukumnya!" tambahnya.

Forever With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang