Kamu Mau Apa?

139K 7.7K 212
                                    

Beberapa menit di perjalanan, mereka sudah sampai di mansion. Lucas langsung turun,  menggendong istrinya ala bridel style. Sensa masih terlelap di dunia mimpi. Setelah sampai di kamar, pria itu langsung merebahkan bobot istrinya di king size.

 Perlahan, wanita itu membuka matanya. "Aku ada di mana?" Sensa menggosok-gosok matanya, lalu duduk melihat yang ada di sekeliling. Benar-benar indah, Sensa sangat kagum melihat kamar yang bernuansa hitam tersebut.

Banyak barang-barang berharga yang mungkin hanya hiasan bagi pemilik kamar. Namun, kekagumannya sirna ketika melihat foto seorang pria yang menempel di dinding. Di foto itu ada seorang laki-laki yang sedang memamerkan perut kotak-kotak dan dada bidangnya.

 Sensa memicingkan matanya melihat foto pria tersebut. "Ingin sekali aku meremukkan wajahmu, dan meremas-remas ginjalmu!" geram  Sensa. Tanpa disadari kalau ada telinga yang sedang mendengarkan umpatannya.

"Lihat saja, Tuan Lucas. Akanku habiskan hartamu sampai ke akar-akarnya. Sampai kamu menyesal, karena sudah memilih aku menjadi istrimu. Hahahah!" ungkap Sensa di hadapan foto Lucas.

"Tujuh turunan hartaku tak akan pernah habis." Seorang pria datang dari balik pintu,  berhasil menghentikan kekehan Sensa.  " Kamu mau apa? Hutan Amazon atau Samudra Artik? Sekalian aku menenggelamkanmu di sana. Atau bahkan kamu menginginkan Gunung fuji? Setelah menenggelamkanmu, aku menguburmu di sana."  Dengan datarnya Lucas mengucapkan kalimat tersebut.

Sensa terperanjat kaget, lalu menoleh ke sumber suara. Matanya langsung membola melihat seorang pria berjalan ke hadapannya. Sensa menelan salivanya dengan susah payah. "Tuan Lucas," cicitnya.

"Coba katakan, kamu mau apa? Aku ini Lucas Glenn Jmess, orang kaya dan banyak harta," ucapnya dengan gaya angkuh.

"Coba katakan, Sayang. Kamu maunya apa?"  Lucas duduk di samping Sensa, kemudian membelai wajah sang istri.

Bukannya Senang, Sensa malah bergidik ngeri. Bulu kuduknya serasa lagi ngadain konser dadakan. Sensa menatap wajah suaminya, lalu tersenyum kecut.

'What? Jiwa arogannya sudah kumat,' batin Sensa, kemudian mengalihkan tatapannya.

"Ehhh, Tidak kok Tuan. Saya hanya kagum saja melihat kamar ini. Apa Tuan masih ingat arsitek pembangunan ini? Secara rancangannya indah sekali." Sensa mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Lucas menautkan alisnya, lalu menatap istrinya  dengan tatapan elang.

'Huhh, ingin sekali aku mengeluarkan matanya, lalu menginjak-injaknya,' kesal Sensa dalam hatinya.

"Apa kamu sedang memaki-makiku di dalam hatimu?" tanya Lucas.

Ternyata, selain seorang mafia, Lucas juga seorang dukun yang profesional. Dia bahkan mengetahui kalau dirinya sedang dimaki-maki oleh istrinya.

"Tidak, Tuan. Mana berani saya," ujar Sensa sambil menggelengkan kepalanya.

"Berhati-hatilah dengan bibir embermu itu. Aku dengar tadi, kamu ingin meremukkan wajahku dan meremas-remas ginjalku. Apa itu semuanya benar?" Lucas semakin mempertajam tatapannya.

Sensa tersenyum kecut, kemudian menggarut tengkuknya yang tidak gatal.

"Tidak, Tuan. Itu tidak benar," elaknya.

"Kalau begitu, cepat makan. Dari tadi kamu belum makan. Aku tidak mau kamu sakit. Jangan besar kepala dulu, aku menyuruhmu makan karena aku tidak mau repot-repot kalau kamu sakit. Yang ada nanti buang-buang uangku," ucap Lucas.

'What? Aku besar kepala? Dasar kau, Lucas. Aku tidak mau makan,  aku sudah kenyang melihat wajah sialanmu!' umpat Sensa dalam hatinya. Wanita itu hanya berani melawan Lucas di dalam hatinya.

"Tidak, Tuan. Saya masih belum lapar." Selembut mungkin dia mengucapkan kalimat tersebut

"Sejak kapan kamu diperbolehkan membantah atau menolak? Apa kamu sudah lupa dengan  perjanjian yang sudah kamu tanda tangani? Kalau kamu tidak mau makan, aku akan memakanmu mentah-mentah!" Lucas langsung menarik paksa tangan istrinya.

Ternyata, oh, ternyata. Selain seorang Mafia, Lucas juga seorang psikopat.

Mereka berjalan ke meja makan. Semua maid yang melihat kedua pasutri tersebut langsung menunduk hormat.

'Huhh, berapa lama lagi biar nyampe? kakiku sudah pegal. Rumah ini sungguh sangat luas,' batin Sensa.

Setelah sampai di tempat tujuan, pasutri itu langsung mendudukkan bokong di bangku. Makanannya juga sudah dihidangkan, tentunya pasti diracik oleh chef profesional. Yang tidak akan kalah dengan masakan yang ada di restoran bintang lima.

Melihat semua makanan yang sudah tertata rapi, Sensa menelan salivanya. Sungguh semua makanan itu menggugah selera. 19 tahun lebih, Sensa belum pernah memakan masakan yang seperti itu. Masakan ala Meksiko.

Mereka langsung menyantap makanan tersebut. Kini hanya terdengar dentingan sendok. Lucas melihat istrinya makan dengan lahap tersenyum tipis. Sensa yang menyadari tatapan itu merasa tidak peduli. Kini yang ada di otaknya, santap saja, kamu belum pernah, ‘kan, makan masakan yang seperti ini?

"Kamu gak punya takut, ya, samaku? Semua orang bahkan takut padaku," ucap Lucas dengan sombongnya.

Sensa memutar bola matanya secara malas.

"Ngapain juga saya harus takut? Toh, kita sama-sama makan nasi dan menginjak tanah. Saya hanya takut pada Tuhan dan diri saya sendiri." Sensa terus saja menyendokkan makanan tersebut ke mulutnya tanpa melihat Lucas.

"Selain makan nasi, aku juga makan manusia."

"Uhuk ... uhuk ... uhuk!" Sensa langsung terbatuk mendengarnya. Cepat-cepat dia mengambil air minum, lalu meminumnya dengan rakus.

'Huaaa! Lucas! Apa di rumah ini tidak bisa makan dengan tenang!' teriak Sensa dalam hatinya.

"Ohh." ucap Sensa dengan singkat, karena tenggorokannya masih sakit.

"Makanya kalau makan jangan rakus." Lagi-lagi senyum kemenangan diraih oleh Lucas.

Suamiku Mafia Kejam [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang