Bayi Besar

151K 7.3K 80
                                    


 Setelah selesai makan, Lucas langsung menyuruh istrinya menyiapkan air hangat untuk mandi.

Setelah Sensa menandatangani perjanjian konyol itu, posisinya sekarang sudah menurun dari istri menjadi pelayan pribadi.  Di kamar mandi, tidak henti-hentinya Sensa bergerutu kesal. "Dasar kau, Lucas! Mengapa Tuhan masih memberimu napas?!"

 Air hangat untuk mandi sudah siap, Sensa langsung keluar. Sudah didapatinya suaminya duduk angkat kaki di sofa.

 "Tuan, air hangatnya sudah siap," ucap Sensa di hadapan Lucas.

 Sensa terus saja memandangi wajah suaminya.  Dia tidak dapat membayangkan bagaimana hidupnya di kemudian hari, perjalanannya masih sangat panjang. Cita-cita yang diimpikannya sewaktu kecil sudah sirna.

Suaminya sudah tidak mengizinkannya untuk melanjutkan kuliah. Pernikahan yang tidak dilandasi dengan cinta dan kasih sayang, maka perceraianlah yang akan datang. Jika perceraian itu sudah datang, bagaimana dengan kehidupannya yang akan mendatang?

Pria yang duduk di sofa melirik istrinya. "Ekhem," dehamnya.

 Kembali ke poin keempat, Sensa harus memandikan suaminya. Wanita itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkannya. Kesabaran, ya, dia harus memiliki kesabaran yang kuat.  Sensa harus menjadi seorang ibu untuk bayi besarnya. Menyedihkan, oh, jelas menyedihkan. Sejoli itu langsung masuk ke kamar mandi.

***

 Perlahan matahari mulai tenggelam dari ufuk barat, hari ini tugas sang surya sudah selesai menerangi bumi. Tugasnya akan digantikan oleh sang rembulan dan bintang-bintang.  Sensa masih melamun di sofa. Bagaimana dia tidak melamun, ini malam pengantinnya bersama Lucas. Pikirannya sudah  ke mana-mana

 'Tuhan ... kenapa engkau menakdirkanku bersamanya?' batin Sensa.

 Impiannya untuk membangun rumah tangga dengan kekasih yang di luar negeri pupus sudah. Mengapa terkadang takdir tidak sesuai dengan keinginan kita?

 "Cepat tidur! Ini sudah malam. Aku tidak akan meminta hakku malam ini," ucap Lucas, matanya fokus ke benda persegi yang ada di tangannya.

 Sensa hanya diam saja. Iya, malam ini Lucas tidak memintanya, tetapi di kemudian hari bagaimana? Cepat atau lambat itu sudah pasti.

 'Kakak, kalau kita udah nikah, kita gak boleh bertengkar apalagi cerai.'  Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di ingatan Sensa.

 Air matanya menetes lagi. Sebuah kenyataan yang mengatakan kalau dia sekarang sudah menyandang gelar baru yaitu 'Nyonya Glenn Jmess.' Gelar yang sama sekali tidak ia inginkan. Ia hanya ingin mendapat gelar 'Nyonya Aditya Nugraha.' Kekasih Sensa bernama Dava Aditya Nugraha.

Dia berjalan menuju ranjang. Sesampainya, Sensa langsung berbaring memunggungi suaminya.

 Lucas mendesah pelan. Segitu tidak menariknya, kah, dia di mata istrinya? Padahal di luar sana, para wanita berlomba-lomba untuk menaklukkan hatinya. Namun, nihil. Tidak ada yang bisa meluluhkannya, kecuali Sensa. Jika dikaitkan dengan hutang, banyak orang yang berhutang kepada Lucas dan memiliki anak gadis. Namun, entah mengapa pilihannya jatuh ke istrinya.

 'Aku benci dengan takdirku,' batinnya, perlahan mata Sensa sudah tertutup.

***

 Suara kicauan burung sudah terdengar, mereka terbang tinggi di udara untuk mencari jati diri mereka. Embun juga sudah menyapa pagi.

Sesuai dengan surat perjanjian, Sensa harus bangun lebih dulu dari suaminya. Pagi ini Lucas harus pergi ke kantor. Cepat-cepat sekali, Sensa sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari air hangat untuk mandi, pakaian kantor, dan sepatu.

 "Tuan, bangun. Ini sudah jam enam pagi." Dia menggoyang-goyangkan lengan suaminya agar bangun.

 Linglung, itulah yang pertama menyapa Lucas. Ekspresi dari suaminya yang seperti anak kecil, membuat Sensa ingin tertawa.

 "Ngapain masih di situ? Cepat bantu aku berdiri," ucapnya suara khas bangun tidur.

 Oh, Tuhan ... mengapa dia semanja itu? Sensa menggeleng, mau tidak mau, Sensa langsung membantu Lucas berdiri dan memapahnya ke kamar mandi. Sesampainya di tempat tujuan, Lucas langsung merendam tubuhnya di bathub.

 "Apa kamu tidak mau mandi bersama?" tanya Lucas.

 "Tidak, Tuan. Aku tidak bisa mandi pagi." Mungkin dengan berbohong, Sensa bisa menolak permintaan Lucas.

****

 Setelah selesai dengan ritualnya, mereka langsung keluar. Lucas berjalan menuju ruangan ganti baju, sedangkan Sensa duduk di sofa sambil memainkan ponsel. Lengkap dengan pakaian kantor, Lucas langsung berjalan mendekati Sensa.

 "Nah, ini kartu black card." Lucas melempar benda tersebut ke hadapan istrinya, dengan sigap Sensa langsung menangkis benda tersebut.

"Pergi ke salon dan bersihkan kulit dekilmu itu. Aku tidak mau  pengusaha kaya sepertiku memiliki istri dekil dan kotor sepertimu. Aku hanya mengizinkanmu ke salon untuk membersihkan dirimu, jadi jangan macam-macam di luar sana." Setelah mengucapkan kalimat itu, Lucas langsung pergi meninggalkan Sensa.

 Jika Lucas sudah memerintah maka tidak boleh dibantah. Ada sedikit bahagia di hatinya karena diizinkan keluar. Sensa harus pandai memanfaatkan waktu, mumpung suaminya memberi izin untuk keluar.

Suamiku Mafia Kejam [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang