Dinner

95.5K 6K 355
                                    

 Sesuai dengan perkataan Lucas, mereka akan pergi dinner. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB. Lucas langsung menyuruh Itha---sang penata rias agar mendandani istrinya. Ia meminta agar Itha mendandani Sensa senatural mungkin. Sebab, dia paling tidak suka melihat wanita yang bermake-up tebal.

 "Itha, buat dia semenarik mungkin. Tapi, jangan tebal, aku tidak suka melihat cewek yang mirip badut," ucap Lucas.

 "Baik, Tuan." Itha langsung meninggalkan tuan mudanya dan berjalan ke kamar utama.

 Tok-tok-tok!

 "Sebentar," sahut Sensa.

 Ceklek!

 Sensa tampak heran melihat gadis yang di hadapannya. Sebab, dia belum pernah melihat sesosok Itha.

 "Maaf, Nyonya. Saya Itha, saya penata rias di rumah ini," ujar Itha sesopan mungkin.

 Seketika, Sensa mengingat perkataan suaminya bahwa malam ini mereka akan dinner dengan rekan kerja Lucas. Sensa langsung mempersilakan gadis yang di hadapannya masuk.

 Itha sedang memilih baju yang cocok untuk dipakai Sensa. Pilihannya tepat ke Dres Mika berwarna  maroon. Tubuh Sensa yang putih dan mulus akan cocok dengan Dres tersebut.

 "Nyonya pakai ini." Itha memberikan dres tersebut. Sensa  menerima tanpa berkomentar. Sebab, dress tersebut sangat tertutup, tidak seperti dres pemberian ayahnya. Setelah memakai baju tersebut, Itha langsung mengaplikasikan make-up ke wajah Sensa.

 "Itha, jangan tebal-tebal, ya," ucap Sensa.

  "Iya, Nyonya. Saya akan membuatnya senatural mungkin," jawab Itha.

 Setelah selesai merias wajah Sensa, Itha langsung memilih heels yang akan dipakai Sensa. Pilihan penata rias itu tepat ke heels berwarna merah, tinggi kira-kira 7 CM. Melihat heels itu, Sensa langsung bergidik ngeri. Belum dipakai, kaki Sensa sudah gemetar.

 "Itu sepatu atau tower, sih? Kok, tinggi banget? Nanti kalau aku jatuh kayak mana? Apa tidak ada lagi sepatu yang lain?" Sensa menghujani penata rias dengan pertanyaan.

 Penata rias menggeleng. Lagian heels tersebut sangat cocok dengan dres yang dipakai Sensa. Mau tidak mau, dengan berat hati Sensa memakainya.

 "Itha, kalau aku jatuh?" ucap Sensa memelas.

 "Berhentilah berpikiran buruk, Nyonya. Apa Nyonya ingin jatuh benaran? Ingat, kata-kata itu doa," ujar Itha.

 Setelah Sensa memakai heels-nya, dia langsung berjalan secara perlahan. Kakinya saja masih  gemetar. Sejujurnya, wanita itu tidak bisa pakai heels setinggi itu, lagian ini pengalaman pertamanya memakai heels. Saat Sensa melangkah kembali, dia sudah tidak bisa menyeimbangi tubuhnya.

Melihat Sensa yang akan terjatuh, Lucas langsung berlari dan menangkap istrinya. Lucas pergi ke kamar, sebab Sensa tidak kunjung keluar. Mata cokelat dan mata hitam itu bertemu. Ada getaran hebat di dada Lucas, sedangkan Sensa jantungnya sudah berkecepatan  dua kali lebih cepat. Pada akhirnya, terjadilah tatap-tatapan yang cukup lama.

 "Tuan, bi---bisakah melepaskan saya?" ucap Sensa dengan gugup. Mata cokelatnya masih saja menatap manik hitam suaminya.

 Bughk!

 "Akhh! Tuan kenapa lepasin saya?!" teriak Sensa. Dia merasakan sakit di bokongnya karena jatuh ke lantai.

 "Bukankah kamu yang memintanya?" Lucas menaikkan alisnya sebelah.

 "Iya, tapi konsepnya tidak begini juga. Aduh ... bokongku sakit," erang Sensa.

 'Kurang ajar kau, Lucas! Kurang ajar! Aduh, bokongku sakit,' batin Sensa sambil mengumpati suaminya.

Suamiku Mafia Kejam [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang