Ketakutan Sensa

126K 6.8K 258
                                    

 Sensa sudah selesai melakukan perintah suaminya untuk membersihkan kulit ke salon. Benar saja, tubuh wanita itu terlihat fresh. Saat ini, wanita berbaju dres merah sedang menuju tempat kesukaannya yaitu danau. Sesampainya di sana, dia langsung duduk di bangku. Di danau, dia mendapatkan ketenangan dan kedamaian. Dilihatnya ke kanan dan kiri, sepi, tidak ada orang.

 "Jika hari itu datang. Lucas sudah mengambil semuanya dariku, kemudian menendangku dari kehidupannya. Bagaimana dengan kehidupanku? Bagaimana dengan masa depanku? Akankah ada laki-laki yang akan menerimaku apa adanya?" Tangisannya semakin pecah mumpung tidak ada orang. Setelah mengeluarkan unek-uneknya, hati wanita itu sedikit lapang.

***

 Siang sudah berganti sore. Senja sudah menyapa tubuh wanita yang sedang duduk termangu di tepi danau. Diliriknya arloji yang di pergelangannya sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sensa langsung beranjak, lalu meninggalkan danau. Sensa lebih memilih berjalan kaki, sebab, rumahnya tidak terlalu jauh dari danau.

 Sesampainya di rumah. Dibukanya pintu, sudah didapatinya Lucas berkacak pinggang dengan sorot mata yang tajam. Lucas mendapat laporan dari anak buahnya kalau Sensa sedang menangis di danau. Hal itu membuat Lucas meninggalkan pekerjaannya.

"Dari mana aja kamu?" tanya Lucas sambil berkacak pinggang.

"Anu, Tuan. Itu ... mmmm, saya habis dari salon. Bukankah Tuan yang memerintahkan saya agar membersihkan kulit dekil saya?"

"Astaga ... seberapa dekil rupanya kulitmu?"

 "Bukan karena kulit saya dekil banget, Tuan. Tadi banyak orang dan---"

 "Apa di kota ini hanya memiliki satu salon?"

 Wanita itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkannya. "Apa yang ada di pikiran, Tuan. Itulah jawabannya." Sensa lebih memilih mengalah, berdebat dengan Lucas tidak akan ada habis-habisnya.

 "Kalau begitu cepat mandi. kamu cuti dulu untuk mengurus keperluanku, sebab suasana hatiku sedang baik. Aku tau, kamu pasti capek membersihkan kulit dekilmu itu," ujar Lucas.

 'Cuti ndasmu! Kamu pikir aku apa?' kesal Sensa dalam hatinya. Di perjalanan menuju kamar mandi, tidak henti-hentinya wanita itu mengumpati suaminya.

 Sesampainya di kamar mandi, wanita tersebut langsung masuk ke bathub yang sudah dipenuhi dengan busa-busa.

Selesai dengan ritual mandinya, wanita itu langsung keluar dengan jubah handuk. Sekarang, Sensa sedang memilih baju, pilihannya tepat ke piama bunga-bunga.  Setelah selesai, Sensa langsung mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sebenarnya di kamar ada hair dryer. Akan tetapi, dia belum tahu cara pemakaiannya.

 Tok-tok-tok!

 "Iya, sebentar," sahut Sensa. Dia langsung berjalan, kemudian membuka pintu.

 "Ada apa, Bik?" tanya Sensa.

 "Tuan Muda sudah menunggu Nyonya di meja makan," ujar pelayan wanita itu selembut mungkin. Sensa mengangguk seraya tersenyum. Belum sempat menyisir rambutnya, wanita tersebut langsung berjalan menuju meja makan.  Semua maid yang melihatnya langsung menunduk hormat ke Sensa.

 'Wah, aku sudah seperti putri dari kerajaan saja. Bukankah dulu pekerjaanku hanya seorang pelayan dan sekarang aku sudah menjadi put---putri dari mananya? Aku ini hanya seorang pelayan pribadi berkedok istri,' batin Sensa. Seumur hidupnya, baru sekarang ada orang yang menunduk hormat padanya. Sesampainya di meja makan, Sensa langsung mendudukkan bokongnya. Berhadapan dengan Lucas.

 'Tuhan. Semoga kali ini, aku tidak keselak lagi." Doa Sensa dalam hatinya. Sebab, tiap kali  makan, Lucas akan terus membuat Sensa tersedak.

 Kini, hanya ada keheningan dan dentingan sendok. Seperti biasanya, Lucas akan bertanya kepada istrinya.

 "Ekhem. Apa kamu tau apa itu mafia?" tanya Lucas.

 Sebentar lagi makanan akan mendarat di mulut Sensa. Akan tetapi, makanan itu tidak jadi mendarat, karena Lucas bertanya.

 'Pertanyaan macam apa ini? Ya, jelas aku tau. Mafia itu orang jahat. Jahat seperti dirimu, Lucas. Mending aku pura-pura tidak tau saja," batin Sensa bermonolog.

 "Maaf, Tuan. Saya tidak tau," jawab Sensa.

 "Oke, akan aku jelaskan. Mafia itu ialah perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan atau kriminal. Di negeri ini akulah pendiri mafia terbesar," jelas Lucas sedetail mungkin.

 'Jadi benar, dia seorang mafia? Atau jangan-jangan dia hanya ingin membuat aku takut saja. Hmm, kamu hanya ingin membuat aku takut padamu kan Lucas? Aku tidak akan takut padamu,' batin Sensa. Dia kembali menyendok makanan ke mulutnya.

 'Mungkin dengan cara ini, Sensa akan sepenuhnya takut padaku,' batin Lucas sambil tersenyum.

 Akan tetapi, senyuman Lucas sirna ketika melihat ekspresi Sensa biasa-biasa saja. Tidak ada lagi batuk, malahan istrinya terus saja mengunyah makanan.

 'Kenapa manusia yang satu ini tidak ada takut-takutnya padaku?' batin Lucas.

Setelah makan malam selesai. Lucas langsung pergi ke ruangan kerjanya, sedangkan Sensa pergi ke kamar. Di ruangan kerjanya, Lucas langsung meraih ponselnya. Kemudian menelepon seseorang.

 "Bagaimana dengan pasar gelap kita?" tanya Lucas.

 "Sejauh ini, baik-baik saja, Bos. Sebagian obat itu, sudah kami kirim ke negara X," jawab via telepon

 "Aku belum bisa ke sana, sebab aku masih banyak pekerjaan. Tetap lindungi produk ilegal kita. Bekerja dengan optimis, maka gaji kalian akan aku naikkan dua kali lipat."

 "Baik, Bos."

 Tut!

 Lucas mematikan ponselnya sepihak. Setelah itu, dia langsung berjalan ke kamarnya. Sesampainya di sana, sudah didapatinya Sensa tertidur dengan nyenyak. Tidak lupa dengan pembatas, yaitu bantal guling.

 Lucas langsung merebahkan tubuhnya, kemudian melemparkan guling tersebut. Ditariknya Sensa ke pelukannya.

"Kenapa aku tidak bisa menahan diriku melihat gadis ini?" gumam Lucas yang terus melihat wajah damai sang istri yang penuh dengan hasrat.

Lucas sudah tidak tahan lagi mendengar dengkuran halus sang istri. Ingin sekali ia melahap istrinya. Namun, ia tidak mau ia hanya ingin Sensa yang meminta duluan.

Saat Lucas mau berbalik, tiba-tiba Sensa memeluk suaminya.

"Aku sudah menahannya, tapi kamu yang meminta. Jadi jangan salahkan aku." Lucas langsung mencium b*b*r sang istri seperti memakan permen. Bosan dengan bibir, Lucas beralih ke leher jenjang sang istri.

Sensa menggeliat seperti cacing. Dalam tidurnya, Sensa bermimpi sedang dijilati oleh singa yang lagi jinak.

Saat Lucas mau ke intinya, ia langsung sadar kalau Sensa tidak dalam keadaan sadar.

"Sial, kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku?" gumam Lucas lagi. Ia langsung berhenti dari aktivitasnya, lalu membaringkan bobot membelakangi sang istri.

Sensa mungkin tidak akan pernah tahu perjuangan Lucas malam ini.

🌺Semoga Suka. Jangan Lupa Tinggalkan Jejak, Jadilah Pembaca Yang Bijak🌺










Suamiku Mafia Kejam [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang