Lucas Yang Narsis

96.2K 5.4K 131
                                    

Setelah Sensa selesai makan, Murni langsung keluar dari kamar utama majikannya. Semua para maid sibuk dengan kerjanya masing-masing.

Drt-drt-drt!

Murni langsung mengangkat PSTN

"Hallo, dari kediaman Lucas Glenn Jmess. Ada perlu apa?" tanya Murni.

"Iya, ini aku, Bik. Apa dia sudah makan?"

"Iya, Nyonya Sensa sudah makan, Tuan," jawab Murni.

Mendengarkan jawaban Murni, Lucas langsung mematikan ponselnya sepihak. Dia masih di pasar gelapnya, pria tersebut langsung berpamitan kepada sindikatnya dengan alibi perusahaannya sedang ada masalah.

Setelah itu, Lucas langsung pergi meninggalkan pasar gelapnya. 30 menit kemudian, pria tersebut sudah sampai ke mansionnya. Dia sudah tidak sabar lagi untuk melihat keadaan sang istri.

Di kamar, ingin sekali Sensa mandi. Sebab tubuhnya sudah sangat lengket. Dia langsung beranjak dari ranjang, kakinya melangkah dengan perlahan. Sebab, dia merasakan kesakitan jika berjalan.

Ceklek!

Sensa terperanjat kaget, lalu menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Lucas sedang ingin menertawainya.

"Kenapa kamu seperti bebek yang mau bertelur? Huahahahahaha." Ketawa Lucas akhirnya pecah.

Sensa sudah menatap tajam suaminya. Ini semua gara-gara sang suami, tetapi sang suami tertawa tanpa rasa bersalah. Lucas masih teguh akan pendiriannya, dia masih menganggap kalau ini semua salah istrinya.

"Ini semua gara-garamu!" sergah Sensa.

Lucas menaikkan sebelah alisnya, lalu berjalan menuju sofa. Sesampainya di situ, dia langsung duduk sambil menyilangkan kaki. Gaya angkuh Lucas itulah yang membuat Sensa jengkel. Wanita tersebut sudah bisa menebak, pasti sebentar lagi suaminya akan menyombongkan diri.

"Ekhmm. Coba katakan padaku, aku masih kurang apa? Kalau masalah ganteng, tidak lama lagi, aku akan dinobatkan sebagai pria terganteng di dunia. Masalah kaya, aku sudah mencetak rekor pengusaha muda terkaya di seluruh Asia, meski belum menjadi orang terkaya di dunia." Yang ditebak Sensa betul, Lucas sudah menyombongkan dirinya.

Sensa mengkomat-kamitkan bibirnya, seolah-olah sedang membeo perkataan sang suami. Lucas langsung menoleh ke arah istrinya, Sensa terperanjat, kemudian melihat ke sembarang arah. Bagi Sensa kekayaan bukan segalanya, hidup di kalangan orang yang sederhana penuh dengan kasih sayang, di situlah sumber kebahagiaannya melebihi kekayaan.

"Seharusnya kamu bahagia karena sudah aku nikahi," timpal Lucas lagi.

"Hah? Bahagia? Justru kebahagiaanku hancur karena hadirnya Anda," cetus Sensa.

Mendengar perkataan sang istri membuat dada Luca naik-turun. Sudah sering Sensa mengatakan, kalau Lucas sudah menghancurkan kebahagiaannya. Pria tersebut menarik napasnya dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya. Kali ini, dia tidak boleh emosi. Pria tersebut langsung berdiri, lalu berjalan ke arah sang istri.

"Ayahmu yang sudah menghancurkan kebahagiaanmu. Bukankah dia yang sudah menjualmu padaku? Jadi jangan salahkan aku, kau hanya barangku." Bukan Lucas namanya kalau kalah debat.

Deg!

Yang dikatakan Lucas memang benar, orang tuanya yang sudah menjualnya kepada Lucas. Mulut Sensa sudah bungkam, matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Tidak, dia tidak boleh menangis, nanti sang suami pasti akan menertawainya lagi. Sebisa mungkin, wanita tersebut menahan air matanya agar tidak keluar. Walau yang dikatakan sang suami memang benar.

Suamiku Mafia Kejam [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang