07 • Aksi Mereka

44.4K 3.5K 203
                                    

"Mari kita mulai, bitch" kata Xavier sambil melahap kasar bibir jalang itu.

"emhhh..masukinhh ahh" racau Sella menarik p*nis Aron supaya memasuki lubangnya.

Dan aksi panas terus berlanjut hingga satu setengah jam, kedua pria tampan itu tergelatak telentang disamping jalang yang sudah lemas akibat permainan kasar keduanya.

Nathan tersenyum smirk, ia mendekati jalang tersebut dengan langkah pelan, berdecih kala jalang itu masih sempat-sempatnya ingin lagi bermain dengan Nathan.

Dikeluarkannya pisau lipat dari saku Hoodie nya dan ditempelkan dipipi jalang tersebut seraya berfikir tulisan apa yang akan ia ukir ditubuh perempuan itu.

Nampak sorot terkejut dan ketakutan Dimata Sella melihat apa yang dibawa oleh Nathan.

"A-apa yang kau lakukan ha?!" Jalang itu beringsut mundur, memojokkan tubuhnya dikepala ranjang.

Alis Nathan naik satu.
"Bersenang-senang" jawabnya santai.

"Ha-hah? A-apa?"

"Apa kau tuli setelah digempur dua batang, heh?!"sentak Nathan

"M-mau a- ARKHHHHH" Jerit Sella ketika benda tajam itu menusuk dagunya.

"Banyak omong!" Sengit Nathan

Sedangkan jalang itu sudah menangis sesenggukan, ia lebih memilih digagahi 20 pria berbadan besar dari pada dengan satu pisau lipat yang ukurannya sangat kecil itu. Sungguh miris kau jalang.

"Shh-s-sakit" ringisnya memegangi dagu yang sudah berlumuran darah itu.

"Seperti nya dada mu terlalu bagus untuk tidak ku beri gambar"

"T-tidak, kkumohon jangan lakukan itu lagi" mohon Sella dengan air matanya.

Nathan tidak mengindahkan ucapan jalang itu, matanya bergerak mencari sesuatu untuk mengikat tangan Sella agar memudahkan kegiatannya.

Setelah mendapatkan kain panjang dekat nakas dengan cekatan ia mengikat Sella di bawah kasur, lebih tepatnya lantai dingin yang banyak bekas sperma ketiga orang itu.

Sella memberontak saat kedua tangannya berhasil diikat, mulutnya terus menggumamkan kata 'psychopath' dengan lirih.

Srettt

"Akhhhh S-stop"

Tidak berhenti, Nathan terus mengukir sebuah gambar bunga mawar didada Sella yang mulus itu, darah sudah keluar mengenai tubuh Sella.

"Tunggu sebentar, bitch" Nathan melangkah menuju kedua sahabatnya, ia harus membangunkan mereka untuk membunuh jalang tersebut dan Nathan yang akan
memutilasi setelah korban tidak bernyawa.

Karena yang penting Nathan tidak
membunuh, lagi sesuai perintah keinna. Benar bukan? Dia hanya memotong bagian tubuh korbannya sedangkan yang menghilangkan nyawanya bukan Nathan, jadi
bukan Nathan yang membunuhnya, xixi. Sangat licik kau Nathan.

Nathan menendang tulang kering Aron dan Xavier bergantian dengan kuat, setelah mengerjabkan matanya mereka berdecak kala Nathan yang sudah menggangu istirahatnya.

"Cepat bunuh jalang sialan itu" suruhnya
tajam.

"Kenapa gak Lo yang bunuh dari tadi?" Saut
Aron

"Gue gak mau ingkar janji sama keinna" tapi
Lo bohongin keinna o'on.

"Ck. Bucin kuadrat" cibir Xavier, kemudian memakai kembali bajunya diikuti Aron juga.

"Siapa dulu?" Tanya Aron setelah dia dan Xavier memegang pistol masing-masing.

"Lo dulu, gue pas detik-detik dia mau mati aja"

Aron mengangguk, kemudian berjalan kedepan Sella yang duduk dengan kaki mengangkang lebar dikat dan tangan diikat ke atas.

"Hai cantik, gimana sama permainan gue?Enak gak? Pasti enak dong" genit Aron, Sella hanya bergumam tak jelas masih dengan tangisnya yang belum reda dan badannya sedikit gemetar.

Aron meneliti tubuh jalang itu, matanya bergerak guna menembak disebelah mana agar tidak mati sekali tembak.

"Pemanasan dulu"

DORR

"AKHHHH i-iblis" jerita Sella.

Aron menggeleng
"No, i'am not iblis but pshychopath man" ujarnya.

"S-ssadiss" lirihnya sambil mengerang
kesakitan.

"Udah giliran gue yang ambil nyawanya" sela Xavier.

Aron mengangguk, mempersilahkan Xavier yang membunuh jalang tersebut, ia duduk di sofa yang tersedia dikamar itu dengan
Nathan yang senantiasa menonton adegan tersebut.

Sella menggeleng kala yang dibawa Xavier pisau bukan pistol.
"aam-ampun"

JLEB

Pisau tajam milik Xavier masuk sempurna dibagian jantung Sella tanpa mau mencabutnya kembali, jalang itu sudah mati ditangan Xavier, ia menyeringai. Berbalik kebelakang, bermaksud menyuruh Nathan karena sekarang giliran nya yang bagian mutilasi.

Nathan menggerakkan dagunya pada kedua sahabatnya menyuruh untuk keluar dari ruangan ini. Dengan patuh mereka menuruti.

Diambilnya pisau tajam yang masih menancap dijantung Sella kemudian menggoreskan nya diperut rata Sella.
Tidak puas dengan itu, Nathan mengobrak-abrik isi perut Sella layayknya mainan.

Memotong jari jemari Sella satu-satu lalu dimasukkannya kedalam perut yang sudah terbuka lebar itu. Kemudian beralih pada wajah Sella, menggoreskan pisaunya dikedua pipi Sella berbentuk kumis kucing.

Sangat indah.

Selesai dengan aktivitas nya, Nathan keluar tanpa mempedulikan korban mutilasi nya, karena sudah ada orang yang nantinya akan membersihkan kuman itu.

"Udah?" Tanya Aron langsung ketika Nathan baru keluar kamar

Nathan mengangguk sebagai jawaban,

"Lo bersihin badan dirumah gue aja, kalo cewek Lo tau bau darah pasti marah tu, Lo juga sekalian vier" usual Aron diangguki keduanya.

Setelah itu mereka keluar dari club' yang semakin ramai ini, tanpa mempedulikan tatapan banyak orang yang aneh pada mereka karena banyak bercak darah di bajunya.

Hanya butuh waktu 15 menit mereka sampai didepan rumah besar milik Aron, Aron hanya tinggal bersama pembantu dan tukang kebunnya saja karena kedua orang tuanya yang bercerai dan memilih hidup sendiri-sendiri.

"Lo berdua mandi dikamar tamu aja, disitu kamar mandinya dua, kalo dah selesai langsung ke kamar gue" ucap Aron

"Hmm"



Jangan lupa vote dan komen.
See you next chapter ❤️

POSSESSIVE NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang