09 • Hukuman

57.7K 4K 170
                                    

"Arghhhh" Nathan mengacak rambutnya frustasi.

Ia tidak menemukan gadisnya didalam kelas, bahkan tas dan alat tulis nya pun tidak ada diatas mejanya. Hanya satu tujuan Nathan saat ini, rumah gadisnya.

Sebuah kebiasaan bagi keinna, setiap ada masalah disekolah, atau bahkan hanya sekedar badmood dengan pelajaran, keinna pasti pulang ke rumahnya, bukan kerumah Nathan. Alasannya karena Disana ia bisa menenangkan diri dan hatinya.

Sebelum melajukan motornya, Nathan mengetikkan pesan singkat pada Sahabat nya itu. Lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi, yang difikirannya saat ini hanya gadisnya, keinna dan keinna! Tidak ada yang lain.

Demi apapun, ia akan membunuh orang yang sudah membuat gadisnya menangis, cewek sialan! Apapun yang membuat gadisnya menangis sama saja mengusik ketenangan nya. Dan ia benci itu!.

Selang beberapa menit akhirnya Nathan sampai didepan rumah mewah milik keluarga Sanjaya. Tanpa mengetuk dan memencet bel, cowok itu langsung berlari ke lantai dua. Kamar keinna.

Tok tok tok

"Kei, sayang buka dulu ya"

"Keinna, sayang"

Hufft. Nathan menghela nafas gusar, ini kedua kalinya ia mengetuk kamar gadisnya dengan alasan yang sama, marah. Dulu karena ia telah ingkar janji, dan sekarang arggh ntahlah Nathan tidak mau membahas itu sekarang.

Seakan ingat sesuatu, Nathan berlari kebawah, dapur tempat pembantu rumah ini.

"Bi" panggil Nathan mengagetkan bi Sumi yang tengah mencuci piring.

"eh, Aden teh kenapa kesini?, Non keinna gak diajak den?" Pasalnya bi Sumi tidak melihat adanya majikannya karena ia sedari tadi sibuk dengan dapur.

"Keinna dikamar bi lagi ngambek, kunci cadangan kamar keinna ada gk bi?"

Seolah paham dengan masalah majikannya tanpa mau ikut campur, bi Sumi memberikan kunci cadangan kamar keinna yang ia simpan di lemari dapur.

"Makasih bi,"

"Sama-sama atuh, den"

Setelah menerima kunci tersebut, Nathan berlari ke lantai dua kamar keinna, entah sudah berapa kali Nathan berlari hari ini hanya karena gadisnya.

Ceklek

Pemandangan pertama yang Nathan lihat adalah punggung keinna yang bergetar, ia yakin gadisnya pasti sangat marah dengan kejadian itu, sungguh hatinya sakit melihat keinna menangis seperti itu.

"Kei" suara Nathan mengalun sangat lembut ditelinga keinna. Gadis itu masih tak bergeming ditempat. Bahkan Isak tangisnya semakin keras.

"Sayang jangan nangis pliss, nanti kamu sakit kelamaan nangisnya"

"Kei, sini hadep aku"

Masih sama. Tidak ada ucapan Nathan yang dilakukan keinna. Karena terlanjur sakit melihat keadaan gadisnya, dengan sekali hentakan tubuh keinna menghadap ke Nathan bahkan wajah mereka berdua sangat dekat karena Nathan yang berbaring disamping keinna.

"Hikss hikss"

"Cup cup cup. Udah ya, jangan nangis lagi. Sini duduk dulu" Nathan membantu keinna untuk duduk, dibawanya tubuh mungil itu keaatas pangkuannya.

"Hikss hikss c-cuci hiks"

Nathan mengerutkan keningnya.
"Cuci? Apanya yang dicuci?" Tanyanya tak paham.

Keinna merenggut kesal.
"Hikss hikss, bibir kamu kotor hikss harus dicuci" ucapnya sesegukkan.

Nathan tersenyum tipis.
"Kenapa harus dicuci?"

POSSESSIVE NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang