Part #39

492 34 0
                                    

Melepaskan sesuatu yang tidak pernah bisa kita genggam adalah keputusan terbaik ketimbang menyiksa hati dengan ketidakpastian
.
.
.
.
.
.

"Gimana keputusan kamu?" tanya Om Lantip

"Nggak tau, bingung" Kata Aya

"Dalam agama kita sebelum kita menikah kita juga dianjurkan saling mengenal pasangan kita sikap baik dan buruknya, tentang agamanya, tentang pekerjaannya. Kalau kamu memang belum yakin dengan dia akan lebih baik ta'aruf terlebih dahulu. Tapi perantaranya jangan keluarga. Kenapa?, Karena bila suatu hari nanti salah satu dari kalian ada ketidak cocokan hingga kemudian membatalkan, kalian tetap bisa berteman baik, takutnya nanti kalau perantaranya keluarga dan tidak jadi kalian terus canggung. Dipikirkan lagi matang-matang, pernikahan itu satu untuk selamanya. Pernikahan itu untuk dunia akhirat. Pernikahan itu ibadah, Lillahi Taala." Kata Om Lantip

"Iya om, terimakasih banyak" Kata Aya sembari tersenyum

"Kalau om pribadi ya setuju-setuju saja. Pertama dia agamanya bagus suara adzannya juga, memiliki tata Krama yang baik, dan dia sudah memiliki pekerjaan yang tetap. Belum tentu pelamar kamu selanjutnya memiliki paket komplit seperti itu" Kata Om Lantip

"Tapi Aya takut ngecewain" Kata Aya

”Sholat dan tetapkan pilihanmu, kamu harus memberikan jawaban besok pagi. Pakdhe, dan Om tidak masalah kalau pekerjaan suamimu itu tentara, walaupun dulu kurang suka. Tapi Ndak masalah" Kata Om Lantip

"Pakdhe dan Om bisa menerima kehadirannya?" Tanya Aya

"Siapa bilang tidak bisa?" Tanya Om Lantip

"Yang jelas, suamimu itu harus ibadahnya baik serta memiliki pekerjaan yang mapan. Bahagia itu harus dunia akhirat" Kata Ibu

"Iya Bu" Kata Aya

"Bapak setuju-setuju saja, tapi kembali lagi jawaban ada di dalam dirimu. Menikah itu ibadah, bukan hanya karena ambisi atau obsesi. Semua dipertanggungjawabkan nanti dengan Gusti Allah. Yang menurut bapak baik belum tentu menurutmu baik. Terlebih dia adalah prajurit, siap tidak siap kamu harus siap kalau suatu hari nanti kamu ditinggal. Bapak pikir kamu sudah paham mengenai hal itu" Kata Bapak

"Aya paham pak" Kata Aya

Setelah berbincang cukup lama dengan keluarga dan memantapkan hati. Aya sholat kemudian istirahat

******

"Aya, dicarrin sama nak Davin" Kata Ibu pada Aya

"Whatt, ini baru jam 06:00 Bu" Kata Aya kaget

"Ya mana ibu tau" Kata Ibu

Ibu pun pergi meninggalkan Aya untuk menyiapkan sarapan

"Mari mas Davin, ikut sarapan dulu" Kata Ibu

"Terimakasih bu. Saya sudah sarapan Bu tadi, sebelum lari" Kata Davin

"Udah tidak apa-apa" Kata Ibu .

Davin pun menurut, hening di meja makan. Setelah makan selesai Aya mengajak Davin ngobrol di ruang tengah

"Bagaimana?" Tanya Davin

"Saa.. saya" Kata Aya terbata-bata, ia melihat ke mata Davin dan jantungnya berdebar

"Hmm?" Kata Davin

"Saya sudah memantapkan hati saya dengan istikharah. Saya ingin bertaaruf terlebih dahulu pak. Melalui teman saya Itsna" Kata Aya dengan satu tarikan nafas

"Dan apabila suatu hari nanti saya menerima lamaran bapak, saya memiliki syarat" Kata Aya

"Iya, apa?"

Assalamu'alaikum LetnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang