Part #16

552 39 0
                                    

Hari ini pada perjanjian dengan Coach Anang untuk membicarakan perihal privat Fariz dan kawan-kawan. Aya janjian jam 18.30 di Cafe bocor Alus

Mas Boy : Cuman ngingetin, ada janji sama Coach Anang. Di cafe bocor Alus

Aya : Iya mas terimakasih ya sudah di ingetin

Boy hanya membaca pesan Aya

"Kok tumben ya, cuman di read. Yaudahlah mungkin sibuk, atau marah soal kemarin?" Gumam Aya dalam hati

******
Aya dan Coach Anang janjian di meja 15. Aya sudah datang duluan karena Aya tau bahwa coach Anang bukan tipikal orang yang suka telat.

"Maaf, sudah menunggu dari tadi ya?" Tanya Coach Anang

"Belum coach" Jawab Aya sambil tersenyum

"Boy belum dateng ya?" Tanya Coach Anang

"Emang kesini ya coach?. Saya malah nggak tau" Jawab Aya. Aya pun bertanya-tanya dalam hati, kok pas tadi pagi chat dia nggak cerita ya?

"Maaf coach telat, tadi di tengah jalan kehujanan" Kata boy yang tiba-tiba datang

"Okay nggak masalah yuk duduk" Kata Coach Anang.

Mereka bertiga pun membahas mengenai privat Fariz dan teman-teman. Kurang lebih satu jam mereka membicarakan hal tersebut. Namun ternyata hujan belum juga reda. Waktu telah menunjukkan pukul 20.00.

"Udah jam delapan ini, saya pamit duluan ya. Kalian kalau masih disini lanjutin aja ngobrolnya" Kata Coach Anang

"Terimakasih banyak coach. Hati-hati dijalan" Kata Aya

"Hati-hati coach" Jawab Boy

Suasana pun menjadi canggung antara Aya dan Boy. Aya bingung ingin memulai percakapan darimana agar suasana mencair.

"Itu Rini ya?" Tanya mas Boy

Terlihat Rini sedang berjalan masuk ke cafe bersama seorang cowok

"Iya mas, kayak aku pernah lihat cowok itu. Tapi dimana ya?" Jawab Aya

"Oh ya" Kata Mas Boy

Rini bersama laki-laki duduk agak jauh dari tempat Aya dan Boy. Sedari tadi Rini sudah tau kalau Aya sedang duduk dengan Boy.

Byurr.... Aya disiram air oleh seseorang. Aya pun mengambil tisu untuk mengelap baju dan jilbabnya yang tersiram air

"Dasar nggak tau diri kamu Ya. Jadi ini alasan kamu nggak mau bantuin aku balikan?" Kata Rini yang tiba-tiba datang dan menguyur Aya

"Bukan Rin. Jadi..." Belum selesai Aya menjawab pertanyaan Rini. Rini memotong

"Jadi apa? Kamu jalan sama Boy?. Cuihh, bekas aku aja di Embat" Kata Rini

"Kita disini bertiga tadi. Dan aku mau makan dengan siapapun itu bukan urusan kamu. Aku nggak nyangka kamu bakal seburuk ini" Kata mas Boy pada Rini

"Sekali buaya tetap buaya ya Boy. Udah nggak sama aku, yang dulunya sahabat aku aja kamu embat" Kata Rini

"Kemarin aku pikir aku masih bisa temenan sama kamu meski kita udahan, tapi ternyata. Sekali matre ya tetap matre!" Jawab Mas Boy pada Rini

Mas Boy pun menarik tangan Aya meninggalkan Rini

"Udah mas, mending aku pulang aja" Jawab Aya sambil melepaskan tangan boy dari lengannya

"Aku anter" Kata Boy dengan nada dingin

"Nggak usah, jam segini masih banyak Ojek" Jawab Aya ketus

"Udahlah Aya, aku anter aja kamu basah kayak gini!" Kata boy dengan nada tinggi

"Kalau mas Boy mau pulang, silahkan pulang. Aku bisa pulang sendiri!" Jawab Aya ketus

Boy pun duduk disebelah Aya. Memastikan Aya dapat ojek.

"Aku tunggu 15 menit, kalau nggak dapet aku anter pulang!" Kata mas Boy

"Nggak perlu mas, aku bisa pulang sendiri" Kata Aya tanpa menoleh pada Boy sedikitpun

Boy pun menemani Aya. Namun tidak ada satu ojek pun. Dari offline sampai online tidak ada yang muncul. Hingga sudah 15 menit lebih.

"Udah 15 menit, pulang" Kata Boy sambil memperlihatkan jam tangannya

"Duluan aja" Kata Aya

"Udah Ayok. Motorku disebelah sana" Kata Boy menarik tangan Aya

"Mas Boy, aku bisa nunggu ojek" Kata Aya membantah

"Nunggu sampai besok?, Pakai ini jaket ku" Kata Boy sambil memberikan jaketnya

"Nggak usah" Kata Aya

"Baju sama hijab kamu tu basah, anginnya kenceng nanti masuk angin. Gak usah bantah" Kata mas Boy

"Yaudah, makasih" Kata Aya

Aya pun terpaksa pulang bersama Boy, hatinya masih sedih ketika Rini memaki-maki dia di dalam cafe tadi. Makanya Aya dari tadi berbicara tanpa menatap Boy, karena ia sangat kesal. Mata Aya berkaca-kaca. Aya tidak menyadari kalau sedari tadi Boy memperhatikannya melalui kaca spion. Tiba-tiba Boy berhenti di pinggir jalan.

"Aya" Kata Boy

"Kenapa?" Jawab Aya

"Maaf" Kata Boy

"Maaf kenapa? Emang kamu salah apa?" Tanya Aya

"Maaf untuk semuanya" Kata Boy

Aya tetap saja diam, ia sedang malas mengobrol dengan Boy

"Kok nggak dijawab?" Tanya Boy

"Ya aku harus jawab apa?. Maaf untuk apa? Nggak ada yang harus dimaafin kok" Kata Aya

Boy pun melajukan motornya kembali. Ia berpikir mungkin ini bukan saat yang tepat untuk mengobrol bersama Aya. Boy mengantarkan Aya sampai depan rumah.

Sejak kejadian itu Aya dan Boy sama sekali tidak berkomunikasi. Mereka hanya sebatas melihat-lihat story' satu sama lain.

Assalamu'alaikum LetnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang