Part #30

558 38 0
                                    

Tak terasa tinggal tiga hari Aya dan tim di kota ini. Sungguh cepat berlalu bukan hehehe..

Hari ini terdapat program edukasi untuk masyarakat dan pelajar yakni cara membuat saringan air.

"Kakak, saya ingin bertanya" Kata Vanesa

"Boleh silahkan" Jawab Aya sembari tersenyum

"Saya ingin sekali sekolah di Jakarta atau di Jogja. Kata kakak kedua tempat itu bagus pendidikannya" Kata Vanes

"Memang. Kamu harus sekolah, raih semua cita-cita kamu. Bila memungkinkan ada afirmasi ikutlah" Kata Aya

"Tapi saya malu kakak, saya dari papua" Kata Vanes

"Loh kenapa memang kalau dari Papua?, Papua itu bagian dari Indonesia juga lho?, Kamu tidak lupa kan?, Semua orang berhak untuk belajar sepanjang hayat, kita harus selalu haus ilmu" Terang Aya

"Saya takut di hina dan di bully" Kata Vanes

"Kenapa karena kamu berkulit hitam?, Kamu harus bangga dong, kasih paham ke mereka kalau kulit hitam itu sehat secara kesehatan, dan orang-orang berkulit hitam itu juga cerdas" Jawab Aya

"Terimakasih ya kakak, semangat saya bertambah, saya ingin memeluk kakak apakah boleh?" tanya nya

"Tentu" Jawab Aya

Aya pun memeluk Vanesa erat, dan mengusap punggungnya pelan. Aya memang dekat dengan anak-anak disini

"Disini masih berapa hari?" Tanya Atthar salah satu sasuh pak Davin

"Tiga hari kalau tidak salah pak" Jawab Tari

"Hari berganti begitu cepat ya" Jawab Atthar

"Begitulah waktu hehe" Jawab Tari

"Saya ingin minta kontak kamu boleh?" tanya Atthar

"Untuk?" Tanya Tari

"Ya kan siapa tau saya suatu hari nyasar di kota kamu saat bertugas" Kata Atthar

"Boleh, nih" Tanya Tari sambil menyodorkan nomor telfonnya

"Terimakasih" Jawab Atthar

Pada tahap ini memang sedikit rumit mengajari penduduk cara menyaring air dan memanfaatkannya, kemudian cara budidayanya ternak yang baik agar ternak dapat optimal. Banyak masyarakat yang masih beranggapan vitamin untuk ternak itu tidak penting. Untuk menjelaskan saja membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, belum lagi ekseskusi. Hari ini sungguh menguras banyak tenaga. Pukul 15.00 Aya dan teman-teman baru pulang ke markas

"Aya, Kamu ngga lupa kan minta tanda tangan pak Davin sebagai pendamping kita selama di sini?" Tanya Tari

"Engga sih tar, nanti aja kali ya, aku mandi dulu" Kata Aya

"Iya deh sana, kamu duluan aja, biar aku siapin berkas-berkasnya" Kata Tari

"Siap, makasih tar" Kata Aya

10 menit Aya mandi, dan akhirnya selesai juga. Berkas-berkas yang di butuhkan Aya sudah di siapkan oleh Tari di atas meja. Aya kembali mengecek berkas tersebut, kemudian berangkat menuju tempat Davin. Sebelumnya Aya melapor apabila ia ingin bertemu dengan Davin, dan tim jaga meminta Aya langsung ke ruangan Davin. Aya pun melangkah menuju ruangan Davin

Tookk tookk tookkk (namun tidak ada jawaban). Kata penjaga di depan kalau tidak ada jawab Aya langsung masuk saja, dan menaruh berkas di mejanya.

Cklekkk

Cuuup

Terlihat seorang perempuan dengan rok mini, dan baju yang terlihat kurang bahan. Aya kaget melihat pemandangan ini, terlihat Davin di kecup oleh perempuan itu.

"M.. ma.. maaf mengganggu"  Mata Aya membulat, mulutnya tergagap

Aya langsung menutup pintu itu dan pergi. Seperti ada yang mengganjal di hati Aya. Namun Aya tak ingin mengambil pusing hal tersebut. Ia lebih memilih pergi sholat magrib dan Isya di masjid, karena waktu telah menunjukkan waktu shalat magrib.

"Aya" Kata Diana memanggil Aya.
Ya, Diana masih disini sampai ia selesai pengajuan. Diana adalah sosok wanita yang lembut, baik, dan ramah.

"Iya?" Jawab Aya

"Aya kenapa melamun di depan masjid?" Tanya Diana

"Eemmm.. enggak" Kata Aya, sejujurnya Aya masih memikirkan kejadian tadi sore. Apa kata Junior-junior Davin ketika melihat seniornya seperti itu

"Aya mau ngeteh sama Diana?" Tanya Diana

"Boleh" Jawab Aya

Aya dan Diana menuju warung tempat biasa Aya dan tim ngeteh selama di bumi cendrawasih. Di tempat itu juga selalu ada pak tentara yang ngeteh, ngopi, atau makan. Aya memesan dua teh tarik. Tak lama kemudian Teh itu datang. Aya mengobrol banyak hal dengan Diana. Sejujurnya Aya memang tidak pernah merasa memiliki masalah dengan Diana, hanya saja Diana merasa tidak enak hati dengan Aya hihihi. Banyak hal yang bisa diana dan Aya bagi. Sampai tak terasa sudah tiga puluh menit lebih.

"Kak, pesen kopi biasanya dua ya" Kata Seorang bariton, yang Aya yakini adalah Davin

Aya mengenal suara itu. Jelas sekali.

"Kita balik yuk" Ajak Aya pada Diana

"Iya Aya, udah malem juga" Jawab Diana

"Kak ini bayarnya ya, kembaliannya ambil aja" Jawab Aya

"Kok udah mau pergi aja dek" Tanya mas Crista, yang Aya yakini tadi datang dengan Davin

"Dahh malem mas" Jawab Aya sambil senyum

"Iya Istirahat giihh" Kata mas Crista

"Duluan mas" Kata Aya tanpa menghiraukan Davin.

Assalamu'alaikum LetnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang