#43: Hah?

2.1K 339 139
                                    

Saat akan menuju parkiran, Arkan bertemu Zakhwan di pintu keluar. Zakhwan mencegat Arkan dan memintanya untuk bicara namun,

"Ar, kamu ada hati dengan Kinara?" Ucap Zakhwan

Mendengar ucapan Zakhwan Arkan berhenti, lalu menatap mata Zakhwan tajam.

"Gadis cantik dan berperangai baik seperti dia siapa, sih yang tidak suka?" Ucap Zakhwan, sementara itu Arkan masih diam.

Seketika Zakhwan mendekati telinga Arkan dan berbicara pelan, "kita lihat siapa yang menang,"

Arkan hanya tersenyum di salah satu sudut bibirnya, lalu berlalu pergi meninggalkan Zakhwan.

***
Arkan terkejut bukan main melihat ibunya berdiri di depan rumahnya, di saat yang sama Aifa dan Azzam baru saja sampai di rumah Pak Al-Kautsar. Arkan berdiri di depan rumahnya, nanar memandangi apa yang ada di hadapannya.

Tak lama kemudian Arkan ambruk, Azzam yang tanpa sengaja melihat hal itu segera berlari menuju rumah sahabatnya itu,

"Kita ke rumah sakit, ya?" Ucap Azzam

"Gak usah zam," ucap Arkan lemas

Azzam segera membopong tubuh sahabatnya bersama seorang remaja laki-laki yang datang bersama ibunya Arkan.

Di sisi lain, Aifa segera menitip kedua putranya pada orangtuanya lalu menyusul suaminya ke rumah Arkan.

Azzam menemani sahabatnya yang sedang drop di kamar dan mengikuti instruksi Arkan tentang tindakan apa yang harus ia lakukan bersama remaja laki-laki yang belum Azzam kenal samasekali. Sedangkan Aifa berada di ruang tamu menemani ibunya Arkan, tanpa sadar ibunya Arkan menangis sambil menceritakan kisah kehidupan putra pertamanya itu.

"Ibu jangan khawatir, Arkan anak yang baik dia pasti mau maafin ibu," ucap Aifa sambil memegang tangan ibunya Arkan.

Aifa sangat ingin menangis mendengar kehidupan Arkan yang perih, tapi ia tidak ingin menambah kesedihan ibunya Arkan jika ia ikut menangis.

"Saya ibu yang buruk, sampai anak sendiri fobia melihat kedua orangtuanya," tutur Ibu Arkan

"Saya belum pernah membuatnya tersenyum seumur hidupnya, hanya luka yang saya beri," lanjutnya

Aifa tertegun,

"Saya sudah lama ingin menemuinya tapi, setiap kami bertemu ini yang terjadi. Saya sangat sedih melihatnya ketakutan saat melihat saya, setiap saya sentuh tubuhnya saya bisa merasakan tubuhnya menggigil karena trauma," Ibu Arkan

"Saya tidak bermaksud menganggu kehidupannya tapi, saya harus minta maaf padanya karena bagaimanapun saya tetap salah padanya," lanjutnya.

"Sebentar ya, Bu" ucap Aifa, ia pergi ke kamar Arkan dan melihat Arkan dan Azzam sedang bicara.

"Masuk aja Aifa, gak papa," tutur Arkan

Aifa masuk ke dalam kamar Arkan dan duduk di samping suaminya,

"Arkan, kamu yang semangat," ucap Aifa

"Terimakasih Aifa,"

"Maaf, aku yakin kamu pasti merindukan mama mu, kan? Sekarang dia datang, hatinya tergerak itu pasti berkat doamu. Apa tak sebaiknya kamu menemui nya?" Aifa

Arkan terdiam, itu artinya Aifa sudah mengetahui rahasianya.

"Kamu jangan ngerasa sendiri, Ada kami sahabat-sahabat kamu yang akan selalu mendukung kamu," ucap Aifa

"Istighfar aja sambil tarik nafas kalau kamu mulai merasakan gelisah," ucap Azzam

"Aku panggil mama kamu, ya?" Ucap Aifa

Arkan mengangguk,

Aifa langsung pergi memanggil ibunya Arkan, tak lama kemudian ia kembali bersama wanita paruh baya itu,

Ibunya Arkan duduk di sisi tempat tidur Arkan. Ibu dan Anak itu saling menatap cukup lama, Ibu Arkan memegang tangan putranya seketika kedua kelopak mata Arkan menutup ia berusaha mengontrol nafasnya,

"Arkan, maafkan mama, ya? Mama tau mama memiliki banyak kesalahan sama kamu. Mama benar-benar orangtua yang buruk, padahal kamu adalah hal yang paling di nanti di awal pernikahan tapi, mama malah melupakan itu," ucap Ibu Arkan pelan,

"Ini sepenuhnya kesalahan mama, tidak seharusnya mama mengkhianati papa kamu. Tidak seharusnya kamu menerima kehidupan yang menyakitkan padahal kamu hanyalah anak yang tidak layak menanggung dosa mama. Kamu adalah anak mama, anak yang membuat mama pertama kali menjadi seorang ibu, mama menyesal mengapa mama tidak bisa menjaga kamu dengan baik seperti mama menjaga kamu saat dalam kandungan. Mama, minta maaf sayang. Mama tidak bisa tenang jika mama wafat dalam keadaan kamu yang seperti ini," tutur ibu Arkan

Perlahan Arkan membuka kedua matanya, ia tampak menarik nafas lalu tersenyum,

"Mama gak boleh sedih, Arkan sudah berjanji pada diri Arkan untuk membuat orang bahagia bukan menangis," ucap Arkan, seketika ia menyentuh dadanya ia tak lagi merasa gelisah.

Ibu Arkan segera memeluk Arkan, mereka berdua menangis haru. Begitu pula Azzam dan Aifa yang menyaksikan kejadian itu ikut meneteskan air mata.

"Maafkan Arkan juga ya, ma. Mungkin dahulu Arkan menjadi simbol luka diantara mama dan papa," Arkan

"Kamu bukan lambang dari luka, kamu lambang kebahagiaan. Seorang anak adalah buah cinta dari dua orang yang saling mencintai. Maafkan mama ya, sayang"  ibu Arkan

"Terimakasih ya Aifa, Azzam." Ucap Arkan

Aifa dan Azzam tersenyum sambil mengangguk.

"Mama sama Idris nginap di sini, ya? Jagain kamu?" Ucap ibu Arkan

"Bang," ucap Idris, adik Arkan sambil memeluk kakak laki-laki ya itu.

"MasyaAllah kamu kelas berapa sekarang?" Tanya Arkan

"Tiga SMK," jawab Idris

"Ar, Bu, ehm Idris saya sama istri pamit dulu, itu gaenak lama-lama ninggalin anak-anak takut ngerepotin Abi, Assalamu'alaikum," ucap Azzam

Azzam dan Arkan bertos kepalan tangan, lalu Azzam menggandeng tangan istrinya sembari berjalan keluar.

Diluar rumah Arkan mereka bertemu Nara, Nara bertanya banyak hal hingga akhirnya Nara memutuskan bertamu untuk mengetahui apa yang terjadi pada Arkan.

Nara terkejut bukan main melihat Arkan yang sedang bersama ibu dan adiknya namun, disisi lain ia merasa senang itu artinya Arkan akan benar-benar baik-baik saja,

"Assalamu'alaikum, " ucap Nara

"Waalaikumsalam" jawab seisi rumah

"Eh, Nar silakan masuk" ucap Arkan, Nara bisa melihat wajah Arkan yang berseri-seri

Nara bersalaman dengan Ibu Arkan,

"Nak, ini siapa? Pacar kamu?" Tanya Ibunya

"Bukan mah, pacaran mah itu nanti sesudah halal," ucap Arkan

"Maksudnya dia calon istri kamu?" Tanya ibunya lagi

"Iya," jawab Arkan,

Mata Nara terbelalak mendengar ucapan Arkan, ia terdiam tidak tahu harus senang apa terkejut. Ia berfikir apa sahabatnya ini bercanda atau serius?

"Tidak ada penolakan berarti benar? Wah bang Arkan pinter ya milih calon, geulis pisan euy," ucap Idris

Nara menelan ludahnya, ia tidak biasa dengan suasana seperti ini. Ia kembali bertanya-tanya apa itu benar-benar Arkan?

"Aku cinta sama kamu, Nar" Ucap Arkan keras

---------

Assalamu'alaikum, Alhamdulillah bisa up Yeay!
Terimakasih yang masih setia
Bener kok ini up nya sore, Masi sore kalau di Makkah hehe.

Love you all!❤️

SM 2 : Unsecret Marriage ✅(COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang