Aifa tersenyum melihat putranya yang sedang bermain bersama teman-temannya, tidak terasa sudah cukup lama ia menjadi seorang Ibu. Siapa wanita yang tidak pernah ingin menjadi seorang Ibu? Setiap wanita pasti ingin menjadi seorang Ibu. Bersuami dengan orang yang ia anggap dulu sebagai makhluk aneh, ternyata pada kenyataannya adalah suami yang sempurna. Tiba tiba ia melihat salah satu teman Qahtan jatuh, segera Aifa keluar rumah dan mendekati gadis kecil itu. Siapa sangka itu adalah Felicia yang sedang tak sadarkan diri. Aifa memeriksa keadaan gadis itu, mengecek denyut nadinya seketika ia panik karena denyut nadi gadis itu melemah tubuhnya juga semakin pucat. Aifa menggendong gadis itu dan mengantarkannya ke rumahnya.
Hera sangat panik melihat keadaan putrinya,
"Apa yang terjadi?" Ucap Hera panik
"Felicia tiba tiba pingsan, sebaiknya kita segera membawanya ke rumah sakit karena nadinya melemah" ucap Aifa
"Bagaimana?" Hera semakin panik
"Bukannya di garasi Ibu ada mobil?" Ucap Aifa
"Tapi saya tidak bisa berkendara" ucapnya
Aifa menarik nafas panjang, sudah lama dia tidak mengendarai mobil tapi, gadis ini sedang perlu bantuan.
"Biar saya yang bawa" kata kata itu keluar begitu saja dari mulutnya
Tanpa pikir panjang Hera memberikan kunci mobil dan menggendong putrinya beriringan bersama Aifa menuju garasi, lalu Aifa menghidupkan mesin mobil dan melesat ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Aifa segera menghubungi suaminya karena ia tidak tega jika harus meninggalkan putranya sendirian. Aifa melihat Hera yang duduk tertunduk di depan Ruang UGD, ia teringat masa dahulu saat Azzam beberapa kali masuk ke Ruang UGD. Perasaan Hera pasti kacau sekali.
"Maaf apa aku boleh meminjam ponsel mu? Aku lupa membawanya" ucap Hera pada Aifa
"Iya, silakan" Aifa memberikan ponselnya
Hera mengetik nomor seseorang di sana, lalu meneleponnya. Sementara itu Aifa hanya mendengarkan pembicaraan mereka, Hera meminta orang yang ia telpon itu segera ke rumah sakit. Beberapa saat kemudian Dokter keluar ruangan, dan Aifa kaget mendengar ucapan dokter itu lantaran ia menjelaskan bahwa Kanker Darah Felicia sudah masuk tahap stadium lanjut.
"Apakah anak sekecil ini harus memiliki penyakit separah ini?" Batin Aifa
"Terimakasih ya Ummu Qahtan, kalau tidak ada kamu mungkin aku akan kehilangan Felicia" ucap Hera, sorot matanya lesu
"Tidak masalah. Sudah kewajiban sesama manusia untuk saling tolong menolong" jawab Aifa
Aifa dan Hera masuk ke dalam ruangan, melihat gadis kecil itu terbaring tak berdaya, Aifa tidak tega. Beberapa saat kemudian seseorang masuk, Aifa mengenali wajah itu ah tidak! Dia bukan Dokter, Dia Angling!
"Bagaimana keadaannya?" Ucap Angling cemas dan langsung menggenggam tangan kecil Felicia
"Semakin parah" jawab Hera terisak
"Cia, sayang. Yang kuat ya sayang. Papa janji akan memberikan seluruh pengobatan terbaik untuk Cia" ucap Angling lirih,
Aifa merasa tak seharusnya dia berada di dalam ruangan itu, Aifa segara keluar namun ia malah tertabrak seseorang saat keluar ruangan.
"Aifa?"
Aifa mengenali suara itu, Aifa menoleh dan ya benar itu orang yang ia kenal
"Kamu kenapa ada di ruang UGD? Siapa yang sakit?" Ucap Arkan sambil membenarkan jas putihnya
"Tetangga" jawab Aifa singkat
Arkan mengintip sedikit ke ruang UGD, lalu ia terbelalak kaget
"Itu bukannya calon suami Hanum?" Tanya Arkan
KAMU SEDANG MEMBACA
SM 2 : Unsecret Marriage ✅(COMPLETE)
Ficção Adolescente⚠️ DON'T COPAST!⚠️ (Sequel Secret Marriage) Start : January 2021 End : April 2021 Di dunia ini masih banyak manusia yang berfikir bahwa menikah adalah jalan keluar terbaik untuk mengukir bahagia. Padahal pada kenyataannya menikah terkadang tidak s...