Nara menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia berusaha memaksa diri untuk fokus namun, ia tetap tidak bisa konsentrasi mengerjakan pekerjaannya.
Sudah sangat jelas Arkan melakukan penolakan, untuk apa lagi memperjuangkannya?
Nara merasakan kegelisahan karena pemikiran yang terlintas di kepalanya, bertentangan dengan keinginan hatinya. Nara merasakan pikiran dan hatinya tengah berseteru,
Bukankah itu sama saja menunggu yang tidak pasti?
Tapi, bagaimana jika kelak mendapatkan timbal balik atas usaha selama ini setelahnya?
Bukankah pria itu berbeda? Selama ini ia tidak pernah melakukan kesalahan atas keputusannya kan?
Hei! Sebijak apapun dia pasti dia akan keliru! Dia manusia pasti pernah melakukan kesalahan!
Perjuangkan dia kembali dengan jalur lain, apa salahnya kan? Ingat kisah Zulaikha dan Yusuf?
Bagaimana jika memang bukan dia yang tertulis di garis takdir?
"Kinara?"
Nara tersadar dari lamunannya ketika seorang rekan kerjanya memanggil namanya sembari menepuk pelan bahunya,
"Eh, iya," Nara, ia terkejut karena yang menegurnya adalah atasannya.
"Jangan melamun, nanti kesambet,"
"I..iya pak, Maaf," Nara
"Professional ya, pisahkan urusan pribadi dan pekerjaan. Nanti capek loh kerja dua kali kalau ada kekeliruan,"
"Iya pak, terimakasih," Nara
Nara memperhatikan atasannya hingga benar-benar tak lagi berada di ruangan kerjanya, Nara heran bagaimana ia terus bertemu dengan orang-orang yang memiliki otak cemerlang? Dari Hanum, Rangga, Azzam, dan Kamil tentunya siapa yang tau anak iseng itu sangat andal di pelajaran fisika? Atasannya itu masih sangatlah muda, mungkin usia atasannya itu hanya berbeda sedikit dengan dirinya namun, memiliki kinerja yang baik dan berkompeten.
Beberapa jam telah berlalu, di jam istirahat Nara berniat untuk menemui Oma nya Arkan Tapi, saat ia mengecek ponsel ia melihat 27 panggilan tak terjawab. Segera ia memeriksa siapa penelpon itu, dan itu Ayahnya! Segera Nara menelepon balik.
Usai menelepon Nara melemas, ia mendapatkan berita dari ayahnya jika ibunya terkena serangan jantung. Ia terduduk di meja kerjanya, tertunduk keningnya menyentuh permukaan meja.
"Kinara kamu gak makan? Atau lagi puasa?"
Nara mengangkat kepalanya, dan melihat Pak Zakhwan, atasannya berdiri di samping meja kerjanya. Pak Zahwan bukan hanya berkompeten, ia juga sangat peduli dengan semua orang karena itu ia sangat di senangi banyak orang.
"Kamu lagi sakit? Izin pulang aja gak papa," tutur Zakhwan
"Gak kok pak, terimakasih," Nara
"Ini saya ada sandwich, kalau kamu gak mau makan nasi makan ini aja. Jangan sampai hal makan loh," Zakhwan
"Gak usah repot-repot, pak," ucap Nara
"Enggak masalah, yaudah saya balik ke ruangan dulu, di makan loh," Zakhwan
"Kalau anak-anak ngelihat pasti pada salah sangka," gumam Nara
"Ciyee, di perhatiin sama yang mulia Zakhwan," goda rekan kerja Nara, Anggi yang melihat kejadian barusan,
"Yang mulia kan baik ke semua orang, dilarang ge-er ya di tempat ini," sahut Nara
"Kalau baik nya yang mulia ke kamu mah pake perasaan," ucap Anggi,
KAMU SEDANG MEMBACA
SM 2 : Unsecret Marriage ✅(COMPLETE)
Fiksi Remaja⚠️ DON'T COPAST!⚠️ (Sequel Secret Marriage) Start : January 2021 End : April 2021 Di dunia ini masih banyak manusia yang berfikir bahwa menikah adalah jalan keluar terbaik untuk mengukir bahagia. Padahal pada kenyataannya menikah terkadang tidak s...