28. Misi Penyelamatan

888 183 41
                                    

Mobil milik orang tua Mina berhenti tak jauh dari rumah milik Farel yang menurut Rasti hanya ditinggali oleh Farel seorang karena orang tuanya sedang ada tugas keluar kota. Keempat gadis itu tampak begitu tegang saat melihat ada mobil Javier yang terparkir dipinggir jalan.

"Perasaan gue makin nggak enak," kata Bianca.

"Kita nggak punya waktu, gimana kalo mereka diapa-apain? Lo liat Jingga kan?" Hanna mulai panik.

"Kita harus bikin rencana! Kalo beneran dia pelakunya bukan nggak mungkin kita juga bakal celaka kalo kita ke sana tanpa persiapan." Rasti mencoba bersikap rasional.

"Lo ada rencana?" tanya Mina berharap bahwa Rasti setidaknya punya solusi untuk masalah mereka.

"Gue bakal ngalihin Farel dan kalian bertiga cari Caca sama Lingga," putus Rasti kemudian melepaskan seatbelt-nya.

"Lo yakin? Farel kayaknya bukan orang waras lho!"

Hana mencemaskan keadaan Rasti, ia takut jika Rasti bisa berakhir tak baik. Lihat saja Javier yang sebesar itu saja mungkin sekarang sedang disekap oleh Farel, bagaimana Rasti yang memiliki tubuh kecil.

"Gue aman, tenang aja. Gue bisa jaga diri. Kalian keluar setelah gue masuk rumah Farel.

"Oke, lo hati-hati." Rasti mengangguk lalu keluar dari mobil meninggalkan ketiga gadis yang mengamati.

"Kalian bawa senjata, apa pun itu bawa buat jadiin senjata," suruh Mina pada dua temannya.

Dan keduanya juga tampaknya dengan senang hati menuruti keinginan Mina. Lihat saja apa yang ada di kedua tangan mereka.

"Seriously Hana? Itu buku! Lo nggak mungkin ngajarin penjahat kan? Nilai bahasa inggris lho aja masih dibawah KKM!" Bianca protes karena Hana memilih kamus untuk ia bawa.

"Jangan ngeremehin kamusnya Oxford-nya Mina ya! Lo sekali kena timbuk langsung amnesia!" Hana protes dengan ucapan Bianca yang meremehkan pilihannya.

"Udah-udah nggak usah berantem. Ayo turun!" kata Mina setelah melihat Rasti masuk ke dalam rumah.

Kini ketiganya berjalan bak maling yang mengendap-endap. Dari samping mereka berusaha mengendus keberadaan Caca dan juga dua lelaki yang ikut hilang itu. Hingga saat mereka melihat ke arah sebuah ruangan melalui jendela, mata mereka menemukan Caca yang tengah berbicara dengan Javier.

"Astagfirullah!" seru Hanna saat melihat darah dan pisau di paha Javier.

"Mina cabut dari sini cepet! Jangan ke sini. Cepet pergi." Caca mengisyaratkan Mina untuk pergi, tapi dasar keras kepala tiga gadis itu malah berusaha untuk membuka jendela.

"Kalian siapa?" Bulu kudu Mina dan kawan-kawan berdiri saat merasakan ada eksistensi manusia di belakangnya.

Hana yang pertama kali merespon Dion. Gadis itu melemparkan kamusnya tepat ke kepala Dion hingga Dion terhuyung ke belakang. Setelahnya Mina menyemprotkan semprotan cabe tepat ke mata Dion disusul Bianca mengayunkan tongkat baseball ke badan Dion beberapa kali ditambah Hanna dan Mina yang menjambak Dion setelah lelaki itu jatuh indah.

"Mampus lo! Mampus!" Hanna tampak bersemangat mencabut rambut Dion.

"AHHHH FAREL!!" Dion memanggil bantuan.

"Diem! Kalo nggak gue gigit" suruh Hanna galak. Tapi, Dion seakan tak putus asa, dengan mata yang masih pedih dan badan yang kesakitan ia mencoba kembali meminta pertolongan.

"FAREL!!!"

"Gigit Han!" suruh Mina seolah-oleh Hanna adalah anjing. Namun, suara Dion makin nyaring membuat semuanya panik takut jika tak hanya Farel yang ada di dalam ditambah ada Rasti.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang