17. Kabur

1.3K 275 33
                                    

Javier tengah mencari-cari benda di kamarnya hingga kamar yang semula serupa kamar hotel kini menjadi  kapal yang habis terombang-ambing badai di lautan. Dia tak begitu sadar bahwa setiap tata letak yang berubah bisa menghasilkan omelan plus pukulan dengan bonus uang jajan yang terpotong dari sang mama.

"Javier!" Tubuh besar Javier langsung meremang, seolah-olah yang memanggilnya adalah mama kunti.

Namun, demi Tuhan Javier lebih mending bertemu kunti dibandingkan berhadapan dengan mamanya yang memegang sikat WC.

"Mama ngapain bawa sikat WC ke kamar Jay?"

"Ini waktu mama mengintrogasi. Kamu jangan nanya ya!" Javier menelan ludahnya susah payah, ini namanya siaga 5.

"Kenapa kamar kamu bisa kayak gini? Baru tadi pagi Mama bersihin. Kamu pikir gampang bersihin kamar kamu hah? Iya kalo dibayar ini nggak bahkan bilang makasih aja nggak!"

"Ma, Jay cu—"

"Ngejawab ya kalo dikasih tahu. Sekarang kenapa kamar kamu berantakan? Nyari harta karun kamu?" Javier hanya diam, takut jika ia membuka sedikit saja bibirnya itu wajah tampannya akan terkena benda ditangan mamanya yang ia percaya masih ada kuman di sana.

"Kamu ditanya nggak jawab!" Astaga apa salah Javier Tuhan jawab salah diam salah.

"Jay, nyari CD film Ma, kasian Caca nggak ada stok nonton. Dia lagi dikurung mamanya." Mamanya sangat menyukai Caca itulah kenapa ekspresinya menjadi melembut.

"Kok bisa dikurung?"

"Panjang Ma ceritanya, nanti abis Jay dari rumah Caca, Jay ceritain." Mamanya mengangguk.

"Ya udah sana ke rumah Caca." Tentu saja kesempatan itu tak akan dibuang percuma oleh Javier, dia harus ke tempat Caca sebelum mamanya berubah pikiran.

-o0o-

Saat ini, Caca dalam keadaan pusing yang melebihi pusingnya Kris Wu sang tetangga yang baru saja kehilangan soang miliknya. Pusing Caca kali ini disebabkan oleh penggunaan otak yang berlebihan di saat biasanya dia hanya menggunakan otak untuk ngeles dari segala macam omelan selain itu otaknya hanya sekedar aksesoris belaka.

Namun, beruntung kerja keras otaknya tak sia-sia, dengan seluruh tenaga akhirnya dia bisa keluar rumah tanpa satu orang pun yang tahu.

Suatu prestasi yang sangat membanggakan, tak salah dia hobi gelantungan dan memanjat layaknya monyet saat ia kecil. Ternyata skill itu bisa ia gunakan untuk memanjat keluar. Dan di luar sudah ada satu-satunya manusia yang dihubungi Caca karena dipercaya sebagai manusia yang tak akan mengadu dan paling mudah disuap. Cukup nomor telpon sepupunya semua langsung beres.

"Langsung ke rumah sakit?" tanya Yogi.

"Beli bubur dulu." Yogi menaikkan alisnya, ia tak percaya Caca akhirnya dia menjadi manusia normal saat menjenguk orang sakit. Biasanya Caca akan membawa barang-barang bukan makanan. Seperti saat Vino terkena tipes dia membawa satu set uno dan monopoli, saat Hanna terkena DB gadis itu membawa jenga dan kemarin saat Mina sakit dia membawa proyektor kecil untuk menonton drakor bersama.

"Bubur apa? Kacang ijo? Atau bubur ayam?.'

"Bubur buat orang sakit, bubur apa tuh biasanya? Bubur Sun?"

"Goblok! Udah lo ikutin gue."

"Ya kan lo bawa mobil pasti ikut lo lah. Dasar bego." Yogi hanya mencebik dalan hati ingin dia melaporkan pada mama tiri Caca, tapi Caca terlalu pintar dengan mengancamnya.

"Betewe ini mobil sape? Nyolong bokap lo lagi?" Yogi mengangguk sambil tersenyum dia yakin sekarang papanya sedang marapalkan sumpah serapah untuk anak tunggalnya.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang