38. Onsra

454 104 20
                                    

Dalam sebuah drama ataupun film ketika seorang pemeran utama terbangun setelah pingsan dia akan menanyakan dimana ia berada. Namun, jika orang itu adalah Caca maka pertanyaan itu tak akan pernah ada. Caca adalah gadis cerdik yang langsung tahu dimana ia berada hanya dengan melihat infus di tangannya. Dan lagi pertanyaan itu tak berguna bagi Caca karena ada hal lain yang perlu ia katakan begitu sadar.

"Bang, Caca laper." Ya, saat sadar dari pingsannya yang cukup lama Caca langsung meminta makan. Sebenarnya itu hal yang cukup wajar karena Caca melewatkan jam makan siang dan sekarang sudah menjelang sore.

"Kalian tolong jagain Caca dulu ya, gue beliin dia makanan." Ceta meminta tolong pada anggota geng bunga pasir yang berada di sana bersama Lingga dan Javier.

"Gue temenin Bang." Bianca mengajukan diri sekalian proses mendekatkan diri pada sang pujaan hati.

"Kalo gue nitip aja Bang. Nasi padang aja nggak apa-apa." Vino tanpa ragu meminta makan pada kakak sahabatnya.

"Gue juga."

"Iya-iya gue beliin semuanya. Ayo Bi." Ceta akhirnya meninggalkan ruangan bersama Bianca.

Sementara itu Mina mendekat ke arah Caca diikuti Hana untuk memeriksa keadaan sahabatnya. Selain kepala dan punggung Caca yang memar tak ada luka lain lagi.

"Kenapa bisa gini?" tanya Mina penasaran. Ia tahu bahwa Caca anaknya ceroboh, tapi seceroboh-cerobohnya Caca dia tak pernah sampai mencelakai diri sampai jatuh dari tangga.

"Lantainya licin. Kayaknya baru kelar di pel." Caca masih menutupi kecurigaannya tentang teror Farel. Jadi, untuk sekarang ia hanya mengungkapkan bahwa ini hanyalah kecelakaan semata.

"Udah tenang aja, yang penting gue baik-baik aja."

"Baik gimana? Lo pingsan berjam-jam dan badan lo luka Ca."

Jika Caca yang dulu akan senang saat Javier berkata seolah mengkhawatirkannya, tapi Caca yang sekarang enggan bersorak dalan hati hanya untuk perkataan Javier. Ia tak pernah tahu apa ini adalah perkataan dari hati Javier atau sebuah kebohongan lain darinya.

"Oh ya, siapa yang nemuin gue? Pas gue mau pingsan gue nggak liat ada orang sama sekali." Caca tak mengindahkan ucapan Javier. Gadis itu seolah-olah tak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Javier.

"Lingga. Tadi Jingga tiba-tiba sakit kepala terus dia nyuruh orang buat nyari lo dan Lingga yang nyari lo. Gue sampai takut tadi," jawab Hana.

"Iya. Ngeri anjir. Kayaknya kakak lo ada keturunan Indihome deh. Dia bisa tau lo celaka." Vino menambahkan. Dia merasa bahwa apa yang dilakukan oleh Jingga tadi seperti seorang cenayang.

"Biasanya kalo saudara kembar punya ikatan batin yang kuat." Lingga menimpali sebelum genre horor dibawa dalam percakapan mereka.

"Iya Lingga bener. Jingga selalu tau apa yang gue rasain. Anyway makasih ya Ngga." Lingga mengangguk.

"Bukan masalah."

"Bukan masalah apanya. Gue yakin lo keberatan gendong dia. Badan dia keliatan kecil tapi ususnya itu banyak isinya pasti berat banget." Yogi mengomentari jawaban Lingga, lelaki itu jelas mengibarkan bendera perang pada Caca.

"Gue inget lo ada les jam 4. Bokap lo bakal gebukin lo kalo lo nggak dateng." Yogi menepuk dahinya. Ia lupa bahwa senin ini ia ada les.

"Ayo balik! Kalian nebeng gue. Jadi pulang sekarang. Atau lo mau balik jalan kaki?" tanya Yogi yang menjadi sopir dari tiga orang temannya.

"Nasi padang gue?"

"Bianca gimana?"

"Lo beli sendiri aja nasi padangnya. Dan Bianca biar dianter Bang Ceta. Ayo! Atau lo juga bakal kena amukan bokap gue!" Yogi memaksa Vino untuk tahu diri dan ikut pulang bersamanya.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang