3. Mencari Masalah

2K 416 70
                                    

Dalam kehidupan bermasyarakat tak akan lepas dari ocehan dan desas-desus, begitu pun dengan kehidupan SMA Lingga. Dia pikir akan berjalan dengan lancar ternyata harus diselingi dengan gosip-gosip yang belum diketahui kebenarannya.

Gosip pertama mengatakan bahwa Lingga adalah siswa bandel yang mengalahkan lebih dari puluhan orang hingga akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah bahkan gosip ini dibumbui, bahwa siapa pun yang menatap mata Lingga lebih dari lima detik maka orang itu akan menjadi target Lingga selanjutnya.

Namun, gosip itu langsung digantikan dengan berita tentang kutukan Lingga. Berita itu menyebar setelah kasus di kamar mandi siswi. Adanya gosip itu kini banyak yang menghindari Lingga walaupun tak semuanya, masih ada kaum kepo yang ingin membuktikan secara langsung hingga Selena anak paling cantik di angkatan Caca ikut dalam perburuan itu.

Lingga sendiri memilih menghindar, sebisa mungkin dia tak muncul di hadapan banyak orang terutama para gadis.

Sementara Hanna ataupun Caca mulai beraktivitas seperti biasa, Caca yang menggoda Javier dan Hanna yang mengganggu Vino, walaupun sebenarnya kedua gadis itu melakukan hal itu untuk menutupi rasa penasaran dan gusar dalam diri mereka.

"Ayo gue beliin makanan." Ini adalah hal langka bagi Javier yang ingin membelikan Caca makanan yang mungkin hanya akan terjadi setelah tiga kali purnama.

"Oke." Caca mengikuti Javier keluar kelas diikuti pandangan sahabatnya yang bertanya-tanya apakah Javier sedang kesurupan.

"Nggak usah khawatir Jay, gue baik-baik aja." Javier berhenti lalu berbalik ke arah Caca yang melihatnya dengan senyuman yang mencoba mengatakan dia baik-baik saja.

"Gue tahu lo baik-baik aja, kalo yang paling syok pasti Hanna bukan lo."

"Terus kenapa lo ngajak gue makan?" tanya Caca bingung, ia pikir Javier mengajaknya makan untuk menghiburnya yang sempat kaget dengan insiden kamar mandi itu.

"Lo tahu apa yang mau gue omongin Ca." Caca menghela napas kesal.

"Kenapa lo hapus peringatan itu?" Tak ada yang tahu bahwa ada peringatan di sana hanya Javier dan Caca yang tahu.

"Gue nggak mau Jingga disalahin."

"Tanpa lo lakuin itu dia udah disalahin Ca, semua udah ngomongin tentang Lingga sama kutukannya yang berhubungan sama Jingga."

"Tapi, kalo semuanya liat tulisan itu, semuanya makin nyalahin Jingga si setan itu. Gue nggak mau dia disalahin untuk hal yang nggak dia lakuin."

Caca terlihat sangat serius dalam hal ini, hal yang jarang ditemukan dalam diri Caca.

"Dari mana lo tau kalo itu bukan dia?"

"Karena di dunia setan nggak ada yang jualan lipstik."

Caca mengatakan itu karena tulisan yang berada di cermin di kamar mandi wanita ditulis dengan lipstick.

"Caca!"

"Apa? Emang kenyataannya gitu. Coba lo pikir kenapa setan di luar sana mukanya pucet, jelek? Itu karena nggak ada yang jualan make up di dunia setan Jay." Terdengar aneh, tapi apa yang dikatakan oleh Caca memang benar.

"Anggaplah lo bener."

"Gue emang bener!" Caca si keras kepala sudah muncul kepermukaan.

"Oke lo bener, sekarang siapa orang yang ngelakuin itu semua?"

"Nah itu pertanyaannya. Tapi, gue nggak peduli, Gue nggak mau ikut campur. Seperti yang pernah lo bilang jauhi masalah dan deketin lo."

Javier tak ingat mengatakan hal itu seingatnya ia hanya mengatakan pada Caca untuk menjauhi masalah.

"Gue nggak pernah ngomong gitu?"

"Ngomong apa?" tanya Caca.

"Bilang jauhi masalah dan deketin gue." Javier mengulang kata-kata Caca sebelumnya dan itu membuat Caca tersenyum menang.

"Nah tuh lo bilang." Caca terkekeh sementara Javier menghela napas lagi-lagi Caca mengerjainya.

"Tenang aja Jay, gue bakal jauhi masa—" Ucapan Caca terputus setelah mendengar teriakan dari seberang gedung IPS yang tak lama kemudian banyak orang mendekat ke arah sana.

"Ada apa?" tanya Caca pada Javier yang jelas saja tak tahu ada masalah apa.

Javier langsung menggandeng Caca menuju ke arah gedung IPS. Melihat Hanna yang menangis dan juga Bianca yang terpaku perasaan Caca sudah tak enak. Benar saja, dis melihat Mina tergeletak dengan kepala yang berdarah serta sebuah pot dari tanah liat yang sudah hancur. Sudah jelas bahwa pot itu menghantam kepala Mina hingga Mina menjadi seperti itu. Tapi, kenapa?

"Ca, Caca." Javier menggoyangkan badan Caca yang hanya diam terpaku seolah lumpuh.

"Kenapa?" tanya Caca lirih tak lama kemudian suara Hanna yang histeris terdengar.

"Ini semua gara-gara lo. Gara-gara lo Mina kayak gini. Kalo aja dia nggak kasihan sama lo dan ngobrol sama lo dia nggak bakal kayak gini ini semua gara-gara lo sama pacar setan lo itu."

Caca tak merespon Hanna yang kini memukuli Lingga. Pandangannya hanya tertuju pada Mina yang kini sudah dibawa oleh dokter sekolah.

"Han, udah Han." Beberapa teman sekelas Hanna sudah menarik Hanna yang terus memukuli Lingga yang hanya diam menunduk tampak merasa bersalah.

"Jay, kalo gue deketin masalah apa yang bakal terjadi sama gue?" tanya Caca yang membuat Javier langsung beralih menghadang Caca.

"Apa pun yang di otak lo sekarang jangan pernah lakuin itu."

"Kutukan itu bilang kalo hal itu nggak akan bekerja untuk saudara Jingga sendiri, kan?" Caca masih menatap ke arah Lingga yang terus menunduk.

"Caca, please jangan buat masalah. Kita belum tahu apa yang kita hadapin sekarang." Javier yang sudah dari dulu pintar langsung tahu maksud Caca.

"Karena itu gue akan cari tahu siapa yang ngelakuin hal ini. Entah itu setan atau orang gue bakal hadapin dia."

Caca berusaha berjalan ke depan menuju Lingga, tapi Javier lagi-lagi menghadangnya.

"Bukan lo, tapi kita. Kita bakal cari tahu siapa di balik ini semua." Javier memegang tangan Caca kuat, tapi Caca menepisnya.

"Ini urusan gue Jay."

"Ca! Mina temen gue juga Ca. Gue tahu lo deket sama dia, tapi please berpikir rasional. Kita cari pelakunya bareng-bareng."

"Sorry Jay gue harus pakai cara gue sendiri." Caca dengan gesit berjalan menjauh dari Javier dan berjalan ke arah Lingga yang masih menunduk.

"Lingga," panggilnya hingga Lingga mengarahkan pandangannya ke wajah Caca yang tampak serius.

"Gue bakal lepasin kutukan itu." Lingga masih belum mengerti maksud Caca, tapi Caca sudah melakukan hal yang tak pernah ia duga. Dengan pelan Caca mendekat lalu memeluk Lingga.

Tak hanya Lingga, tapi semua orang yang berada di sana kaget dengan apa yang dilakukan Caca.

"Caca!" Hanna berteriak dia takut Caca akan mengalami hal sama seperti Mina.

Kalo lo bener Jingga, lo pasti nggak bakal nyakitin gue. Dan gue harap itu bukan lo Kak.

 Dan gue harap itu bukan lo Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang