5. Ku cinta dia

1.9K 371 28
                                    

Caca tak pernah suka dengan rumah sakit, baginya rumah sakit adalah tempat yang menyeramkan. Banyak darah, tangis pilu orang yang kehilangan keluarganya, orang-orang yang sakit bahkan baunya pun ia tak suka.

Tapi, dia membuat pengecualian hari ini. Hari ini dia mengunjungi Mina yang masih dirawat. Dia tak membawa barang-barang yang biasanya di bawa oleh para penjenguk. Gadis itu malah membawa proyektor mini dan PSP miliknya, benar-benar barang bawaan yang tak pernah dipikirkan oleh orang lain akan dibawa oleh gadis Pebruari itu.

Sebenarnya saat ini Caca bisa dikatakan kabur dari pengawasan kakaknya yang sedang buang hajat. Ya, gadis itu memang dalam pengawasan Ceta setelah kejadian lempar batu tadi siang. Lelaki itu sama sekali tak memperbolehkan Caca keluar rumah. Beruntung Ceta tiba-tiba boker, jadi Caca langsung keluar dari rumah untuk menuju rumah sakit.

"Minaku." Bukan salam layaknya anak-anak lain, Caca langsung menerobos masuk dan memanggil Mina.

"Halo Tante," sapa Caca akhirnya saat melihat mama Mina berdecak karena kelakukan sahabat anaknya itu.

"Akhirnya lo dateng juga," kata Mina dan Caca bukanlah orang bodoh, dia yakin bahwa kedua temannya yang lain sudah mengadu pada Mina, dan Caca juga ingin mengatakan sesuatu tentang itu.

"Ulu-ulu kangen ya." Caca bersikap biasa, tapi matanya memberi kode kepada Mina untuk mengusir mamanya.

"Ma, Mama makan dulu ya mumpung Caca di sini." Mama Mina melirik Caca sebentar ya walaupun kelakuan Caca sebelas dua belas dengan kutu loncat mama Mina tahu bahwa gadis itu akan menjaga Mina dengan baik.

"Ya udah, Caca titip Mina ya." Caca tersenyum lalu memberikan tanda oke pada mama Mina.

"Hana ngatain lo bego dari mulai dia dateng sampai dia pulang," lapor Mina saat mamanya sudah pergi.

"Ya, sayangnya lo juga termasuk kayak gue." Mina tertawa, benar mereka orang bodoh.

"Harusnya lo ngasih tahu gue sebelumnya Min."

"Gue juga peduli sama Jingga, Ca. Gue juga nggak bisa liat nama dia digunain orang yang nggak bertanggung jawab."

"Iya, tapi liat lo sekarang gimana, harusnya kita omongin dulu dan buat rencana yang mateng. Ngapain lo tiba-tiba deketin Lingga."

"Lo juga deketin dia ya malah lebih parah pakai acara peluk-peluk segala." Caca menggaruk tengkuknya.

"Gue keburu emosi karena—"

"Karena gue?" Caca mengangguk karena memang itu kenyataannya.

"Jadi sekarang rencana lo gimana?"

"Gue bakal deketin Lingga sampai si brengsek itu keluar." Mina menggelengkan kepalanya.

"Kita cari rencana lain, gue nggak mau lo bernasib kayak gue. Jingga bakal marah kalo tahu kembarannya kenapa-kenapa." Semua yang dikatakan Mina benar, tapi tentu tak akan semudah itu mengubah apa yang ada di pikiran Caca.

"Gue udah terlanjur nyebur Min, jadi sekalian aja gue mandi."

"Kalo lo deketin Lingga, Jay gimana?" Untuk saat ini perasaannya tak penting, membalas orang yang ada dibalik kutukan inilah yang lebih penting.

-o0o-

Caca tak pernah habis pikir kenapa ayahnya bisa menikahi mama tirinya yang sangat amat lebay.

Bayangkan saja sejak tahu bahwa kaca jendela Caca pecah karena ada peneror yang Caca sendiri enggan menceritakannya, mamanya itu sibuk menghubungi jasa bodyguard, ya kalian tak salah dengar. Bodyguard.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang