34. Sandiwarakah Selama ini?

637 139 28
                                    

Caca benci sekolah, mungkin selama ini dia masih mau ke sekolah karena adanya uang saku dan juga ada Javier yang menjadi lelaki pujaan sejak tiga tahun lamanya. Namun, Jingga yang tak hadir di sekolah membuat gadis itu semakin malas dan terus mencari alasan agar bisa pulang lebih cepat.

Akal yang digunakan Caca pun tak kalah bervariasi, mulai dari pura-pura sakit perut sampai pura-pura digigit zombie. Semuanya gagal, padahal ia sangat yakin bahwa aktingnya menjadi zombie cukup keren bahkan jika Gong Yo melihatnya mungkin dia akan diajak main film train to Busan 3.

"Gue pengen ke rumah sakit. Kenapa ada les segala sih!" Caca terus berteriak kala seharusnya dia pulang, tapi malah mendapat jatah les tambahan khusus untuk yang nilainya kurang.

"Kalo lo belajar dari awal pasti nggak bakal ada les tambahan." Javier mengambil buku Caca kemudian memindahkannya ke meja lelaki itu, meja paling depan yang sangat diharamkan bagi Caca.

"Nggak usah pindah! Gue mau di belakang aja. Di depan pun gue nggak belajar." Javier mendesah, jika Caca terus seperti ini bisa-bisa anak itu tinggal kelas.

"Yogi," rengek Caca meminta bantuan Yogi untuk membantunya kabur dari les terkutuk.

"Lo ke belakang sekolah, di sana ada kucing suruh dia gigit lo. Biar kayak dulu, walaupun digigit kucing nggak lebih sakit kalau lo digigit anjing dulu." Caca langsung mengernyit, ia masih ingat rasa sakit yang pernah dia rasakan ketika seekor anjing mengigitnya dulu.

"Lo pernah digigit anjing?" tanya Javier dan juga Lingga hampir bersamaan.

"Iya. Anjing sialan tuh, gara-gara itu gue nggak masuk sekolah hampir seminggu lebih, terus abis itu nggak ada yang mau main sama gue gara-gara takut gue kena rabies. Sialan emang." Caca mengingat anjing lepas yang mengigit kakinya hingga berdarah bahkan membengkak dulu.

"Gue masih nemenin lo ya." Caca sedang malas berdebat dengan Vino yang dulu mau menemaninya karena Caca selalu membawa banyak jajan.

"Kenapa bisa digigit? Lo gangguin anjingnya?" tanya Javier yang baru tahu bahwa Caca pernah digigit anjing.

"Nggak, dulu dia mau sok pahlawan gitu nolongin Jingga. Jingga yang dikejar anjingnya." Mina ikut nimbrung karena dia juga menjadi saksi mata waktu itu.

"Lo berani banget Ca," puji Bianca sambil memberikan jempolnya.

"Dia bukan berani, tapi bego. Dia pikir dia punya kekuatan supranatural bisa ngomong sama binatang mentang-mentang bisa nyuruh Johwang aneh-aneh." Yogi membuka aib Caca.

"Sialan lo!"

"Emang bener, 'kan?" Caca diam karena memang itu benar adanya.

"Terus sekarang kaki lo nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa. Dulu gue inget sakit banget, tapi gue nggak nangis soalnya Jingga udah nangis." Vino mengangguk, dia ingat dulu Jingga yang malah menangis hebat padahal Caca yang terluka, bahkan jika Vino tak salah ingat Jingga bahkan pernah berjanji akan menjaga Caca untuk membayar Caca yang menjaganya sampai bertaruh nyawa.

"Gue kayak manfaatin Jingga nggak sih dulu?" Mina mengangguk membenarkan, Caca dulu terlalu memanfaatkan Jingga seperti meminta makanan Jingga dan minta dikerjakan PR-nya. Sungguh anak nakal.

"Iya, dia bahkan bilang bakal gantian jagain lo selamanya. Tapi, gue ngerti kok kenapa Jingga mau ngelakuin itu ke lo. Bagi dia lo udah nyelametin dia, to be honest gue juga takut lo bakal mati waktu itu." Caca tersenyum kecil, dia juga berpikir bahwa mungkin dia akan mati karena rasa sakit yang ia rasakan dulu.

"Sekarang gue baik-baik aja. Dan Jingga juga nggak perlu jaga gue karena gue udah bisa jaga diri sendiri. Yang perlu dijaga sekarang itu Jingga. Jadi, please bantuin gue pergi. Gue mau jagain Jingga." Mina tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang