48. The X-Man

422 80 16
                                    

Di antara anak bunga pasir, Mina adalah satu-satunya yang bisa menyelami karakter teman-temannya. Gadis itu bisa membaca dengan jelas apa yang ada di kepala orang yang berhubungan dengannya, seperti saat  Caca terus mengatakan bahwa ia bersalah tapi ia tahu bahwa Caca tak bersalah dan ternyata hal itu benar.

Sama seperti sebelumnya, intuisinya mengatakan bahwa Javier bukanlah lelaki yang seperti dikatakan Lingga ataupun Yogi. Mungkin memang benar bahwa Javier melakukannya, tapi Mina yakin bahwa ide itu bukan berasal dari kepala Javier. Ada campur tangan orang lain yang ingin Mina selidiki siapa orang itu.

Hal itulah yang membuat Mina melangkah ke rumah Javier seorang diri, ia tak bisa melibatkan Caca ataupun temannya yang lain karena mereka sedang dalam mode membenci Javier. Jadi, dibandingkan membawa manusia yang akan membawa keributan dia memilih untuk datang sendiri.

Namun, kedatangan Mina tak disambut baik oleh Javier. Lelaki itu masih dalam mode kesal karena ditolak oleh Caca dan yang Javier tahu, Mina adalah salah satu orang yang mendukung Caca dengan Lingga bukan dengannya.

"Buka Jay!"

"Pergi Min." Javier tetap kekeh tak ingin Mina masuk ke dalam rumahnya.

"Jay, buka! Kita perlu ngomong." Mina terus berusaha menahan pintu, hingga jarinya hampir terjepit beruntung mama Javier muncul dan menghentikan aksi Javier yang jampir menyakiti Mina.

"Jay! Itu jari temen kamu hampir aja kejepit!" mama Javier menjewer telinga Javier hingga Javier melepaskan tangannya dari pintu untuk menahan tangan mamanya agar tak mencopot daun telinganya. Hal itu dimanfaatkan Mina untuk masuk ke dalam rumah. Untuk sekarang dia harus berada di satu tempat yang sama dengan Javier.

"Sore, Tante," sapa Mina dengan penuh sopan santun.

"Sore. Kamu Mina kan? Tante sering liat kamu di sgnya Caca. Kamu sama Caca?" Mama Javier melepaskan tangannya dari telinga Javier yang mulai memerah.

Mina melirik Javier sebelum akhirnya menjawab, "Nggak Tante, Caca lagi ada urusan. Ini Mina sendiri aja."

"Oh, ya udah kamu duduk aja dulu biar Tante bikinin minum." Ada kekecewaan karena mama Javier tak mendapati keberadaan Caca, tapi dia tetap tersenyum pada Mina sebelum beralih pada Javier.

"Awas kalo kamu usir dia, Mama tuker kamu sama berasnya Pak Haji," ujarnya sebelum menghilang ke dalam dapur.

Diawali dengan helaan napas, Javier menunjuk sofa agar Mina duduk, sekalipun ia tak ingin Mina berada di sana. Namun, mau bagaimana lagi dia tak ingin ditukar dengan beras di toko pak haji.

"Mau apa lo ke sini?" Pertanyaan yang sudah Mina duga sebelumnya.

"Beneran lo yang ngancam anak-anak?"

"Kenapa? Lo mau ngatain gue bego juga?" Sebenarnya Mina ingin mengatakan itu, tapi jika ia mengatakan itu mungkin Javier akan mengusirnya lagi.

"Nggak, Jay. Gue cuma nggak yakin lo ngelakuin itu. Gue tau lo nggak sejahat itu."

"Tapi, itu bener gue Min." Dari nada yang digunakan jelas sekali bahwa ada rasa kecewa karena dia telah melakukan itu.

"Kenapa Jay? Lo bukan orang yang kayak gitu." Javier menyandarkan tubuhnya ke sofa, dia juga tak tahu kenapa ia bisa semudah itu terhasut.

"Cemburu Min." Jawaban itu akhirnya keluar.

"Gue nggak bisa kalo Caca sama Lingga. Gue tau gue bego banget karena bikin Caca capek sama gue. Tapi, sumpah demi Tuhan gue sayang Caca." Mina tahu bahwa Javier mencintai Caca, dia hanya bodoh saja.

"Sebenernya apa yang dilakuin Lingga itu bukan murni buat nembak Caca, Jay."

"Maksud lo?" tanya Javier tak mengerti.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang