4. Cahaya dan Jingga

2K 389 47
                                    

Javier tampak tak begitu bersemangat bermain PES bersama beberapa temannya, pikirannya sedang melayang-layang karena Caca. Dia tak begitu paham dengan cara berpikir gadis itu. Walaupun dia juga tak memungkiri bahwa Caca adalah anak paling aneh yang pernah ia temui.

Awal dia mengenal Caca, dia sedikit risih dengan pengakuan gadis itu bahwa dia menyukainya, tapi kenapa semuanya berubah begitu cepat? Apa Caca memeletnya? Javier juga tak tahu. Yang ia tahu bahwa ia kesal saat gadis itu memeluk Lingga begitu saja.

Mata Javier melebar saat melihat Caca memeluk Lingga yang hanya diam saja, sepertinya lelaki itu juga kaget. Tapi, Javier tak tinggal diam terlihat seperti pacar yang sedang cemburu Javier memisahkan keduanya lalu menarik Caca agar ikut dengannya ke tempat yang tak bisa dimasuki dan di dengar siapa pun. Ruang musik.

"Jay lepasin!" Javier melepaskan tangan Caca yang kini memerah karena cengkeramannya terlalu kencang.

"Jay!"

"Lo sadar nggak sih kalo lo baru aja datengin masalah secara suka rela." Javier tak pernah membentak Caca sebelumnya, lelaki itu selalu sabar, tapi kali ini Caca memang sedikit kelewatan menurut dia.

"Jay dengerin gue."

"Nggak! Lo yang dengerin gue Ca!" Caca diam dia takut dengan sikap Javier yang seperti ini, biasanya lelaki itu bersikap masa bodoh dengannya.

"Jauhin Lingga!"

"Gue nggak bisa mundur Jay, gue bakal nyelesaiin ini semua."

"Gue bilang ke lo kalo kita, gue dan lo bakal nyelesaiin ini semua dan bukan dengan cara yang seperti ini." Javier menunduk.

"Gue nggak bisa nerima resiko lo luka Ca," katanya lirih kini sikap sok jual mahalnya hilang di telan bumi, Javier menunjukkan bagaimana perasaannya sekarang.

"I will be okay."

"Ca." Javier menggunakan nada lembut kali ini, dia sadar bahwa jika dia terlalu menekan Caca, Caca akan semakin berontak.

"Tolong ngertiin gue Jay, seseorang makai nama Jingga untuk kutukan nggak jelas ini. Kalo gue baik-baik aja berarti itu Jingga. Tapi, kalo gue kenapa-napa berarti itu bukan Jingga."

"Sebenernya siapa Jingga? Kenapa lo peduli banget sama dia?" Caca tak menjawab sama sekali, gadis itu bahkan mundur lalu berlari keluar meninggalkan Javier begitu saja.

"Aahhhh!!"

"Wois santai dong kalo kalah jangan ngegas," kata Yogi.

"Kalian tau Jingga nggak?"

"Tau." Javier menoleh ke arah Vino yang tengah membaca komik milik Javier.

"Dia siapanya Caca?"

"Temannya, mereka temenan dari SMP sekelas 2 kali." Yugi meletakkan stiknya lalu menatap Javier.

"Yang diomongin Vino itu temennya Caca si Jingga anak IPA 1 yang pakai kacamata. Jingga yang lo maksud ini siapa?"

"Pacarnya Lingga." Yugi menghela napas, hal itu mengingatkan dia pada Mina yang luka karena Lingga.

"Caca nggak kenal Jingga, gue temenan sama dia dari orok dan dia nggak kenal sama Jingga pacarnya Lingga."

"Terus kenapa dia peduli banget kalo Jingga disalahin atas insiden beberapa hari belakangan ini?" Vino langsung meletakkan bukunya lalu dengan sengaja menyenggol gelas hingga tumpah.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang