18. Masih kabur

1K 236 12
                                    

Rumah sakit tak seramai sel-sel otak Javier yang sedang membuat berbagai skenario kenapa Caca dan Lingga tampak hampir berciuman, tunggu bisa saja itu pemandangan setelah mereka berciuman. Javier mengusak rambutnya dengan kasar.

"Nggak-nggak, mereka nggak ciuman."

Skenario pertama di otak Javier adalah-

"Gue kabur dari rumah dan tangan gue sakit banget gara-gara jatuh." Caca mengadu pada Lingga.

"Coba sini gue liat."

Caca mendekat ke arah Lingga, tapi gadis ceroboh itu menginjak tali sepatu fan akhirnya jatuh hampir menimpah Lingga dan mereka ciu-

Ah tidak, harusnya skenario awal mereka tak ciuman. Dan lagi, Caca mengenakan flat shoes tanpa tali jadi tak mungkin ada adegan injak tali sepatu. Skenario itu langsung dihapus Javier.

Skenario kedua adalah.

"Itu bukan kutukan."

"Ca! Lo udah liat kalo lo hampir celaka, sekarang jauhi gue. Gue nggak mau lo celaka. Gue sayang sama lo Ca!" kata Lingga lantang.

"Kalo pun kutukan itu bener, harusnya gue nggak kenapa-napa."

"Maksud lo?"

"Gue- sebenernya gue saudara kembar Jingga. Jadi, kita bebas kalo mau pacaran. Karena gue juga suka sama lo." Caca mendekat ke arah Lingga yang terduduk di atas brankar kemudian wajah keduanya saling mendekat dan mereka berciu-

"NGGAK BOLEH!" Orang-orang langsung menoleh ke arah Javier yang dianggap tak waras.

"Tapi, teori kedua paling bener Jay. Caca pasti ngelakuin itu buat mancing peneror." Iblis dalam kepala Javier mulai menyuarakan kata-kata ajaibnya.

"Mungkin, tapi nggak sampai cium. Caca emang aneh, tapi dia polos." Suara malaikat di kepala Javier membalas suara iblis.

"Polos apanya, dia aja pernah ngintip Jay pakai baju, masuk ke kamar mandi cowok."

"Tapi, dia gitu cuma sama Jay doang. Sama cowok lain dia nggak napsu."

"Oh ya? Terus kenapa dia nggak ngejar Jay?"

"Itu mungkin dia jatuh di koridor kalo nggak ilang. Caca kan anaknya ceroboh."

"Iya juga sih."

Pertengkaran antara pikiran negatif dan positif terselesaikan dengan kesimpulan bahwa Caca mungkin jatuh kemudian gadis itu nyasar. Jadi yang harus dilakukan Javier adalah duduk manis di lobi agar Caca bisa menemukannya dengan mudah.

Padahal kenyataannya tak pernah sesuai dengan ekspektasi.

-o0o-

"Kok dia pergi?" tanya Caca pada Lingga.

"Mana gue tahu." Jawaban Lingga tak membantu sama sekali.

"Ntar lah gue urusin kalo ada yang jagain lo dan lagi kita harus melanjutkan bisnis kita." Lingga tersenyum kecil.

"Ada yang perlu gue pastiin dari lo," kata Caca.

"Apa?"

"Soal Jingga." Lingga menghela napas, kemudian menatap Caca penuh makna.

"Apa yang mau lo tanyain?"

"Kenapa Jingga meninggal?" Lingga kembali menghembuskan napas dengan berat, sudah pasti pertanyaan ini membuatnya kembali mengenang sang mantan kekasih.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang