7. Rencana Awal

1.6K 334 14
                                    

Kamar Caca yang cukup luas kini menampung enam manusia plus satu kucing. Keenam manusia itu kini sedang mendiskusikan cara-cara untuk menangkap manusia jadi-jadian yang membuat Jingga sebagai kambing hitam.

Bianca sudah menempel beberapa foto di papan dengan magnet dan kini dia sudah berdiri membawa tongkat penunjuk bersiap menjelaskan tentang infomasi yang ia dapatkan dari beberapa tempat tak terduga.

"Oke kalian siap?"

"Pertama ini Lingga." Bianca menunjuk sebuah foto Lingga dan semuanya langsung menghela napas, mereka juga tahu bahwa foto itu Lingga.

"Gue udah tau!" celetuk Hanna sang manusia yang tak memiliki kesabaran.

"Terus ini Jingga."

"Wah mirip sama lo Ca!" Hanna sedari tadi heboh dengan dirinya sendiri.

"Langsung aja Bi," suruh Mina yang langsung dipenuhi Bianca coba kalau Hanna yang minta pasti langsung ditimbuk menggunakan penghapus.

"Oke jadi sejauh ini korban kutukan Lingga udah tujuh orang, empat orang dari SMA dia yang lama dari SMA kita tiga."

"Tiga?"

"Si centil, Mina sama siapa lagi?" tanya Caca yang masih nyaman tiduran dengan paha Vino sebagai bantalnya, memang kalo sudah berteman sejak zigot tak akan merasa canggung saat melakukan itu semua.

"Lo bego!"

"Gue nggak bego!"

"Maksud Yogi lo korban ketiga." Memang dalam pertemanan itu harus seimbang ada yang macam setan seperti Yogi dan Hanna. Dan ada yang seperti malaikat seperti Mina.

"Ohhh, ya udah lanjut Bi."

"Sejauh yang gue tahu keempat orang yang di SMA lama Lingga dapet teror di luar lingkungan sekolah sementara Mina sama si centil itu kena pas di sekolah jadi kesimpulannya—"

"Sekolah kita lebih angker dibanding sekolah lama Lingga!" Vino menjawab dengan penuh semangat dan percaya diri seakan jawabannya itu adalah jawaban yang paling benar.

"Vin, lo makan aja!" suruh Caca sambil menyuapi Vino dengan makanan agar Vino tak ikut bicara.

"Jadi maksud omongan lo, pelakunya ada di SMA kita?" tanya Hanna memastikan.

"Yap bener."

"Terus? Siapa?"

"Itu juga pertanyaan kita Hanna sayang!" kata Vino yang malah membuat wajah Hanna memerah.

"Ih sayang-sayangan aja lo tuh pacaran kagak."

Kini Vino yang menyumpal mulut Yogi dengan makanan.

"Lanjut Bi," suruh Mina.

"Sebenernya kalian ngerasa aneh nggak sih sama kutukan ini? Maksud gue gimana asalnya ada kutukan ini?"

Mereka mengangguk, selama ini mereka terlalu sibuk mencari orang yang mencelakai para gadis itu sementara mereka tak mencari tahu bagaimana kutukan itu bisa dimulai.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang