56. Pilihan Juan

384 47 8
                                    

Mata Caca terpejam ketika tubuhnya dipaksa untuk masuk ke dalam air, ada rasa sesak di dadanya padahal dia adalah jenis orang yang suka main di air bahkan beberapa orang menjulukinya Ariel karena kelihaiannya dalam berenang ataupun menyelam. Namun, sepertinya kali ini ada pengecualian, tubuhnya tak bisa bergerak leluasa. Tangan gadis itu masih terikat dengan kursi yang semakin lama mendorong dirinya masuk ke dalam air.

Jika terus seperti ini maka tak mustahil jika dia melakukan meet and great malaikat maut dan untuk menghindari pertemuan yang mengakhiri hidupnya itu Caca butuh penyelamat. Namun, satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya hanya ada Nino yang sayangnya sudah dia pastikan akan menyelamatkan Jingga dibandingkan dia.

Mengingat Jingga, Caca kembali membuka matanya menelisik gelapnya air sungai untuk mencari keberadaan dari saudara kembarnya. Memperhatikan Jingga membuat Caca menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam sungai dan tentu Caca tak perlu menjadi cenayang untuk tahu bahwa itu adalah Nino.

Namun, hal yang membuat Caca kaget adalah Nino tak berenang menuju Jingga melainkan menuju ke arahnya. Otak kecil Caca bekerja keras mencari alasan kenapa Nino melakukan itu. Apakah sungai terlalu gelap hingga lelaki itu tak bisa membedakan Caca dan Jingga? Atau jarak antara Nino dan Jingga yang terlalu jauh hingga akhirnya lelaki itu memilih Caca? Atau spekulasi paling liar adalah Nino mencintai Caca bukan Lingga.

Belum sampai pertanyaan itu terjawab terdengar bunyi tembakan, sekarang bahan pemikiran Caca bertambah, apakah Nino selamat?  Sayang Caca tak bisa melanjutkan overthinkingnya karena tubuhnya yang lemas akibat suplay oksigen yang menipis dan lagi-lagi dia bukan mermaid yang bisa bernapas dalam air.

Caca bisa merasakan daya apung membuat tubuhnya terangkat, mungkin ini adalah bukti dari ilmu fisika yang pernah dia pelajari dan yang lebih pasti adalah Nino berhasil melepaskan ikatannya. Caca akan berterima kasih nanti jika dia sudah mencapai daratan, sekarang dia terlalu lelah untuk membuka matanya.

Nino menampar pelan wajah Caca untuk membuat gadis itu tetap tersadar sembari menepikan tubuh Caca untuk di bawa ke pinggir.

"Shit! Bangun Ca!" pangil Nino dengan napas yang menggebu-gebu.

"Lo harus hidup Ca! Demi Jingga."

"Ca!"

***

Ada seribu tanda tanya tentang bagaimana Nino bisa tahu keberadaan Caca dan Jingga di benak Lingga, tapi itu bukanlah hal yang terpenting. Hal paling utama adalah keselamatan si kembar bukan tak mungkin Santoso, papa Farel akan melakukan sesuatu yang ekstrem seperti membunuh misalnya.

Atas kemungkinan terburuk itulah Ceta selalu kakak si kembar pergi ke kantor polisi dan beruntung laporan mereka diproses oleh polisi mungkin karena Ceta memiliki ornag dalam yang akhirnya membuat polisi itu membuntuti mereka. Namun, sekalipun akan ada polisi yang memback upnya Lingga tetap tak bisa menanggalkan kekhawatirannya terhadap Caca. 

"Please, jangan luka jangan mati Ca," pintanya terus menerus seolah itu adalah mantra yang bisa menolak segala hal buruk pada Caca.

Namun, mantra itu seakan tak berguna ketika dia sampai di lokasi. Ada kepanikan dan tawa kebahagiaan yang sangat kontras. Kepanikan Nino yang terus berenang ke arah sungai yang dalam dan juga tawa dari Santoso yang menandakan bahwa sesuatu yang sedang dituju oleh Nino adalah gadis yang menjabat sebagai kekasihnya atau mungkin kakak kekasihnya.

"Shit!" umpat nya yang langsung keluar dari mobil tanpa berpikir untuk memastikan mesin ataupun mencabut kunci, kepalanya tak diprogram untuk mengatasi pencurian mobil sekarang di otaknya hanya ada satu tujuan. Menyelamatkan Caca apa pun resikonya bahkan tak peduli pada Santoso yang bisa saja menembaknya sebelum dia berhasil menyelamatkan Caca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang