52. Behind The Scene

381 68 15
                                    

Caca yang terkapar di lantai dengan napas yang begitu sulit menarik perhatian beberapa pengunjung ataupun barista di sana apalagi Rasti yang terus berteriak minta tolong untuk dipanggilkan ambulan. Dari kejadian itu orang-orang panik dan bertanya-tanya berapa nomor ambulan ataupun bagaimana mereka menelpon ambulan. Mereka terllau panik untuk berpikir jernih.

Di antara kepanikan itu seseorang menghampiri Rasti kemudian dengan tegas memasangkan borgol ke tangan gadis itu. Seketika rasa panik berubah menjadi bingung. Kenapa? Bukannya para petugas medis tetapi malah polisi? 

"Pak, bapak apa-apaan. Lepasin saya, saya harus bawa temen saya ke rumah sakit, dia sekarat," kata Rasti sambil menunjuk Caca yang masih terbaring di lantai.

"Hachiiii...." Suara bersin Caca terdengar kemudian gadis nakal itu bangun dengan wajah cengengesannya.

"Lo--"

"Lantainya berdebu dan hidung gue agak sensitif." 

"Caca, syukur lo nggak kenapa-napa." Rasti berhambur mendekat ke arah Caca seolah-olah dia adalah manusia yang paling bersyukur karena Caca tak jadi sekarat.

"Iya, gue nggak kenapa-napa, tapi kenapa tangan lo di borgol?" Entah Caca tak tau atau gadis itu sedang berpura-pura, Rasti tak bisa membedakannya.

"Gue juga nggak tau, gue ... gue minta tolong buat manggil ambulan, tapi gue malah di borgol sama bapak ini."

"Temen saya salah apa pak?" tanya Caca.

"Saudara Rasti ditangkap atas tuduhan peneroran kepada Saudara Naura Cahaya Fadilla."

"Lah gue." Caca menunjuk pada dirinya dan itu memicu rasa penasaran Rasti jika Caca kelihatan kaget akan kasus itu berarti ada orang lain yang melaporkannya. Jika bukan Caca lalu siapa? Apa Jingga?

"Saya nggak pernah neror sahabat saya sendiri Pak, Bapak lihat sendiri saya panik pas Caca pingsan. Yang ngelaporin saya itu fitnah Pak." 

Caca mengelus bahu Rasti menenangkan sebelum berbisik, "Gue nggak fitnah lo." 

Deg ... Rasti menoleh pada Caca yang tersenyum padanya persis seperti seorang tokoh antagonis yang berhasil membuat si protagonis sengsara. "Lo yang laporin gue?" tanya Rasti masih tak percaya. Dia yakin bahwa Caca sudah berhasil dia pengaruhi layaknya Javier. rasti bahkan melihat sendiri bagaimana Caca memarahi hingga menampar Javier untuk membelanya. Ini pasti ada yang salah.

"Teknisnya gue nggak laporin lo, gue cuma bantu polisi buat nangkep pelakunya lewat ngasih bukti."

"Bukti?"

***

Beberapa hari yang lalu ketika Caca mendapat kabar dari Mina tentang insiden Javier dan juga Rasti gadis itu tak langsung menghubungi Rasti untuk konfirmasi seperti yang ada dipikiran Rasti sebelumnya. Si Aquarius itu pergi ke rumah Javier bersama Lingga untuk mendapatkan detail dari cerita yang disampaikan oleh Mina sebelumnya. 

Di rumah Javier, Caca disambut hangat oleh ibunda Javier sementara Javier sendiri seperti merasa tak enak dengan kedatangan Caca bersama Lingga. Dia merasa bersalah sekaligus cemburu.

"Kamu lama banget nggak main ke sini. Tante kan kangen. Jay nggak bisa diajak main dia bisanya diajak berantem. Udah beberapa kali pengen Tante tuker sama berasnya Pak Haji, tapi Tante inget kalo misal Jay dituker nanti Tante nggak bisa dapet mantu kamu." Sapaan ramah mama Javier membuat Lingga sadar bahwa Caca memang sudah berusaha keras untuk mendekati Javier sampai sering datang ke rumah lelaki itu. Jika begini dia hanya kecil dibanding Javier.

"Iya Tante, Caca sibuk pacaran soalnya." Jawaban Caca membuat semua orang terbelalak terutama Lingga dan mama Javier. Baru kali ini ada orang sefrontal ini.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang