27. Ikut Campur

853 187 17
                                    

Khusus beberapa hari ini Ceta memilih untuk memboyong pekerjaannya ke rumah hanya untuk memastikan dia tak ketinggalan segala informasi tentang adik kesayangannya.
Di saat lelaki itu tengah mengambil air untuk minum dia mendapati sang adik yang keluar dengan pakaian casual, hal itu membuat Ceta bertanya-tanya.

"Kamu mau kemana?"

"Astaga Bang Cetta! Kayak setan deh ngagetin aja." Caca mengatur napasnya berkat abangnya yang membuatnya terkejut.

"Mau kemana? Abang anterin." Caca menatap abang tercintanya dengan tatapan memicing.

"Nggak! Caca pergi sama Jay, nggak usah ikut. Ganggu." Sebagai seorang abang yang memiliki jiwa protektif kepada sang adik, Cetta tak langsung membiarkan adiknya pergi.

"Ngapain? Bukannya kalian marahan? Bukannya kamu sekarang deketnya sama Lingga?" Caca melirik ke kanan menandakan bahwa otak gadis itu sedang bersusah payah untuk menjawab pertanyaan Ceta.

"Gue mau PDKT Bang, makanya gue ajak jalan biar bisa gue tikung Lingganya." Tiba-tiba suara Jay terdengar, rupanya pembantu mereka sempat membuka pintu untuk Javier yang entah sejak kapan dia bertamu.

"Serius?" tanya Cetta.

"Nggak Bang, mau nyari ikan yang lebih gede dari Johwang biar bisa buat jadi alasan bolos," kata Caca asal, jika ia mengatakan akan ngedate dengan Javier maka pulang nanti Ceta pasti sudah menyediakan 100 daftar pertanyaan mulai dari yang aneh hingga nyeleneh.

"Oh ya udah silahkan pergi." Caca dengan cepet menarik tangan Javier untuk keluar sebelum Cetta berubah pikiran.

Sejam berlalu setelah Caca pergi bersama Javier, Adipati mulai menampakkan diri setelah selesai meeting yang tampaknya tak berujung baik, lihat saja wajahnya yang kesal.

"Kopi Pa?" tawar Ceta.

"Nggak dulu. Caca mana? Main sama Hank?" tanya papanya.

"Pergi."

"Sama siapa? Kok diijinin? Kalo dia aneh-aneh gimana?" tanya papanya sedikit takut jika anaknya membuat ulah hanya untuk membuktikan bahwa dia tak bersalah.

"Sama Jay, Pa. Menurut Cetta Jay lebih pinter dalam hal mencegah Caca." Adipati setuju dengan hal itu dan itu sedikit membuatnya merasa lebih lega.

"Kayaknya sih. Mama kemana?" Cetta meneguk salivanya, ia tak yakin bisa menyembunyikan apa yang dilakukan ibunya.

"Cetta?" Adipati masih terus menunggu jawaban Cetta yang tampak gugup.

"Mama pergi buat ketemu mantan istri papa."

"Ngapain?!" Adipati yakin bahwa istrinya itu akan membuat perhitungan pada mantan istrinya perkara Caca.

"Mama nggak terima mantan istri papa fitnah Caca." Adipati menghela napas, segalanya membuat ia pusing.

"Cetta ikut Papa." Adipati berjalan ke arah ruang tamu untuk mengambil kunci mobil.

"Mau kemana Pa?" tanya Ceta mengikuti papanya dengan tergesa-gesa karena langkah papanya tak kalah terburu-buru seolah-olah jika terlambat akan ada banyak darah yang berceceran.

-o0o-

Shanti menampakkan keangkuhannya saat berhadapan dengan Yani. Yani sendiri tampak tak merasa senang dnegan kedatangan Shanti ke rumah sakit yang ia sangat pahami bahwa Shanti tak datang untuk menjenguk Jingga.

"Kenapa kamu melakukan itu?" Gaya khas Shanti tak ada yang namanya basa-basi saat dia marah.

"Melakukan apa?" tanya Yani seolah tak paham arah pertanyaan Shanti.

ArcaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang