02. Adarioz

5.4K 505 78
                                    

sofiastetic, 2021
don't copy my story!

• ☆ •

Lima gadis cantik yang berisikan Rea, Natta, Berlin, Ansel, dan Teressa, sedang berbincang di kelas. Padahal jam sudah menunjukkan waktu untuk istirahat kedua. Tetapi mereka memilih untuk tidak beranjak dari kelas dan melingkar mengerubungi meja Rea seperti akan mengadakan rapat meja kotak.

"Jadi serius Re, yang enggak sengaja nabrak lo tadi pagi tuh Jarvas?" tanya Teressa yang kemudian dijawab anggukan oleh Rea.

"Iya, makannya tadi gue refleks buat teriak ke dia. Siapa sih yang gak kesel waktu ketabrak sampe jatuh dan orang itu enggak minta maaf sama sekali?" keluh Rea.

"Bener juga sih. Maybe, kalo gue jadi lo udah gue amuk terus gue cakar-cakar mukanya." kata Teressa membuat yang lain bergidik ngeri.

"Eh, lo tau darimana nama cowok itu Jarvas Ter?" Ansel bertanya sambil memakan camilan yang selalu ia bawa ke sekolah. Pringles.

"Kata Abrisam. Kan tadi dia chat gue, ya nanyain masalah tadi di kantin sih. Terus dia kasih tau deh kalo nama cowok yang tadi itu tuh Jarvas, ketuanya Adarioz yang baru. Juga ya, gue denger dari Abri, nanti pulang sekolah Adarioz bakal ngumpul di lapangan. Penyambutannya Jarvas yang baru balik dari London katanya. Gila gak sih menurut kalian? He's like a king for Adarioz." penjelasan Teressa dengan mudahnya di resapi oleh teman-temannya.

"Emang Jarvas di London ngapain deh? Kok baru balik sekarang?" tanya Rea penasaran.

"I don't know. I haven't asked Abri. Maybe later? Kenapa Re? Lo kepo sama dia? Jangan deh, kayaknya dia bahaya buat lo." jawab Teressa dengan bahasa bilingual.

Fyi, Teressa itu gadis blasteran Amerika—Indonesia. Jadi terkadang dia selalu mencampur adukkan bahasa Indonesia juga bahasa Inggris dalam berbicara.

"Idih. Enggak ya, gue cuma nanya aja. Oh iya Ber, lo gimana sama Abri? Kalian masih berantem?" Rea mengalihkan pertanyaan Teressa dengan bertanya kepada Berlin. Sontak membuat mereka mengarahkan pandangannya ke gadis berkacamata itu.

"Ya, gitulah. Dia gak ada chat gue sama sekali dari semalem. Gimana sih abang lo Ter?! Enggak jelas banget sumpah! Gue padahal udah minta maaf kemarin. Udah gue jelasin juga sejelas-jelasnya alesan kenapa gue kemarin balik sama Rendra." terlihat mata Berlin menyendu ketika mengingat alasan dia ribut dengan pacarnya itu.

Natta mengelus-elus punggung Berlin agar gadis itu merasa sedikit lebih baik. "Gue yakin kok Ber, sebentar lagi juga dia bakal baik-baik aja. Lo enggak sekali dua kali berantem sama dia kan? Everything will be okay. Trust me," ucap Natta penuh dengan kelembutan.

Natta ini sudah seperti ibu peri bagi mereka berempat. Karena dia yang biasa jadi penengah, penasihat, dan juga pemikirannya yang lebih dewasa dibandingkan yang lain.

"Takut aja gue, tiba-tiba dia nemuin gandengan baru di jalan terus minta putus?"

"HUSH! Abri gak gitu, nyet! Nanti deh gue coba bilangin ke dia. Jangan sedih gitu dong, seriously, you look so ugly," ejek Teressa membuat Berlin memukul pundak gadis itu cukup keras. Yang dipukul hanya tertawa.

"Oh iya Re, gue mau nanya deh. Semalem gue telepon lo kok enggak aktif sih?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Berlin. "Soalnya gue pengin curhat ke lo semalem. Natta udah tidur duluan sih. Dan biasanya yang begadang kan cuma lo," lanjutnya.

"Semalem gue tidur cepet jadi gak tau kalo lo ngehubungin gue," bohongnya.

Berlin mengangguk tanda paham dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Kemudian mereka berbincang-bincang dan tertawa terbahak. Sedangkan Rea, dia sedikit-sedikit menatap layar ponselnya.

RAJARVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang