05. Pingsan

4.7K 497 75
                                    

sofiastetic, 2021
playlist : jason mraz - lucky

• ☆ •

"Ma, Pa, aku berangkat dulu," pamit Rea yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Enggak sarapan dulu, Nak?" tanya Mama Rea.

"Enggak Ma udah telat." dengan bergegas, gadis itu keluar dari rumah untuk menuju ke garasi dan mengambil mobil kesayangannya.

Kemudian Pak Supri yang merupakan satpam di rumahnya itu membukakkan pintu gerbang untuk Rea.

Dengan segera gadis itu mengendarai mobilnya menuju ke sekolahan. Jam di mobil menunjukkan pukul 07.10 yang berarti dia sudah telat 10 menit ditambah dengan perjalanannya ke sekolah yang memakan waktu kurang lebih 15 menit. Yang berarti gadis itu benar-benar sudah terlambat. Tetapi, tanpa rasa khawatir atau cemas, Rea masih saja mengendarai mobilnya dengan santai. Harus diingat, pelan-pelan saja, yang penting selamat. Gitu.

Sesampainya di sekolah, gadis itu disambut dengan gerbang yang sudah ditutup dan satpam sekolah yang berdiri di balik gerbang tersebut.

Rea membuka kaca mobilnya, kemudian mengeluarkan kepalanya, dan berkata, "Pak, bukain gerbangnya dong. Saya baru telat 30 menit loh ini Pak?" satpam yang mendengar itupun mendekati mobil Rea.

"30 menit itu lama Neng! Suruh siapa telat?? Gak boleh masuk ya."

"Pak, bapak punya anak yang masih sekolahkan?" Pak satpam dengan nama Mursin itu mengangguk. "Nah, saya ini mau nuntut ilmu loh pak, masa dilarang. Dosa loh, tau rasa."

"Eh bocah! Udahlah sana masuk! Tapi nanti harus temuin Bu Nur ya kamu! Biar dihukum," katanya, kemudian membukakkan gerbang yang lebar untuk dilewati mobil Rea.

"Makasih Pak Mursin, hehehe," ucap Rea, kemudian memarkirkan mobilnya di tempat yang biasanya karena tidak ada yang berani untuk parkir di tempat itu.

Ketika gadis dengan rambut terurai itu melangkahkan kakinya di koridor, tiba-tiba seseorang meneriakkan namanya.

"ANDREA PRIMADONA!" Rea membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Aduh, mampus gue. Ketauan Bu Nur lagi! Ah bodoh." ketika Bu Nur sudah berada di depan Rea, gadis itu memberikan cengiran lebar.

"Ngapain kamu senyum-senyum sendiri gitu? Udah sana kamu hormat di tiang bendera sampai jam istirahat pertama! Kalo kamu gak ngelakuin itu, nanti hukumannya Ibu tambah!" Rea memutar bola matanya malas ketika Bu Nur sudah meninggalkan dirinya sendiri. Kemudian dengan malas, gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke lapangan.

Terik matahari yang kata orang-orang sehat untuk tubuh itu menyengat kulit putih Rea yang sekarang sudah terlihat merah-merah kepanasan. Mungkin hal ini sudah biasa bagi seorang Rea, tapi hari ini benar-benar cuaca sangat panas.

"Eits, Neng Rea lagi dihukum nih? Telat ya, Neng?" kalimat tersebut terdengar oleh telinga tajam milik gadis itu, membuat ia menoleh ke asal suara.

Betapa terkejutnya Rea, ketika yang dilihatnya adalah segerombolan anak-anak XI IPS 4 yang berisikan inti Adarioz itu memakai pakaian olahraga.

Ya Tuhan, kesialan apalagi ini?

"Kok diem aja Neng?" pertanyaan itu kembali terlontar dari mulut Iyus.

"Bacot. Sana lo pergi aja anjir!" gadis itu mengibaskan tangannya mengusir cowok Iyus dari hadapannya.

"Galak banget Ibu Rea ini ya," katanya meledek.

Rea mendengus sambil sedikit curi pandang ke arah laki-laki yang sedang melipat tangannya di dada dan juga menatap ke arahnya. Sadar jika dirinya sedang ditatap, membuat gadis itu kembali hormat menghadap ke tiang bendera di bawah sinar matahari yang terik itu. Sedangkan anak XI IPS 4, sekarang sudah melakukan pemanasan untuk bermain bola basket.

RAJARVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang