16. Pentas Seni

2.6K 244 36
                                        

sofiastetic, 2021

• ☆ •


"Yang habis jadian beda ya auranya?" sindir Berlin ketika melihat sepasang kekasih baru itu sedang duduk di bangku kantin sambil terus memandang satu sama lain.

"Sumpah, gue eneg banget lihat muka kalian!" ucap Teressa dengan mengeskpresikan seperti akan muntah itu.

Oji dan juga Ansel yang sedari tadi jadi pusat perhatian itu pun tidak menghiraukan sekeliling mereka sama sekali.

"Ini kamu memar kenapa sih? Abis berantem ya?" Ansel memegang memar di wajah Oji dengan hati-hati sambil meringis ngilu.

"Enggak sayang, ini luka lama kok. Sekarang kan udah ada obatnya. Yaitu kamu."

Teressa dan Berlin yang mendengar itu melototkan matanya kemudian bersiap murka.

"PLEASE, YA ANJIR LO BERDUA KALO MAU NGEBUCIN JANGAN DEPAN GUE!!" teriak Teressa sampai-sampai orang yang menaruh perhatian ke meja mereka sedari tadi terkejut bukan main.

"Sabar Sa, sabar," ucap Natta menenangkan gadis yang emosi itu sambil mengelus-elus punggungnya.

Sedangkan Ansel dan Oji tertawa karena sudah berhasil memanas-manasi Teressa.

"Lucu juga lo kalo marah ya Sa, makannya sonoh cari cowok biar kagak iri lihat orang pacaran," ucap Oji.

"Awas ya lo pada kalo gue udah dapet pacar, gue pamerin ke kalian! Awas aja!"

Rea yang sedari tadi hanya memandangi layar ponselnya pun mendesah pelan. Natta menyadari itu, kemudian bertanya tanpa suara. Dan hanya dibalas gelengan kepala oleh gadis itu.

"Gue ijin ke toilet dulu," pamit Rea kepada teman-temannya. Hal itu pun tidak luput dari pandangan mata tajam milik Jarvas.

Sesampainya di toilet sekolah, Rea menelepon seseorang dengan nada lirih agar tidak ada seorang pun yang tahu tentang percakapannya walau toilet belakang sekolah bisa dibilang sepi.

"Nanti malem gue kesana. Lo jangan ngomong apa-apa, please. Gue udah nurutin apa yang lo mau. Jadi lo juga harus nepatin janji."

"Kalo lo berani main-main sama gue, lo tahu sendiri akibatnya, Re."

"Iya, iya gue tahu. Gue tutup."

Setelah Rea menutup teleponnya, ia keluar dari toilet. Dan betapa terkejutnya ketika Rea melihat Jarvas yang sudah berdiri tepat di depan pintu toilet perempuan dan menatap gadis itu tajam.

"Ngapain lo?! Ngintip ya?"

"Nanti malem dateng sama gue," ucapan Jarvas yang tiba-tiba itu membuat Rea mengerutkan dahinya bingung.

"Hah? Maksud lo?"

Bukannya Jarvas menjawab, tetapi dia menyodorkan layar ponselnya yang berisikan pengumuman bahwa peraturan untuk pentas seni yang diadakan nanti malam yaitu, harus membawa pasangan masing-masing.

"Paham kan?" tanya Jarvas.

"Ya terus, lo mau sama gue gitu datengnya? Gila aja. Gue enggak mau." Rea baru saja akan melangkahkan kakinya pergi, tetapi lengannya ditarik kemudian dihimpitkan ke arah tembok dengan kedua tangan kekar milik Jarvas mengurung gadis itu.

Mata tajam Jarvas menghunus Rea yang juga membalas tatapannya. Sebenarnya dalam hati Rea sedikit gentar karena ini adalah toilet belakang sekolah yang memang jarang orang lewat.

RAJARVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang