36. Sebuah Pilihan

1.5K 185 81
                                    

sofiastetic, 2021

"Sumpah! Bisa-bisanya 4 alarm bunyi gak ada yang bangun! Udah gila lo semua anjir. Mana Mbok lo gak bangunin lagi, Re! Sial, capek gue," sentak Teressa pada ketiga temannya yang sekarang berlari mengelilingi lapangan. Benar, mereka kesiangan ketika menginap bersama di rumah Rea, padahal alarm dari keempatnya terdengar sangat nyaring namun tidak ada satu pun yang bangun.

"Lo juga ya, Sa! Semalem aja bilang, tenang aja, gue bangunnya pasti paling pagi, jadi lo pada tidur aja gue masih mau nonton youtube. Taunya lo yang paling telat bangun, anjir!" ucap Ansel kesal, mereka masih saja mengelilingi lapangan. Sudah ke-5 putaran sehingga mereka ditonton oleh banyak orang yang berada di koridor maupun di pinggir lapangan.

Mungkin jika dulu, pemandangan ini sudah biasa, dimana Rea dan keempat temannya akan dihukum mengelilingi lapangan baik kabur kelas atau pun telat masuk.

Tetapi karena akhir-akhir ini mereka tidak pernah dihukum, banyak orang yang cukup menikmati pemandangan Rea dan temannya yang lelah berlarian mengelilingi lapangan sekolah saat ini.

"Anjing, c-capek banget gue," ucap Rea ngos-ngosan. Mereka berempat telah menyelesaikan 7 putaran di bawah matahari yang terik dan sedang duduk di bawah pohon dekat dengan ring basket.

"Lama banget gue udah gak lari-larian kayak gini. Terakhir gue lari gara-gara dikejar orgil waktu itu."

"Capek?" mereka berempat menengokkan kepala ke arah suara itu berasal. Ozzie Stefanus Winata. Cowok tinggi itu tersenyum ketika melihat 4 pasang mata gadis cantik terarah padanya. "H-hai?"

Teressa memutar bola matanya malas mendengar nada canggung keluar dari mulut cowok itu. "Ngapain lo? Ngapel? Pergi aja sono lo ah!"

"Galak banget lo, Sa. Pantes jomblo," ejek Iyus yang berjalan ke arah gadis-gadis itu bersama dengan Angga, Jarvas, dan Abrisam.

"Heh! Jangan ngomongin adek gue kayak gitu. Nanti ngamuknya ke gue. Ya gak, Mblo?" Teressa melepaskan sepatunya kemudian melemparkannya pada Abrisam membuat mereka tertawa melihatnya tertawa, kecuali Jarvas dan Rea.

Mereka masih sadar dengan apa yang mereka lakukan semalam. Jika diingat malunya bukan main. Di bawah guyuran hujan, mereka melakukan hal tersebut.

"G-gue ke kelas duluan deh ya, kalian nyusul aja," ucap Rea kemudian berjalan melewati Jarvas yang pandangannya mengikuti Rea.

"Gue kejar Rea dulu." mereka yang melihat Jarvas berlari menyusul Rea pun menatap keduanya bergantian.

"Kalian tau?" tanya Abrisam pada ketiga gadis itu.

"Tau," jawab mereka bertiga kompak sekaan paham dengan arah pertanyaan dari Abrisam itu.

"Minum dulu," ucap Angga yang berjalan ke arah Natta sambil memberikan sebotol minuman. Dengan senang hati Natta mengambil alih botol tersebut dan menenggaknya setengah.

"Kamu juga, yang, diminum. Capek banget, hm?" sekarang giliran Oji yang memberikan minumnya pada Ansel sambil menyelipkan rambut Ansel ke belakang telinga.

"BANGSAT! LO PADA KALO MAU PACARAN LIAT SIKON DONG, AH! GUE KE KELAS, BYE!"

Teressa berjalan menjauh dari sana dengan menghentak-hentakkan langkah kakinya kesal.

"TERESSA OMONGANNYA DI JAGA! KALO ENGGAK GUE BILANGIN NYOKAP NANTI!"

"BERISIK!" teriak Teressa membalas teriakkan Abrisam itu.

"Adek lo jodohin aja kenapa sih?! Galak banget anjir takutnya gak laku," ucap Iyus yang kemudian kepalanya digeplak oleh Abrisam dengan entengnya.

"Mulut lo!"

RAJARVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang