09. War

3.6K 350 36
                                    

sofiastetic, 2021
playlist : p!nk - just like fire

• ☆ •

"Vas, gawat. Ini gue seriusan! Anak Leogar kata Justin mau ngajak berantem kita malam ini juga. Sumpah, kalo kita enggak ngirim Justin buat jadi mata-mata, pasti Leogar udah langsung serang kita disini juga. Jadi sekarang gimana?" semua orang yang berada di ruangan itu tegang. Otak mereka seakan diperas untuk berfikir jalan keluar dari semua ini. Karena menurut Jarvas, tidak mungkin dia akan memulai peperangan di tempat Mbok Darmi ini. Pasti akan kacau.

"Panggil yang lain. Yang masih bisa lo hubungin. Hubungin semua. Gue yakin pasti enggak cuma beberapa anak Leogar doang yang bakalan dateng. Pastiin jumlah kita gak kalah sama sana," Jarvas menarik napas, kemudian melanjutkan, "Terus buat yang disini, kita siap-siap. Ke perbatasan sana. Dan yang belum langsung suruh kesana. Waktu enggak cukup kalo kita saling tunggu-tungguan." semua mengangguk mendengar perintah Jarvas. Dan mereka bergerak dengan cepat untuk bersiap. Dari memakai jaket dan memakai helm full face.

Inti Adarioz berkumpul menjadi satu. Dan Angga yang pertama kali membuka suara. "Vas, Rea gimana menurut lo? Apa enggak bahaya kayak gini buat dia? Karena dari awal yang dimata-mata Leogar itu Rea."

Mereka berlima terdiam.

"Gue coba hubungin Teressa buat nanyain Rea sama dia atau enggak sebentar." kemudian cowok itu membuka ponselnya dan menelepon Teressa.

"Halo?"

"Sa, lo lagi sama Rea enggak sekarang banget?"

"Rea? Nope. Kenapa? Engg1ak ada masalah apa-apa kan Bri? Kok lo keliatan khawatir gitu sih?"

"Seriusan enggak sama lo? Kalo sama yang lain? Natta? Ansel? Berlin?" pertanyaan Abrisam yang bertubi tubi semakin membuat gadis di seberang sana penasaran sambil mengerutkan dahi.

"Enggak Bri! Please deh. Ini ada apaan? Jangan bikin gue khawatir ya lo, setan!"

"Oke. Enggak apa-apa lo tenang aja."

"Heh! Abr—"


Tutt ...

"Rea enggak sama Teressa," ujar Abrisam kepada keempat sahabatnya itu. Jarvas mengurut keningnya pusing.

"Sama Natta, Ngga? Ada enggak?" Angga menggeleng sebagai jawabannya.

"Udahlah. Mungkin dia baik-baik aja di rumah. Enggak mungkin kan mereka berlima main malem-malem terus, guys?" ucap Oji membuat mereka semua membenarkannya. Ya, jangan terlalu khawatir. Mungkin saja gadis itu sedang tidur di rumahnya sendiri.

"Oke. Kalo gitu ayo berangkat," kata Jarvas sambil menepuk pundak teman-temannya. Mereka mengenakan jaket hitam dengan tanda Adarioz di punggungnya. Terlihat gagah dan berani.

Kemudian mereka berlima segera menyusul anggota yang sudah bersiap dengan gagah bersama motor-motornya.

Perjalanan menuju perbatasan Leogar dan Adarioz dipimpin oleh Jarvas yang notabenya adalah ketua besar geng tersebut. Mereka semua menembus angin malam yang bukannya terasa dingin di kulit mereka, tetapi panas seperti membakar semangat di diri mereka masing-masing.

Dan mereka siap untuk pertempuran yang tidak terduga pada malam hari ini.

Dan mereka siap untuk pertempuran yang tidak terduga pada malam hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAJARVASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang