again

1K 108 20
                                    

Mobil Maxi mulai memasuki peternakan, sedangkan mobil orangtuanya sudah terparkir di depan villa mewah.

"Mereka sudah tiba, dan sepertinya sudah mulai berkeliling, karena buggy car nya sudah tidak ada. Sebaiknya kita cepat turun dan menyusul mereka." Ucap Maxi mengajak Cloudy.

"Kalau buggy car nya sudah tak ada, lalu bagaimana kita menyusul mereka?" Tanya Cloudy.

"Kita akan naik kuda, kita masih muda jadi tidak perlu buggy car." Sahut Maxi dan mulai turun keluar dari mobilnya.

"Astaga Maxi! Tapi aku tidak bisa naik kuda!" Keluh Cloudy, tapi Maxi justru tersenyum dan melangkah ke sebuah rumah kandang, meninggalkan Cloudy yang kebingungan.

"Thank you dad, mom, kalian memang sangat tahu bagaimana mendekatkan kami."
Batin Maxi.

"Kenapa kau hanya membawa satu kuda? Dimana kuda untukku?" Tanya Cloudy bingung saat melihat Maxi hanya menarik seekor kuda keluar dari kandang.

"Kau tidak bisa naik kuda sendiri, jadi kita akan berkuda bersama. Ayo! Aku bantu kau naik." Sahut Maxi.

"Berdua? Satu kuda? Hmm..... Kau tidak sedang berpikir aneh-aneh kan?" Tanya Cloudy menatap curiga.

"Kalau kau tidak mau juga tidak apa, kau bisa menunggu kami selesai berkeliling dengan duduk di dalam villa ini, atau kau bisa mengikutiku dengan berjalan kaki." Sahut Maxi.

Cloudy melihat ke arah villa mewah dan besar itu, lalu melihat ke arah sekeliling peternakan yang ternyata juga terdapat perkebunan yang sangat luas itu. Cloudy hanya menghela napas kesal.

"Baiklah, aku ikut denganmu, tapi kau harus menjaga tanganmu! Jangan menyentuhku sembarangan!" Ucap Cloudy mengalah.

"Tanganku harus memegang tali kekang kuda, mana mungkin aku bisa menyentuhmu." Sahut Maxi menahan tawanya.

Cloudy pun akhirnya naik ke punggung kuda dengan dibantu oleh Maxi, setelahnya Maxi pun ikut naik dan segera memeluk Cloudy dari belakang karena mau tidak mau dia harus memegang tali kekang untuk mengendalikan kuda itu. Cloudy pun hanya bisa pasrah dengan posisi mereka yang sangat dekat bahkan saling menempel, dia juga melihat ke arah tangan kekar Maxi yang berada tepat di depan perutnya dengan memegang tali kekang kuda.

"Kau siap?" Bisik Maxi sengaja di telinga Cloudy, membuat gadis itu bergidik geli karena hembusan nafas Maxi.

"Bisakah kau bicara biasa saja?! Tidak perlu berbisik di telingaku!" Protes Cloudy.

"Astaga, aku sudah bicara biasa, kalau aku bicara lebih keras nanti telingamu akan sakit." Sahut Maxi pandai berkelit demi menutupi maksud hati yang sesungguhnya.

"Tak perlu bicara tepat di telingaku! Aku masih bisa mendengarmu!" Protes Cloudy lagi.

"Baiklah, maafkan aku." Sahut Maxi dan kuda mereka mulai berjalan pelan, sangat pelan.

"Sepertinya aku lebih cepat menyusul mereka dengan berjalan kaki daripada naik kuda ini!" Protes Cloudy lagi.

"Aku khawatir kau akan ketakutan jika kuda ini berlari, makanya aku santai menjalankannya. Lagipula bukankah lebih baik jika kita menikmati kebersamaan kita ini? Siapa tahu ini terakhir kali kita bisa bersama tanpa salah paham dan gangguan dari siapapun." Sahut Maxi.

Cloudy pun menghela napas berat, lebih memilih pasrah karena saat ini dia memang senasib dengan kudanya, dibawah kendali kekangan kedua tangan Maxi.

"Maxi, apa semua ini milikmu? Perkebunan dan peternakan ini?" Tanya Cloudy mencoba santai dan menikmati udara segar ini.

"Belum resmi menjadi milikku, tapi ya ini memang akan menjadi milikku, karena cuma aku pewaris yang dimiliki kedua orang tuaku saat ini." Sahut Maxi.

MAXITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang