Malam ini Cloudy kembali menjaga Maxi di rumah sakit, hanya berdua dan tanpa diketahui oleh Claire juga.
Entah mengapa Maxi sangat merasa senang saat dirinya hanya tinggal berdua dalam satu ruangan bersama Cloudy.
Cloudy sudah naik ke atas tempat tidur yang ada di sebelah tempat tidur Maxi, hanya berjarak sekitar 1 meter saja. Maxi terus memperhatikan gadis itu mempersiapkan posisi nyaman untuk tidur dan masuk ke dalam selimutnya, berbaring miring menghadap ke arah Maxi. Maxi tersenyum dan membuat Cloudy terkejut saat menyadari posisinya kini menghadap ke Maxi.
"Kenapa kau tersenyum?" tanya Cloudy canggung
"Kenapa kau tidur menghadap ke arahku? Apa aku sangat tampan jadi kau selalu senang melihat ke arahku?" Maxi balik bertanya. Cloudy menghela napas panjang.
"Aku memang lebih senang tidur menghadap ke arah kiri, kebetulan saja posisimu ada di sebelah kiri ku. Kalau kau ada di sebelah kananku, maka aku tidak akan menghadap ke arahmu. Paham?!" sahut Cloudy.
(kalau reader suka tidur posisi apa?)
Maxi tersenyum lalu kembali menatap ke langit-langit kamar.
"Tidurlah, Jangan terlalu lama menatapku. Kau lihat kan sudah tidak ada alat apapun yang menempel di tubuhku saat ini, jadi aku bisa hilang kendali kapanpun dan naik ke tempat tidurmu." ucap Maxi tanpa menoleh ke arah Cloudy.
Cloudy pun akhirnya merubah posisinya menjadi terlentang dan menatap ke langit-langit kamar, namun dirinya semakin tak bisa memejamkan matanya.
"Cloudy, kenapa kau memanggilku dengan panggilan yang berbeda?" tanya Maxi.
"Bukankah Sparkle juga namamu? artinya juga bagus untukmu, bersinar. Bukankah kau memang sangat bersinar di kampus? jadi kurasa panggilan itu lebih cocok untukmu." sahut Cloudy.
"Bukankah Sparkle juga namamu? artinya juga bagus untukmu, bersinar."
Sebuah bayangan masa lalu kembali melintas di ingatan Maxi saat ini, namun Maxi memejamkan matanya, menenangkan dirinya saat kepalanya mulai berdenyut nyeri.Suara seorang wanita juga, tapi bayangan kejadian itu sungguh sangat buram, Maxi tak mampu memunculkan bayangan wajah gadis itu.
"Sparkle, kau sudah tertidur?" tanya Cloudy menoleh karena Maxi hanya diam dan ternyata kini dia sudah memejamkan matanya. Cloudy pun lagi-lagi hanya menghela napas panjang.
"Selamat tidur, bangunlah esok hari dengan keadaan yang lebih baik lagi dari hari ini. Te Amo, Maxi." ucap Cloudy lirih dan kembali merubah posisinya menjadi miring menghadap ke arah Maxi dan mulai terlelap dalam tidurnya.
Maxi membuka matanya lagi dan menoleh ke samping ke arah Cloudy.
"Benar dugaanku, aku dan dia pasti tidak sekedar dekat karena keluarga kami bersahabat. Dia mencintaiku, ya, aku tidak salah dengar barusan dia mengatakan kalau dia mencintaiku, dan dia juga bisa memanggilku dengan panggilan Maxi. Apa yang terjadi sebenarnya? mengapa saat sadar dia justru memanggilku Sparkle?"
Batin Maxi merasa sangat berbunga ketika mendengar ungkapan cinta Cloudy barusan.❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Pagi ini Claire datang lagi ke rumah sakit. Cloudy sengaja untuk bangun lebih awal dari Maxi dan segera pergi keluar untuk menghindari bertemu dengan Claire.
"Bagaimana mungkin dia memintaku tetap terus berada di dalam kamar itu?! Apa dia gila? memamerkan kemesraannya dengan Claire di hadapanku?! fix! dia memang benar gegar otak dan menjadi gila karena ledakan itu! bukan hanya amnesia entah apa namanya!"
gerutu Cloudy saat dia duduk di kantin rumah sakit dan dia menghela napas lega saat melihat Claire melangkah berjalan menuju ke kamar Maxi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAXI
RomanceCloudy memiliki trauma pahit dengan pria bernama Maxi di masa lalu. Mungkinkah perjodohan yang diatur oleh orangtuanya akan berhasil? Apakah Cloudy akan menerima Maxi di masa sekarang?