Bangun

809 95 26
                                    

Keluarga Alfonso dan juga Cloudy, akhirnya tiba di rumah sakit dimana Maxi berada.

Claire menyambut mereka dengan memeluk semuanya termasuk memeluk Cloudy, pelukan yang penuh airmata.

"Terima kasih sudah memberi kabar pada kami, terima kasih juga kau sudah selalu berada disini menjaga Maxi." Ucap Cloudy saat pelukan itu berakhir, dan Claire hanya menganggukkan kepala dan tersenyum.

Alfonso dan Retha segera masuk ke dalam ruang ICU VVIP itu. Ya, Claire telah mengurus segala yang terbaik bagi perawatan Maxi.

Cloudy masih menunggu di luar ruangan bersama Claire. Dia hanya menatap Maxi dari balik kaca besar itu.

"Cloudy.." panggil sebuah suara dan Cloudy langsung berlari memeluk orang itu seketika dia menoleh.

"Mama, Maxi...." Tangis Cloudy dalam pelukan Elly, yang langsung dipeluk juga oleh Hasan, Arka dan Goldie.

Pelukan keluarga yang sangat mengharukan, bahkan Claire pun menangis dengan rasa haru bercampur iri dengan keluarga yang terlihat sangat saling menyayangi dan saling mendukung itu, tidak seperti dirinya dan kedua orangtuanya.

"Tenanglah, dia pasti baik-baik saja. Kau berdoa terus ya nak." Ucap Hasan pada putrinya itu sambil membelai puncak kepala Cloudy.

Bahkan Hasan pun kini ikut meneteskan airmata melihat kesedihan dan ketakutan mendalam yang kembali harus dihadapi oleh putrinya, disaat putrinya itu barusaja berhasil melewati trauma masa lalunya, dan mau membuka lembaran baru dalam hidupnya dengan kebahagiaan yang Maxi berikan.

Tak lama Alfonso keluar dari ruangan itu seorang diri, meninggalkan Retha tetap di dalam bersama putranya yang terlelap dalam tidur panjang itu.

"Cloudy, masuklah. Kau bisa melihat Maxi." Ucap Alfonso. Cloudy pun segera masuk ke dalam.

Hasan segera memeluk sahabatnya itu, dan menepuk-nepuk punggungnya, memberikan dukungan besar bagi sahabatnya. Alfonso pun kembali meneteskan airmatanya di pelukan itu. Setegar dan sekuat apapun seorang pria pasti akan jatuh terpuruk dan menjadi lemah jika dihadapkan antara hidup dan mati dari nasib putranya.

"Kau harus tenang! kau harus kuat! kau pasti bisa! Maxi pasti menuruni kekuatan pria dari dirimu! Dia pasti akan bangun!" Ucap Hasan memberi motivasi dan semangat pada sahabatnya itu.

"Terima kasih. Aku harap Cloudy mampu membuatnya kembali sadar." Sahut Alfonso sambil keluar dari pelukan itu dan menghapus airmata di pipinya. Mereka semua menatap ke dalam ruangan melalui kaca.

Cloudy masuk ke dalam ruangan itu, dan memegang satu tangan Maxi, sedang yang satu lagi dipegang oleh Retha dari sisi seberangnya.

Cloudy mengecup punggung tangan Maxi dengan lembut dan mendalam, menatap setengah lengan atas Maxi dan bagian dada yang terdapat luka bakar.

"Bangunlah Maxi. Kau sudah berjanji akan selalu kembali untukku, tak peduli dimanapun dan sejauh apapun aku berada, kau akan kembali untukku. Sekarang bangunlah Maxi, buka matamu dan lihatlah aku disini. Buktikan janjimu! Buktikan bahwa kau bukan Maximus yang meninggalkan aku dan tak kembali lagi. Buka matamu Maxi! Kumohon padamu, aku menunggumu kembali padaku disini, buka matamu." Ucap Cloudy dengan airmata yang tanpa henti bahkan kini sudah membasahi tangan Maxi yang ada dalam genggamannya.

Cloudy mendekat di telinga Maxi dan berbisik dengan sesenggukan.

"Te..A...mo..Maxi." ucap Cloudy sesenggukan dengan sangat sesak dan semakin membuat air mata Retha semakin deras mengalir saat mendengar semua ucapan Cloudy pada putranya itu.

Entah apa yang terjadi di alam bawah sadar Maxi, namun kini kedua tangan Maxi itu berkedut bergerak dalam genggaman Retha.

"Maxi, kau kembali?" Tanya Retha menatap pada tangan Maxi yang dipegangnya itu. Bergerak.

MAXITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang