42 - DKK

893 122 62
                                    

Haii semuaaa gimana kabar kalian?

Kangen ga? Kangen ga? Wkwk

Sebelumnya aku mau berterimakasih banyak buat kalian yang udah semangattt tin aku + doain aku kemarin, makasih banyakk ❤️❤️

Lama banget ga up huhu (':

Untuk up kali ini mohon maaf karna ga terlalu panjang🥺😭

-Happy reading-

"Sekarang, jelasin sama kita semua. Lu sakit apa sebenarnya?" tanya Manda.

Membuat suasana ruangan menjadi hening menunggu jawaban dari Aza yang terlihat sedang berfikir.

Ternyata ketakutan Aza yang sedari tadi dipikirkan benar benar terjadi dan sesuai ekspektasi. Jika dia berbohong pun, dia harus menjelaskan bagaimana Aza yakin teman temannya tidak akan percaya.

Mengingat kondisi Aza yang selalu masuk rumah sakit hampir setiap bulannya.

"Za." panggil Syifa membuat lamunan Aza buyar.

Rezvan yang mengerti isi pikiran Aza hanya bisa menghembuskan nafas kasar sembari menatap teman temannya sedikit kesal.

"Aza baik baik aja." sautnya.

Aza yang mendengar sautan lelaki itu refleks menoleh menatap Rezvan dengan perasaan tak karuan.

"Van." lirih nya.

"Ga usah di paksain kalo kamu belum siap." kata Rezvan menggenggam erat sebelah tangan Aza.

Menatap teman temannya bergantian satu persatu, tatapan mata Aza berhenti saat tidak sengaja bertubrukan dengan Cakra. Lelaki itu tersenyum simpul mengisyaratkan Aza agar jujur kepada yang lainnya.

"Ga usah takut." kata Cakra tanpa suara.

Aza diam menunduk. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan menyemangati dirinya sendiri.

"Gagal Ginjal." ucap Aza seperti terbawa angin yang terdengar samar tapi jelas.

Semua orang di ruangan itu terkejut terkecuali Rezvan dan Cakra yang sudah tau terlebih dulu. Mereka semua diam menatap ke arah Aza yang hanya tersenyum simpul menanggapi keheranan teman teman nya.

"Gue ga kenapa napa." kata Aza kembali bersuara.

"Gua masih ga percaya." celetuk Danu yang lain mengangguk kompak.

"Aza pasti ngeprank." ucap Syifa polos.

"Sejak kapan lu pinter ekting kaya gini?" tanya Manda yang masi syok di tempat.

Aza terkekeh pelan mendengar keterkejutan teman teman nya. Dia pikir mereka semua akan marah kepada Aza karena tidak memberitahu nya.

"Sejak kapan otak kalian kompak gini loading nya?" seru Rezvan ikut heran melihat reaksi yang lain.

"Diem Van. Kita tu sedang meresapi dua kata tadi." jawab Bagas Cakra menyembur kan tawanya.

Plakkk

"Bodoh!" damprat Danu terpelonjat kaget mendapat serangan mendadak.

"Lu punya dendam apasih sama gua?! Hobby amat nyiksa orang." kesal nya menatap sang empu.

Vano meringis pelan, "Sorry, refleks barusan."

"Refleks pala lu katarak!"

"Mata anjir, ngapa lari nya ke kepala?!"

"Astaghfirullah iyaa lupa." Danu memukul jidatnya sendiri.

"Gila." ucap Rezvan dan Cakra bersamaan.

"AZAA YA AMPUN." teriakan heboh itu tiba tiba terdengar nyaring bersamaan dengan Manda, Syifa dan Adel yang menghadang Aza memeluk erat.

Bahkan para lelaki yang ada disana mengelus dada terkejut mendengar suara toa dari ketiga gadis di antara mereka.

Aza yang juga sama terkejutnya terdiam sejenak sebelum akhirnya ikut memeluk ketiga sahabatnya erat.

"Aza ko jahat banget sih." kata Adel sembari terisak manahan tangisnya.

"Jahat kenapa?" tanya Aza agak bingung.

"Kenapa ga pernah bilang sama kita kita?" tanya Syifa protes.

Aza tersenyum samar menatap Rezvan yang tersenyum lebar ke arahnya menenangkan.

"Maaf, untuk itu." ucap Aza membuat ketiga gadis itu melepas pelukannya.

Manda menggelangkan kepala kuat, "Lu ga salah apa apa ko. Disini kita yang salah karena ga peka sama kondisi lu akhir akhir ini."

"Kalian ga salah sama sekali." bantah Aza kesal mendengar ucapan Manda.

"Maaf karena baru berani bilang ini sama kalian semua." ujar Aza kembali menatap yang lainnya. "Gue kira kalian bakal marah." lanjutnya lagi disertai kekehan pelan.

"Gimana bisa kita marah sama elu, pawangnya aja galak gitu." saut Bagas menunjuk Rezvan mengkode.

"Sialan lu!"

"Nah kan! Galak pawangnya." Bagas berlaga takut mendapat tatapan tajam dari Rezvan.

Suasana hening yang sedari tadi menyelimuti kini tergantikan oleh suara tawa riang dari seisi ruangan yang berusaha menghibur satu dari mereka yaitu Aza.

Bukan mereka tidak peduli dengan ucapan Aza tadi. Hanya saja, untuk sesaat mereka ingin Aza melupakan sedikit beban di dalam pikirannya.

"Danu! Ko lu makan sendiri sih bingkisannya!??" seru Adel heboh saat ujung matanya tidak sengaja melirik Danu, Arsyan, dan Vano yang malah asik memakan bingkisan yang mereka bawa tadi.

Ketiga lelaki itu kini menjadi pusat perhatian ruangan, yang paling mencolok sih ya Danu karena lelaki itu paling rakus.

"Arsyan diam diam menghanyutkan yaa." celetuk Manda menatap kekasihnya geleng geleng kepala.

"Iyaa nih. Dari tadi ga ada suaranya tau tau lagi makan mana ga ngajak lagi. Harak bener lu." kata Danu.

Arsyan mendengus kasar, "Ngaca lu! Siapa yang harak disini?"

Danu nyengir tidak berdosa. Di antara Arsyan, Vano, dan Danu memang Danu yang paling rakus. Sebab satu keranjangan makanan itu ada tepat di pangkuannya tidak lupa kedua tangan lelaki itu yang juga memegang makanan yang berbeda.

"Kalian lapar?" tanya Aza yang lain kompak mengangguk.

Sejenak Aza dibuat bingung. Sebelumnya akhirnya tertawa melihat tingkah teman teman nya. Sudah seperti anak kecil sekali mereka ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Z ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang