31 - RUMAH SAKIT

676 149 56
                                    

Ini part sedikit karena part selanjutnya nanti bakal lumayan panjang 🥺

Mohon maaf atas keterlambatan up nya, ngaret banget aku tu, hikss🤧

Happy reading

*****

"Dokter becanda kan? Dokter pasti bohong sama saya, iyakan?" tanya wanita paruh baya itu masih tidak percaya dengan ucapan Dokter wanita di hadapannya.

Dokter yang bertugas itu tersenyum simpul tidak tahu harus berucap apa lagi untuk meyakinkan wanita di hadapannya.

"Saya ga bercanda bu. Kalau gitu, saya permisi. Masih ada pasien yang harus saya urus. Mari." pamit dokter tersebut.

Menatap kosong ke arah seorang gadis yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Satu bulir air mata luruh begitu saja membasahi pipi wanita itu. Sekuat tenaga dia tahan. Namun, air mata itu jatuh semakin deras.

Ternyata, dugaan nya selama ini benar. Ketika dia menanyakan kekhawatiran nya saat itu. Dan mendengar jawaban anak nya mengeluh sakit. Sekarang apa yang dia pikirakan saat itu benar benar terjadi.

"Kamu kenapa ga bilang sama bunda kalo kamu suka ngerasa kesakitan terus menerus? Kamu kenapa ga pernah bilang sama Bunda, Za." ucapnya lirih sembari menggenggam lengan gadis itu erat.

Aza, gadis cantik itu terbaring kaku di atas brankar rumah sakit. Wajah nya yang pucat pasi, bibir yang juga pucat dengan beberapa luka di tepiannya. Mendeskripsikan sebagian tentang keadaan Aza sekarang.

"Bunda ga becus jadi orang tua buat kamu, Za. Harus nya, bunda lebih peka sama kesehatan kamu, sama keseharian kamu. Maafin bunda, Za. Maafin bunda."

"Kamu harus sembuh! Bunda yakin kamu pasti bisa sembuh. Bunda gamau kehilangan kamu, udah cukup bunda kehilangan Ayah kamu. Sekarang, bunda gamau kehilangan kamu juga." ucap nya lagi setengah terisak.

Hening menyelimuti. Bulan menunduk menciumi lengan Aza penuh kasih sayang. Menggenggam erat seolah menahan Aza untuk pergi dari dirinya.

Sementara itu. Aza, gadis itu sudah tersadar beberapa waktu lalu hanya saja, dia diam mendengarkan setiap ucapan Bulan dan Dokter tadidengan perasaan yang tidak dapat di gambar kan.

Dia juga mendengar apa yang dokter ucapakan mengenai keadaan nya saat ini.

Dai sedih melihat bundanya yang terlihat prustasi. Dia sedih melihat bundanya menangis. Dan dia benci dengan ke adaan saat ini.

Dan, dia benci dengan dirinya sendiri. Lemah.

"A-aku k-ku-kuat, bun." lirih Aza membuat Bulan mendongkan kelapangan langsung.

Aza tersenyum manis menatap Bulan yang sedang menatap dirinya sendu. Merengkuh tubuh Aza kedalam pelukannya, Bulan menciumi wajah Aza membuat gadis itu terkekeh pelan merasa geli.

Bulan menatap Aza dengan perasaan sedih. Lihat saja, disaat gadis itu sedang sakit seperti ini. Dia masih bisa tersenyum sekaligus tertawa.

Kamu kuat, kamu pasti bisa sembuh. batin Bulan menyakinkan dirinya sendiri.

*******

Lelaki itu diam mematung di depan ambang pintu kamar rumah sakit dengan tatapan mata yang berkaca kaca. Berharap obrolan dokter dan wanita di hadapannya tadi hanya angin lalu yang tidak benar benar terjadi.

[Flasbck on]

"Kamu kenapa? Pusing? Lemes?" tanya Rezvan menatap Aza khawatir.

Aza diam memejamkan matanya sekilas lalu menatap Rezvan kembali tersenyum simpul. Sebelum tiba tiba pandangnya mengabur di gantikan dengan alam sadar yang gelap gulita.

Aza pingsan.

"APA KALIAN MENGERTI?" tanya Pak Botak setelah memberikan amanat panjang lebar.

"ME--"

"AZA!"

Seru Rezvan begitu nyaring membuat murid murid lain menatap ke arah nya bingung. Aza, gadis itu jatuh pingsan di dalam dekapan Rezvan.

Manda, Syifa dan Adel yang berbaris dekat Aza dan Rezvan dibuat kaget dengan seruan Rezvan yang tiba tiba. Mereka juga kaget saat melihat Aza yang jatuh pingsan dengan wajah pucat pasi.

Mengangkat tubuh Aza ala bridal style. Rezvan membawa Aza keluar barisan menuju UKS tanpa menghiraukan teriakan guru guru juga teman teman nya.

Yang ada di pikirannya saat ini adalah, keadaan Aza.

BRUKKK

Pintu ruang UKS terbuka secara paksa membuat dua orang di dalam sana terpelonjat kaget. Mereka hanya diam menatap ke arah Rezvan tanpa berniat membantu sekalipun.

Membaringkan tubuhnya Aza di salah satu brankar kosong. Rezvan menatap sekelilingnya dengan perasaan gusar.

"Kamana petugas PMR?" tanya Rezvan menatap dua orang tadi bergantian.

Dua orang itu adalah perempuan yang Rezvan perkirakan salah satu murid kelas 10. Mereka juga terlihat sedang sakit karena raut wajah lelah dan sedikit pucat.

Pak botak ga ada akhlak memang, eh.

"G-gatau kak." jawab salah satu dari mereka.

Rezvan berdecak kesal. Dia bingung harus apa sekarang. Jika dia memberi obat merah, tapikan Aza tidak luka sama sekali. Atau jika dia memberi Aza obat, dia harus memberi obat apa?

Keluar dari dalam ruangan UKS menatap sekitaran lorong yang sepi. Rezvan mendengus kasar tidak menemukan siapapun disana.

Kembali masuk, lalu mengangkat tubuh Aza seperti tadi. Satu yang ada di pikirkan sekarang adalah membawa Aza kerumah sakit. Masa bodo jika nanti dirinya di alpakan atau diberi hukuman karena pergi dari sekolah.

Saat ini kondisi Aza yang lebih penting dari apapun, tentang nyawa gadis itu. Bukan Rezvan mengharapkan yang tidak tidak, hanya saja perasaannya yang tidak tenang sedari tadi.

[Flasbck off]

"Aku tau aku sakit apa, bunda ga usah khawatir."

Ucapan Aza membuyarkan lamunan Rezvan seketika. Mendengar hal itu membuat Rezvan mengehela nafas sejenak.

Gadis itu terlihat tenang tanpa raut wajah takut sama sekali. Padahal, sakit yang dia ucapkan itu bukan hal yang main main.

"Kamu harus sembuh! Bunda gamau tau soal itu." kata Bulan terdengar tegas tidak mau di bantah.

Aza tersenyum berusaha menenangkan sang bunda, "Aza berharap seperti ucapan bunda barusan." kata Aza.

"Tapi Aza gabisa janji sama bunda." lanjutnya dalam hati.

******

Semangatin Aza dulu yakk biar Aza nya kuat 💪🏻🔥

Selamat datang di konflik cerita ini, moga moga aja lancar sampe ending🥺❤️

Sebelumnya minta maaf karena up ngaret banget seharunya kemarin, tapi malah sekarang. Gappa lah ya, dari pada ga up (:

Fyi : nanti dibagian part awak bakal ada perevisian ga tentu ya!

A Z ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang