Chap9

37 6 0
                                    

Happy reading!

........

"Niel lo kenapa sih?"

Jujur saja, Rain benar-benar bingung dengan sikap Daniel akhir-akhir ini, sejak SMA mereka tidak sedekat itu untuk selalu berinteraksi. Tetapi tiba-tiba lelaki itu terlihat begitu bersemangat untuk mengatur hidupnya, lebih tepatnya lingkungan pertemanannya.

Rain menahan lengan jaket lelaki itu tapi Daniel malah membuang pandangan dan menghempaskan tangan gadis itu yang bertengger di lengannya.

Rain menghela nafas, "Lo kenapa sih? Aneh tau nggak?!"

"Gue udah bilang, gue nggak suka lo berurusan sama orang-orang kayak mereka." Ucapnya tajam.

Rain tersenyum remeh, "Ya terus? Dari dulu gue berurusan sama banyak orang, kenapa Lo baru sewot sekarang? Lagian lo pikir gue nggak tau kalo kakak gue nyuruh lo deketin gue?!"

Lelaki jangkung itu tidak menjawab, Rain tetap menatap Daniel bahkan seperkian detik setelahnya. Terlihat Dikta ingin menghampiri mereka namun Rain memberi isyarat agar si ketua kelas tidak mendekat.

Gadis itu masih ingin bicara dengan Daniel, setidaknya ia perlu mengetahui alasan atas tindakan lelaki itu akhir-akhir ini.

"Terlepas dari suruhan kakak gue, Niel gue tau lo, lo nggak punya sifat kayak gini."

Rain menghela nafas, menarik sedikit lengan jaket si lawan bicara agar lelaki itu menoleh.

"Ya karena gue nggak suka lo berhubungan sama orang-orang toxic kayak mereka!" Nada bicara lelaki itu naik satu oktaf.

"Toxic apa sih Niel? Siapa yang lo maksud?!"

Kali ini gadis itu sudah tidak bisa bersabar. Persetan dengan tatapan siswa lain tentang mereka yang memulai keributan di tengah-tengah koridor.

"Lathaniel Arsenio!" Ucapnya nyaris berteriak.

"Lo kenal sama Lathan? Katanya kemarin nggak deket?!"

Daniel tidak menjawab dan memilih membuang muka, keduanya terdiam dalam beberapa saat, Rain tidak pernah menyangka yang berada di depannya adalah Daniel. Selama hampir belasan tahun gadis itu mengenalnya, ini adalah bagian paling parah dalam pertemanan mereka.

"Niel Lo kenapa sih? Lathan toxic dimananya? Terus lo kenal Lathan? Kenapa lo bohong sama gue?" Gadis itu memejamkan mata sesaat untuk menahan segala amarah yang rasanya ingin ia keluarkan secepatnya.

Daniel mendekat, memegang pundak gadis itu, "Gue nggak suka Rain, gue tau orang-orang nggak baik buat lo."

"Ya apa yang lo nggak suka Daniel? Kasih alasan yang bener!"

Benar, Rain benar-benar merasa frustasi sekarang. Daniel ini benar-benar berubah aneh tanpa alasan, malah sekarang lebih membuatnya naik pitam.

"Lo nggak tau Lathan itu siapa."

Gadis itu terkekeh tak habis pikir, "Emangnya lo tau?"

"Gue tau."

"Oke, emangnya apa yang lo tau?"

Lelaki itu terdiam.

"Niel, jangan bilang yang nggak sesuai fakta, jangan bikin gue percaya sama lo padahal lo pembohong, gue butuh alasan yang masuk akal."

"Lathaniel itu anak basket, nggak ada yang baik dari dia. Red flag semua!"

Gadis didepannya terkekeh, "Sejak kapan lo nilai orang kayak gini? Nggak masuk akal!"

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang