Chap25

26 6 0
                                    


Happy reading!
.
.
.

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

........

"Ray dimana Rain?" Lathan berdiri di depan meja gadis yang biasa akrab dengan Raina itu.

Raya menatap lelaki itu dan menggeleng, "Dia nggak masuk."

Lelaki itu menghela nafas frustasi, Ia memutuskan masuk hari ini padahal sudah meminta izin untuk absen karena urusan keluarga. Tapi karena berpikir mungkin ia akan bisa menemui Rain hanya di tempat ini jadi ia memutuskan pergi ke sekolah.

Lathan berbalik keluar kelas dan menemukan Mark yang berdiri di depan pintu menunggunya. Ia menggeleng putus asa, membuat Mark ikut menghela nafas.

"Gue kan udah bilang beberapa kali Lathan, kalian itu harus jujur." Lelaki dengan tampang bule itu menghela nafasnya lagi.

Lathan mengacak rambutnya frustasi, "Yaudah gue mau pulang kalo gitu."

"Terus tadi lo ngapain kesekolah kingkong?"

"Ya, nyari Rain lah."

"Ck bucin sih tapi.. Lo sama Daniel tuh sama aja." Mark mengoceh kesal sepanjang koridor.

"Sama apanya?" Tanya Lathan mengangkat sebelah alisnya.

"Sama-sama brengshake."

.........

Rain menginjakan kakinya di depan sebuah rumah yatim piatu, gadis itu melangkah masuk dan melihat seorang gadis gadis kecil sedang duduk di kursi rodanya di depan taman.

Gadis itu memeriksa jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Sebelum kesini ia sempat singgah ke toko bunga dan mengirimkan bunga ke rumah sakit untuk mama Lathan. Meskipun ia dan Lathan tidak bisa dibilang berhubungan baik sekarang, tapi Rain selalu teringat wanita paruh baya itu.

Rain tersenyum menyapa wanita berusia 50-an yang sedang membersihkan halaman tak jauh darinya, lalu segera menghampiri gadis kecil itu dan tersenyum senang.

"Hai Ana!"

Gadis kecil itu terlihat kaget sebelum akhirnya ikut tersenyum ceria karena mengenali suara yang menyapanya.

"Kak Rain?"

Rain terkekeh, "Iya, ini aku."

Tangan gadis kecil itu berusaha menggapainya, membuat Rain berinisiatif untuk maju hingga gadis itu bisa memeluknya.

"Ana kangen tauu!" Ana memeluk erat leher orang di depannya.

"Oh ya?"

Gadis kecil itu mengangguk dan melepas pelukannya, "Tapi kak Rain pakai seragam?" Ana memegang kerah baju dan simpul dasi yang bertengger di leher Rain.

Rain menggaruk tengkuknya, "Em iya, kakak mau buat tugas tapi nggak jadi."

"Kenapa nggak jadi?"

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang