Chap42

24 3 0
                                    


Selamat membaca!

"You just sad song, without say

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You just sad song, without say."

.

..........

"Rain.."

Panggilan dari luar kamar membuat gadis yang masih bergelung dibawah selimut itu kini sedikit mendongak, mata bengkaknya menatap pintu bercat putih yang terdengar diketuk dari luar.

Rain berujar parau, "Masuk."

Setelahnya muncul mamanya dibalik pintu dan dibelakangnya ada Alivia yang  perlahan mendekat ke arah gadis itu.

"Ada yang mau ketemu kamu.." Ujar Alivia.

Mendengar itu, Rain bangkit dari tidurnya dan duduk, "Siapa?"

Alivia tidak menjawab, ia menoleh ke mama Rain dan wanita paruh baya itu mengangguk, selang beberapa detik seseorang muncul dari luar.

Rain terpaku beberapa saat, menoleh ke arah mamanya yang tersenyum tipis. Ia tidak mengenal sosok di depannya, tapi wanita itu juga ikut tersenyum padanya.

Sosok wanita berumur sekitar 70-an itu berjalan ke arahnya dan duduk di tepian tempat tidur. Alivia dan mama Rain beranjak mundur, mereka memberikan privasi pada kedua orang didepannya itu.

"Rain ya?"

Gadis itu mengangguk pelan sebagai jawaban.

Wanita itu menatap orang di depannya dengan mata yang juga bisa  dibilang tidak cukup baik, "Pacar Lathan?"

Rain terdiam beberapa saat, harus seperti apa ia menyebut dirinya sebagai sosok yang memang berada disamping Lathan belakangan ini.

Wanita itu mendekat, mengulurkan tangan berangsur memeluk gadis remaja di depannya. Rain mulai terisak seperti kebiasaannya dua hari ini, ia kini paham siapa yang berada di depannya.

"Oma-nya Lathan?"

Wanita itu mengangguk, "Ya itu saya."

........

"Kamu.. baik-baik aja?"

Alivia menoleh ke arah sosok di sebelahnya, mereka kini sedang berada di balkon kamar milik lelaki itu.

Alivia menggeleng, "Nggak."

Hendery menghela nafas, ia mendekat dan merangkul bahu gadis disebelahnya itu hingga Alivia merebahkan kepalanya di dada bidang lelaki itu.

"Nggak pernah terbayang sekalipun aku bakalan kehilangan dia, Der.."

"I know, nggak ada yang akan menyangka.. nggak aku, kamu, Daniel, bahkan adik aku." Lelaki itu mengalihkan pandangan ke arah langit yang menggelap, "Bahkan semesta pun nggak siap kehilangan dia."

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang