Chap1

223 19 2
                                    


*Note!*
Cerita ini hanya fiksi, bukan kehidupan asli visual tokoh. Bijaklah dalam membaca:)

Sebelumnya ada beberapa tokoh yang sengaja diubah namanya atas beberapa alasan, namun visualisasinya tetap sama. Terima kasih!

Happy Reading ❤️

......

Jangan rapuh ya..

Jangan menyerah..

Jangan lelah...

Kamu harus tetap utuh.

Kalimat penenang yang selalu ingin aku dengar, terutama jika kamu yang melontarkannya.

.......

Seorang gadis dengan ransel hitam berdiri di depan gerbang sekolah setelah turun dari taksi yang ditumpanginya. Ia terlihat mengeratkan tali ransel dan menghela nafas sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam sekolah bernuasa hijau didepannya.

Langkahnya berhenti saat memasuki koridor sekolah, menoleh ke arah parkiran lalu tersenyum tipis sebentar, dia belum datang.

Akhirnya ia memutuskan untuk kembali berjalan memasuki koridor ke arah kelas sebelum suara motor yang ia hafal akhir-akhir ini menyapa pendengaran. Dengan segera berbalik, ia melihat seorang lelaki baru saja menghentikan motornya di parkiran, melepas helmnya dan turun dari motor merah miliknya.

Terlihat dari jauh sosok itu kini membenahi seragamnya yang berantakan, rambut acak-acakan dan dasi yang tak terpakai. Seperkian detik kemudian gadis pemilik rambut sebahu itu berbalik melanjutkan langkahnya ke arah kelas dengan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya.

Hanya hal sesederhana itu, Gadis itu tidak tau namanya karena lelaki itu tak pernah terlihat memakai name tag, yang ia tau orang itu adalah siswa kelas 12. Itu artinya dia lebih tua setahun diatas gadis itu.

Dan lebih detailnya lagi, Gadis dengan badge nama Raina Anindya Maheswara itu memang sering memperhatikan lelaki itu akhir-akhir ini. Tidak ada yang terlalu spesial sih, awalnya dia hanya senang saja melihat lelaki itu bermain basket di sekolah, dan kebetulan akhir-akhir ini Rain sering melihatnya karena sosok tersebut parkir tak jauh dari tempatnya.

Sebenarnya Rain tidak tau sih, baru akhir-akhir ini atau memang selalu parkir disitu. Dia kan juga tidak kenal awalnya.

"Rain!" Teriakan seseorang menyambutnya saat ia memasuki kelas yang masih terbilang sepi.

Yang dipanggil hanya menghela nafas lalu menghampiri sumber suara, Bukannya kenapa, suara dari rekannya itu sedikit menganggu paginya, "Kenapa?"

"Tugas hehe." ucapnya menyodorkan tangan meminta dengan wajah tersenyum memelas.

Rain menyodorkan sebuah buku tulis ke arahnya, Raya tersenyum cerah dan memeluk gadis itu sekilas lalu keluar dari kelas.

Sebelum menghilang, Ia kembali memunculkan wajahnya didepan pintu, "Eh Rain btw, tadi si kakak kelas urakan lo lewat dari sini."

Rain mendekat dan menutup mulut ceplas-ceplos temannya itu, "Jangan teriak juga kali Ra."

"Oh iya lupa, maaf ya sayangku." Ia kembali memeluk Rain sebelum benar-benar pergi dari sana.

Sedangkan Rain, gadis itu beralih meletakkan ransel di meja pojok dekat jendela, duduk dengan malas di bangkunya lalu tangannya merongoh saku ransel mencari sebuah earphone biru muda yang selalu ia bawa.

Menyambungkannya ke ponsel lalu perlahan terdengar musik 90-an yang mengalun di kedua telinga dan beralih menelungkupkan kepalanya di atas meja.

........

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang