Chap36

20 4 0
                                    


Happy reading!

........

Rain bersantai di sofa ruang tamunya, disana juga ada Hendery. Tapi lelaki itu memang sedikit lebih pendiam beberapa hari ini. Kemarin-kemarin masih ia biarkan karena mungkin lelaki itu sedang tidak mood tapi kali ini semuanya jadi aneh.

"Kak.."

Lelaki itu mengalihkan sebentar pandangannya dari ponsel, "Hm?"

"Lo kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Lo nggak lagi ketuker jiwa kan?"

Lelaki itu mengangkat alisnya, "Sama siapa? Lathan?"

"Kalo sama Lathan, kelakuan juga pasti sama aja." Rain mendelik, "Sama Daniel misalnya."

Hendery hanya menggeleng, membuat Rain benar-benar curiga jika ada yang tidak beres dengan lelaki itu.

"Ada masalah?"

Lelaki itu menggeleng.

"Tugas kampus?"

Dan jawabannya hanya menggeleng.

"Kecapean? Kakak sakit?"

Dan gelengan lagi..

Rain menghela nafasnya kasar, ia bangkit dan menghampiri kakaknya itu, "Sumpah kak atmosfernya nggak enak banget! Lo kenapa sih?!"

Rain ini tipe orang yang kalau kakaknya nggak bisa diem bisa bermasalah, tapi kalo kakaknya diem lebih jadi masalah. Sungguh gadis itu tidak terbiasa dengan suasana ini.

Ia memeriksa dahi lelaki itu, tapi tidak panas. Menatap ponsel Hendery yang hanya menggulir laman Instagram miliknya dengan cepat.

Melihat Hendery hanya terus diam akhirnya membuat Rain berjalan ke arah kamarnya dengan kesal, "Yaudah lah males! Nanti juga cerita sendiri."

Tanpa ia duga, Hendery ikut bangkit dan mendahuluinya naik tangga menuju kamar.

Rain memejamkan matanya sebentar sebelum berteriak, "Gue bener-bener nggak paham sama lo Hendery Akandara Maheswaraaaaa!"

.........

"Pinjem gitar."

Hendery menginterupsi saat Rain masih terdiam dengan muka datar di depan pintu kamarnya. Pasalnya lelaki yang tadi mendiamkannya itu, kini malah duduk anteng di sofa sudut kamar dengan alat musik di tangannya.

Gadis itu tidak menjawab, ia masuk dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa mengatakan apapun.

"Kakak berantem sama Alivia."

Lontaran kalimat dan suara petikan gitar yang berhenti dari lelaki dengan kaos hitam itu membuat Rain menatapnya. Gadis dengan piyama itu menghela nafas, jadi itu masalahnya.

"Kenapa? Soal waktu itu?" Tanyanya.

Hendery mengangguk, "Dan soal sebelum-sebelumnya."

"Sebelum-sebelumnya?"

"Dia bilang, hubungan kita udah mulai toxic." Lelaki itu meletakkan gitar di sampingnya, "Dia juga bilang mau istirahat."

"Masalahnya?"

"Gue nggak pernah ada waktu buat dia, bukan cuma itu gue juga sering ingkar janji."

Rain mengangguk paham, "Hm, i know. Itu salah kakak. Hubungan itu komunikasi, nggak ada yang lebih baik daripada ketemu satu sama lain."

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang