Chap2

85 10 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.

......

Aku berjalan terlalu tergesa, hingga tidak sadar kakiku terluka...
Aku berlari terlalu cepat, hingga berharap kamu bisa aku dapat..
Aku sangat sibuk mengejarmu hingga nyaris patah tak bersisa...

Padahal..
Aku tentunya paham bahwa kamu tidak pernah benar-benar ada.
Kamu hanya ada dalam jalan yang kunamai angan.
Kamu hanya dalam mimpi yang akan segera menjadi kenangan.

Dan Kamu...
Seseorang yang hanya bisa aku dapat ketika aku melawan takdir yang digariskan Tuhan...

.....

"Rain hari ini pulang naik taksi ya, kakak ada latihan musik." Suara dari balik telepon membuat Rain berdecak kesal.

"Kenapa kakak nggak bilang dari tadi sih?! Kan susah nyari taksi jam segini."

"Maaf ya adikku, soalnya latihannya juga mendadak." Orang diseberang tampak merasa bersalah, "Kalo gitu kakak minta bantuan temen kakak aja buat anterin kamu, gimana?"

"Gak mau, aku nggak kenal, aku naik taksi aja."

"Yaudah maafin kakak ya, nanti kabarin kalo udah pulang."

Akhirnya ia mengangguk meskipun orang diseberang sana tidak akan mengetahuinya.

"Iya."

Lelaki dibalik telepon tadi adalah Hendery, kakak lelakinya yang kini sudah menempuh pendidikan di salah satu universitas terkenal di Jakarta.

Selain itu, sekedar info, lelaki yang selalu Rain lihat tampak tidak jelas kelakuannya itu ternyata adalah ketua BEM di universitasnya.

Sebenarnya, Ia juga tidak mengerti bagaimana bisa mereka memilih Hendery untuk menjadi orang sepenting itu padahal jika dilihat dirumah tidak ada hal bermanfaat yang bisa lelaki itu lakukan selain memberinya uang jajan.

Gadis itu menyusuri koridor untuk pulang dan mencari taksi di sekitar gerbang. Tapi nihil, hari sudah menunjukkan pukul lima sore dan tidak ada satupun orang yang lewat. Kini ia tidak tau harus meruntuk pada siapa lagi yang membuatnya susah pulang hari ini.

Tentu saja Hendery..

Jika lelaki itu tidak menyuruhnya naik taksi tiba-tiba, saat ini ia pasti sudah pulang, atau setidaknya jika ia menelpon dari pagi tadi Rain mungkin akan memesan taksi lebih dulu.

Kini dengan langkah gontai gadis itu berjalan menyelusuri trotoar yang bahkan sudah ikut sepi pada jam-jam seperti ini. Kecuali beberapa kendaraan yang lewat sehabis pulang bekerja.

Tidak, ia sudah lelah.

Harus diakui meskipun hari sudah sore tapi udara masih tetap panas. Akhirnya Rain memutuskan singgah di halte bus depan kafe untuk menelpon orang rumah. Setidaknya ada yang akan menjemputnya dan Rain harap Kakaknya tidak sesibuk itu. Gadis itu membuka ponsel dan lagi lagi sialnya handphone itu berkedip-kedip tanda baterainya mulai habis.

Untuk itu, demi keselamatan dan rasa bersalah Kakaknya, ia memutuskan berada disini sampai nanti, terserah sampai jam berapa toh mereka juga pasti akan mencarinya dan Hendery akan dimarahi karena menelantarkan adiknya.

Rain menoleh ke arah kafe, dan berniat membeli minum. Tapi ia segera duduk kembali saat melihat siapa yang ada disana.

Lathan, lelaki itu berkumpul bersama teman-temannya dan ia tebak bahwa salah satu dari mereka sedang berulang tahun karena teman laki-laki disebelahnya terlihat membawa kue dan ada seorang gadis disampingnya, gadis bernama Melody yang sering Rain lihat berada disamping Lathan.

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang