Chap11

34 6 2
                                    


"Hari ini, kita sadar..
Terlalu terlambat untuk memulainya tanpa luka."

Playlist
Dia - Sammy Simorangkir

.....

.........

Rain memutuskan untuk pulang sekolah naik bus, meski berangkat dengan Daniel ia harus pulang sendiri karena lelaki itu ada latihan basket hari ini.

Gadis yang hari ini membawa ransel hitam itu langsung bangkit dari halte dan naik ke dalam bus saat kendaraan tersebut berhenti, bukan karena Rain harus melakukan hal yang sangat penting, tapi jika ia lambat sedikit saja maka ia harus berdesakan dengan orang lain yang juga ingin naik.

Seperti biasa saat naik bus, Rain pasti akan memilih duduk di dekat jendela, ia rasa hari ini ia beruntung karena tidak perlu menambah teman duduk seperti biasa akibat banyaknya penumpang.

"Rain!"

Si pemilik nama menoleh ke arah depan, dekat pintu masuk. Disana berdiri lelaki jangkung dengan seragam sama dengannya yang kini melambaikan tangan ke arah gadis itu. Rain mengernyitkan dahi, wajahnya sedikit kabur karena matanya sedikit mengalami rabun jauh, tapi dari suaranya ia rasa Rain mengenal orang tersebut.

"Raina.."

Sudah Rain duga, itu pasti Lathan.

Lelaki itu kembali memanggilnya cukup keras, itu membuat seisi bus kini memandang Rain seolah mengisyaratkan agar ia menyuruh lelaki itu diam. Rain akhirnya menghela nafas dan melambaikan tangan ke arah lelaki itu agar dia mendekat.

"Lo belum pernah naik bus ya?" Tanyanya saat lelaki itu sudah duduk di sebelahnya.

Lelaki yang tak lain Lathan itu cengengesan, "Belum."

"Kalo naik bus, jangan berisik."

Lelaki itu mengerutkan dahi, "Lah kenapa?"

"Ini kendaraan umum, gak bisa seenaknya."

Lelaki itu akhirnya ber-oh ria, mengangguk paham dan meminta maaf, lalu menoleh ke sekelilingnya.

"Pak, kenal cewek ini nggak?"

Rain segera menatap Lathan saat lelaki itu menunjuknya dan bertanya pada pria paruh baya yang tak jauh di sebelah mereka.

Respon yang diberikan pria paruh baya itu hanya menggeleng, raut wajahnya sih sepertinya Ia ragu jika Lathan berbicara dengannya.

Kini terlihat Lathan mencondongkan tubuhnya sedikit ke samping mendekati orang tersebut.

"Kenalin pak temen saya, maunya sih jadi gebetan. Tapi susah banget, takutnya dia nggak mau sama saya."

Rain tentu saja melotot dan menampar bahu Lathan cukup keras karena kini bapak yang lelaki itu ajak bicara terlihat bingung.

"Apaan sih lo?!"

Sedangkan yang mendapat perlakuan tadi hanya menoleh ke arah Rain sebentar lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Nanti inget-inget ya pak, siapa tau saya nanyain dia ke bapak."

Pria paruh baya itu menoleh semakin bingung, "Kenapa ke saya mas?"

"Soalnya kalo langsung ke dia, dia pasti nggak mau kasih tau pak."

Pria itu tersenyum, "Tapi Aden ganteng loh, pasti enengnya mau."

"Oh ya? Kalo gitu tolong bilangin ya Pak ke dia kalau saya ganteng, biar dia nggak nyesel nolak saya nanti."

"Nanti saya bilangin ya Den, kalo nggak ada Aden. Soalnya kalau sekarang nanti enengnya tau kalo saya disuruh."

Lathan terkekeh dan mengangguk seraya menunjukkan jempolnya, Ia tidak menyangka jika pria paruh baya tadi cukup nyaman diajak bercanda.

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang