Chap14

32 6 1
                                    


Happy reading✨

.......

"Gimana?"

Seorang wanita paruh baya yang terbaring di ranjang rumah sakit itu tersenyum ke arah lelaki remaja yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Apanya ma?"

Wanita itu tersenyum menggoda, "Pacarnya Lathan lah, gimana?"

Yang dijahili tersenyum lebar, "Belum pacar ma."

"Oh ya? Kenapa?"

Lelaki itu mendekat ke arah brangkar, "Nanti aja."

"Nanti direbut orang loh."

"Nggak kok ma, udah Lathan kasih pelet. Dijamin deh nggak kemana-mana."

Wanita itu menepuk bahu anaknya kaget, "Sembarangan."

"Lah mama nggak percaya?"

"Lah emang beneran?"

Lathan pura-pura mendengus kesal, "Nahkan ragu, masa sih mama percaya anaknya yang ganteng ini pakai gituan."

"Haha iya iya. Jadi gimana?"  Wanita yang panggil mama itu terkekeh.

"Suka balik lah ma kayaknya, orang dia galauin Lathan kemaren. Pas dateng langsung meluk. Behhh rasanya.."

Wanita itu tersenyum, "Nanti ajak ketemu mama ya?"

"Nanti deh kalo Lathan udah sukses ma, biar sekali bawa langsung lamaran."

"Jangan lama-lama."

"Lah kok situ yang nggak sabaran? Kan sini yang mau lamaran."

Mamanya mendengus tapi tak urung terkekeh, "Lathanielll.."

"Iya iya ma, nanti kalau mama udah sembuh kita kenalan. Anaknya cantik, baik, terus semoga sih suka Lathan."

.........

Rain menghabiskan waktunya hari ini lebih banyak dengan Lathan. Mereka naik bus, berjalan mengelilingi komplek, mendengarkan lagu favorit milik Lathan yang ternyata juga sama dengan gadis itu. Dan sekarang giliran bangku taman, seperti biasa menunggu senja karena lelaki disampingnya menyukainya.

"Rain.."

Gadis itu menoleh, "Kenapa?"

"Tempo hari lo bilang suka Hujan.." Lathan menatap gadis itu, "Alasannya?"

"Nggak ada, suka aja."

Lelaki itu mengerutkan dahinya bingung, "Kata Kak Hendery, lo bakalan sakit kalo kena hujan."

"Ya kadang, tapi nggak setiap kena hujan juga."

"Kenapa?"

Rain menoleh bingung, "Apanya?"

"Kenapa suka sama hal yang bikin lo sakit?"

Gadis itu mengangkat kedua bahunya, "Gatau, gue berpikir kadang gue juga harus sakit supaya bisa bahagia."

"Luka sekaligus penyembuh?" Lathan menatap gadis itu di akhir kalimat.

Rain mengangguk, "Mungkin bisa dibilang begitu."

"Lo percaya?"

"Lo nggak?"

Lathan menggeleng, "Nggak, nggak masuk akal bagi gue."

"Kenapa?"

"Gimana bisa sesuatu yang jadi sebab menyakitkan juga bisa jadi obatnya? Gimana bisa sakit karena ditusuk belati, malah obatnya ditusuk sekali lagi?"

Rain terdiam, Lathan benar. Hanya saja kadang sesuatu memang melingkupi dua hal itu. Namanya juga manusia, kadangkala lebih baik merasakan sakitnya.

"Maaf Rain, soal tempo hari." Ujarnya selang beberapa saat mereka hening.

Bukan kata itu yang ingin Rain dengar, tapi ini memang yang ingin ia bicarakan.

Gadis itu menoleh dan menatap Lathan, "Kemana?"

"Gue.." Ia balik menatap, "Ke tempat yang nggak bisa dibilang baik."

"Nggak menyenangkan, membosankan, dan nggak ada lo."

Rain mengerutkan kening tak mengerti, "Iya, dimana?"

Lelaki itu terlihat berfikir sebentar, "Rumah kedua?"

Rain berdecak kesal, "Serius."

"Beneran nggak seru Rain, jangan pernah kesana ya walaupun gue disana nanti, Jangan minta ikut."

Rain menatap lurus, Lathan mungkin memang tidak ingin mengatakannya dan gadis itu terlalu takut merusak suasana menyenangkan ini.

"Kalo gitu lo juga jangan kesana." Rain menghela nafas.

"Gue selalu disana Rain, bahkan rasanya muak." Ia terkekeh sumbang, "Ngeliat orang yang lo sayang disana, terasa kayak terbunuh berkali-kali."

"Disana cuma ada luka Rain, meskipun orang bilang harus kesana biar sembuh. Tapi nyatanya nggak ada penyembuh."

Rain terdiam, ia tidak tau harus memberikan respon seperti apa, Gadis itu tidak mengerti tempat seperti apa yang Lathan katakan, tapi itu memang terdengar sangat menyakitkan.

"Mau di jemput besok?" Tawarnya.

Rain menggeleng, "Besok libur."

"Mau jalan?"

"Kemana?"

Lathan terlihat kembali berfikir, "Malvin ngajak main basket besok, mau ikut?"

Rain mengangguk setuju, tidak ada salahnya sih, lagipula dia tidak punya rencana apapun besok.

"Boleh."

Lathan tersenyum lebar, "Yes! Tapi Jangan bangun kesiangan, jangan dandan."

"Kenapa?"

"Banyak cowok disana, biar nggak ada yang suka."

"Bagus dong kalo ada yang suka gue."

"Kenapa?"

"Biar nggak ditinggal."

Lelaki itu menghela nafas, "Harus gue ninggalin lo?"

Rain mendelik sinis, "Silahkan. Kan kita temenan."

Lathan terkekeh, "Nggak ah, kayaknya gue nggak bisa. Lagipula temen juga harus setia."

Gadis disebelahnya tergelak, "Lathaniel."

"Apa?"

Rain menoleh, "Mau ke bioskop nggak?"

"Sekarang?"

"Iya." Gadis itu mengangguk, "Ada film yang mau gue tonton dari lama, mau nemenin nggak?"

Lathan mengangguk cepat tanda setuju, "Mau dong, rezeki nggak boleh ditolak."

Rain terkekeh, Lathaniel ini memang selalu melakukan ekspresi dan respon berlebihan.

"Yaudah let's goo!"

"Eh tapi, nggak jadi nunggu senja?"

Rain menatap jam pada ponselnya, "Masih lama, nanti kita balik lagi!"

.......

Ke bioskop

Terima kasih sudah membaca❤️Jangan lupa tinggalkan jejakSee you next part guys 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih sudah membaca❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak
See you next part guys 🤗

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang