Chap15

25 5 0
                                    


Happy Reading
.
.
.

........

Rain turun dari anak tangga saat melihat jendela dan menemukan sosok yang turun dari motor merah miliknya di depan pagar rumah.

"Kak, Rain pergi dulu ya.." Gadis itu menepuk sekilas bahu seseorang yang duduk santai di sofa dengan buku di tangannya.

Hendery menoleh, "Kemana lo?"

"Nemenin Lathan latian."

"Nemenin tiap hari, jadian kagak."

Rain mendengus ke arah lelaki itu tapi terus berlalu keluar rumah.

Seseorang dengan jaket jeans denim dan celana jeans hitam dipadukan sepatu Converse berwarna putih berdiri di samping motornya sambil sesekali melihat ke arah handphone yang dipegangnya.

"Lathan!" Rain berlari kecil ke arah lelaki itu hingga berhenti tepat di depan lelaki itu.

"Cepet banget.."

Rain tersenyum tipis, "Kan emang udah janjian."

Dia hanya terkekeh, membuat kedua pipinya naik ke atas seperti biasa. Lathan lalu naik ke motornya, memasang helm dan kembali menoleh ke arah gadis itu.

"Ayo." Ujarnya seraya memberikan helm hitam. Rain mengambil benda itu lalu segera naik.

........

"Than, latihannya dimana?"

Rain memecah keheningan diantara jalanan ibukota yang cukup padat. Sebenarnya ragu jika lelaki yang sedang fokus menyetir itu akan mendengar perkataan gadis itu dibalik helm miliknya.

Lathan berdeham pelan dan memiringkan kepalanya sedikit, "Di lapangan sekolah."

Rain hanya mengangguk, dan suasana hening hingga mereka sampai ke tempat tujuan.

"Loh, ini bukan lapangan sekolah?"

Lathan mengangguk, ia mengisyaratkan untuk turun.

"Main basketnya masih satu jam lagi."

Kini gadis itu hanya mengikuti Lathan yang berjalan ke arah bangku taman yang biasa mereka kunjungi.

"Masih suka senja?" Rain menatap hamparan langit biru cerah yang mengelilingi keduanya.

Lelaki itu mengangguk, "Selalu."

"Tapi senja itu singkat Than, lo nggak kecewa karena itu sementara?"

Kudengar suara kekehan ringan dari sebelahku, Lathan tersenyum lebar seperti biasa.

"Bukannya senja selalu pamit kalo mau pergi?"

Rain ikut tersenyum dan mengangguk sekilas, "Yah itu kebiasaan, semua orang juga tau kalau senja bakalan ngilang setiap hari."

"Raina, lo harus belajar kalo yang semua hal pergi lebih cepat belum tentu berakhir buruk."

Gadis dengan sweater hitam itu menatap ke figur wajah seseorang yang mendongak sedikit dan masih betah menatap hamparan langit biru di atas mereka. Sepertinya Rain akan selalu mengagumi cara berbedanya melihat hal-hal di dunia.

"Rain." Panggilnya sembari menatap gadis itu balik.

"Kenapa?"

Lathan memperhatikan Rain yang berkali-kali memegangi rambut sebahunya yang diurai dan sedari tadi diterpa angin hingga berantakan.

"Coba ngadep ke situ." Ujarnya menunjuk bangku taman di sebelah mereka.

Rain terlalu malas untuk bertanya, jadi ia hanya menurut hingga tiba-tiba terasa jari-jari tangan lelaki itu menyisir surai hitamnya. Selang beberapa saat sebuah karet hitam mengikat rambut itu hingga sedikit rapi.

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang