Chap12

35 6 0
                                    


Happy reading!
.
.
.

Playing
Bruno mars - Talking to the moon
.

.......

Seorang lelaki masih dengan seragam sekolahnya kini berjalan tergesa memasuki sebuah rumah yang  bernuasa putih itu.

"Assalamualaikum, Bi, gimana mama?"

Wanita paruh baya yang berperan sebagai asisten rumah tangga itu menatap lelaki remaja didepannya dengan cemas. Ia memegang bahu Lathan dengan gemetaran.

"Waalaikumussalam, udah kerumah sakit den, baru aja Pak Asep yang bawa."

"Oh ya?" Lelaki itu sedikit menghela nafas lega, "Kalau gitu aku nyusul kesana ya Bi. Bibi tolong jaga rumah."

"Iya, hati-hati den Lathan. Ganti pakaian dulu den."

"Nanti aja bi, Nggak keburu."

"Yaudah sok atuh, jangan terlalu ngebut ya den!"

Lathan mengangguk dan berpamitan dengan asisten rumah tangganya itu, lelaki itu berniat untuk kembali keluar rumah tanpa mengganti seragamnya. Tapi langkahnya kembali berbalik saat teringat sesuatu.

"Bi."

Wanita paruh baya itu kembali menatapnya, "Kenapa Den?"

"Adek mana?"

"Tuan muda tadi pergi keluar."

"Ke rumah sakit?"

Wanita itu menggeleng pelan, "Sepertinya bukan den..."

Lathan menghela nafasnya, "Nanti kalo dia pulang suruh langsung nyusul kesana ya."

"Baik Den."

.......

"Raina?"

Gadis itu menoleh, melihat lelaki dengan muka setengah bule sedang menatapnya heran.

"Kenapa?" Tanyanya.

Ia mendengus, "Gue cerita dari tadi, lo sama aja ya kayak Lathan."

Rain tersenyum tipis saat mendengar nama itu. Sudah dua hari Ia tidak melihat Lathan tidak ada, lelaki itu hanya meminta Rain menunggunya. Lelaki itu pergi, tanpa mengatakan apapun tentang alasannya. Mungkin yang perlu ia lakukan, memang hanya menunggu. Rain juga tau, dia tidak punya hak sebanyak itu untuk mencampuri kehidupan Lathan, lagian tempo hari lelaki itu hanya mengajaknya berteman, tapi Ia penasaran kenapa lelaki itu terus menyuruhnya menunggu?

Dan kini Rain terjebak disini, di ruang tamu rumahnya sendiri dengan Malvin yang datang kesini mengatakan dia diutus oleh Lucas untuk mengajari gadis itu belajar.

"Eh Malvin."

Lelaki itu menoleh, "Apa?"

Rain menghentikan tangannya yang sedang menulis, "Menurut lo, Lathan kemana?"

Terlihat lelaki itu menghentikan tangannya yang sedari tadi terus membalikkan lembar halaman buku tebal di pangkuannya. Ia juga melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya.

Lelaki itu menghela nafas sebelum menjawab, "Gue gatau."

Sudah Rain duga jawaban lelaki itu akan tetap sama. Hari itu ia lebih banyak diam, mungkin karena ditemani Malvin yang notabenenya merupakan lelaki cuek yang juga lebih suka belajar daripada bicara.

"Malvin, gue mau nanya lagi."

Si lawan bicara tetap fokus menatap buku miliknya, "Lathan kenapa?"

Rain mengerenyit, apakah Malvin terlalu fokus pada bukunya sampai dia salah sambung begitu?

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang