Chap8

39 6 0
                                    

Happy reading!

.........

"Rain!"

Suara seseorang yang cukup ia kenal menyapu pendengaran saat gadis itu berjalan menyusuri koridor menuju kelas.

Rain menoleh dan mendapati seorang laki-laki yang berlari kecil ke arahnya dengan tas ransel yang hanya dia sampirkan di bahu kiri, terlihat sangat ringan. Gadis itu menghela nafas, bukannya dia tidak suka bertemu Lathan. Sangat suka, tapi tetap saja Ia kadangkala tidak siap.

"Baru dateng?" Ucap lelaki itu berhenti di sebelahnya.

Rain mengangguk, "Iya nih."

"Gue liat lo di parkiran tadi." Lathan tersenyum, "Lo sering masuk lewat koridor situ ya?"

Gadis itu kembali mengangguk, "Iya, gue juga beberapa kali liat lo disana."

beberapa kali? Iya soalnya kan ditungguin sampai keliatan

"Oh ya? Kenapa nggak nyapa?"

"Kan dulu belum kenal."

"Oh iya ya."

"Than, lo ngapain di koridor kelas 11?!"

Ucapan dari seseorang yang berdiri di belakang Lathan membuat gadis itu mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Lelaki itu memperhatikannya sebentar sebelum mengulurkan tangan.

Rain menoleh bingung ke arah Lathan dan lelaki itu mengangguk, akhirnya dengan canggung gadis itu menyambut uluran tangan orang di depannya.

Lelaki itu tersenyum lebar, "Mavin."

Rain menggaruk tengkuknya tapi tak urung mengangguk, "Kan kemaren udah, gue juga kenal banget sama lo."

Lelaki bernama Malvin itu terkekeh, "Gapapa diulang, biar kayak modus tetangga sebelah kemaren." Bisiknya pada Rain.

Rain mengerutkan dahinya tak mengerti, "Setelah lama nggak ketemu, lo makin parah ya ternyata."

"Boleh deh, kalo yang ini." Bukannya menanggapi ucapan Rain, Ia malah berbisik sedikit pelan ke arah Lathan, tapi tetap saja Rain masih bisa mendengarnya.

Lathan menyenggol pinggang lelaki itu dengan sikunya, "Pergi sana."

"Yaelah, giliran udah dapet gue dibuang." Malvin berdecak.

"Gue duluan Rain." Ujar lelaki itu akhirnya, sedangkan gadis di depan mereka mengangguk ringan.

"Ayo, gue anter lo ke kelas."

Lathan memberi isyarat agar gadis dengan ransel hitam itu berjalan, lalu ia menyamakan langkahnya tepat di samping.

Rain menoleh heran, "Hah?"

"Iya, gue juga mau ngomong." Ucapnya membuat gadis itu akhirnya mengangguk.

Keduanya berjalan pelan sepanjang koridor, Lathan yang berdiri di samping gadis itu juga terlihat berusaha menyamakan langkahnya. Sebenarnya Rain pikir ia tidak terlalu nyaman dengan suasana ini, selain tatapan siswa lain dan aura di koridor yang tiba-tiba terasa aneh, gadis itu juga terbiasa sendiri.

"Ngomong apa?" Tanyanya saat teringat kata-kata Lathan di ujung koridor tadi.

Lathan itu menghentikan langkahnya, membuat sosok di sebelahnya juga ikut berhenti.

"Rain."

Kali ini Lathan benar-benar membalikkan badannya ke samping dan menatap gadis itu. Tiba-tiba lelaki itu maju satu langkah lebih dekat.

Meski sebenarnya tidak sedekat itu, bahkan ujung sepatu mereka tidak bersentuhan. Rain yang bingung kini hanya bisa mencoba menetralkan degup jantungnya dan berharap Lathan tidak akan mendengarnya.

Langit Untuk Semestanya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang